Ch 11

3.4K 295 36
                                    


Ch.11
Hunkaihunkai etc..

~
~
~

" hyung, kau hobi bertelanjang ya? Setidaknya pakai handukmu hyung, a akku m malu"
" kenapa malu, kau kan sudah pernah melihatnya" katanya bersmirk ria
" sudahlah, aku akan menyiapkan baju untukmu, segera keluar jika sudah selesai ok? Kataku sambil berjalan menuju pintu keluar saat kurasakan ia menarik tanganku mebghadapnya
" kau tahu. Punyaku sedikit tegang, bisa bantu aku sebentar" akupun tersenyum kecil memandang wajahnya, menuntun wajahnya mendekat membuatnya menutup matanya, aku mulai menghembuskan nafasku di depan bibirnya dan saat posisi kami sudah semakin dekat aku mengalihkan bibirku ke telinganya, menghembuskan nafas disana sebelum berbisik pelan di telinganya
" jangan macam macam hyung sudah jam setengah tujuh, setengah jam lagi nenek sampai, jadi selesaikan urusanmu dengan cepat hyung"
" tap- " akupun menubrukkan bibir kami saat ia akan memulai protesnya, melumatnya sedikit dan melepaskannya lagi.
" aku akan membantu eomma memasak di dapur, aku tidak mau terlihat buruk di depan eommamu, ini pertemuan pertamaku dengan keluarga besarmu, aku tidak ingin terlihat buruk, jadi aku mohon padamu, aku akan menggantinya setelah acara ini selesai dan holeku sembuh, aku janji." Kataku mmeyakinkannya yang tengah merajuk
" aku pegang janjimu sayang, dan aku akan menanti malam panas darimu" katanya mencium kecil ujung hidungku, kami sama sama tersrnyum dan aku segera keluar dari kamar mandi untuk mengganti baju dan membenahi penampilanku.
.
.
.
Ch 11

Sarapan kali ini terasa begitu asing bagi si tan, ia nampak sedikit gelisah dalam duduknya karena sepasang mata senja yang masih tajam itu menatapnya begitu lekat, seolah tengah menilainya dari ujung kaki sampai kepalanya. Ia nampak menundukkan kepalanya merasa tidak nyaman. Sang suami yang merasakan suasana yang semakin canggung pun menarik nafas pelan, memahami situasi, ia menggenggam tangan si tan dibawah meja, memberinya kekuatan untuk melanjutkan sarapannya dengan tenang. Ia faham dengan sangat bagaimana neneknya begitu dan masih sangat menyukai Luhan, bisa dikatakan ia sedikit menentang pernikahan ini setelah mengetahui jika cucunya, sehun tidak menikah dengan Luhan. Sebagai orang tua yang kolot, ia hanya mengetahui jika Luhan adalah kekasih sehun, dan dalam kasus berakhirnya hubungan mereka berduapun sang nenek menyalahkan sehun yang dirasa tidak bisa mempertahankan lelaki sebaik luhan. Sebagai seorang lelaki, luhan sangat cantik, tubuhnya mungil, kulitnya putih dan mulus. Perhatiaanya pada sekeliling pun tak kalah memesona siapapun yang melihatnya. Ia lelaki yang penuh kelembutan dan kasih sayang, termasuk piawai dalam merawat bunga dan memasak, dimana merawat bunga sendiri merupakn hobi neneknya. Tidak dipungkiri sehun mengakuinya sebagai calon istri idaman. Tapi kenyataan berkata lain, luhan memilih melanjutkan studynya si Paris saat sehun sudah di desak menikah oleh keluarganya, sang nenek tidak bisa membantah perjodohan sekalipun ia tidak menyukai calon istri cucunya, bagaimanapun usia sehun sudah begitu pantas untuk menikah dan mempunyai seorang keturunan oh yang baru. Gosip yang beredar panas di luar sana semakin mendorong sehun untuk segera berkeluarga, jadilah perjodohan antara keluarga oh dan kim saat itu.
" jangan memandang istriku seperti itu nek, kai bisa ketakutan " peringat sehun dengan nada main main membuat sang nenek mengalihkan pandangannya beralih memperhatikan hidangan yang ada di meja makan, membuat si tan sedikit bernafas lega sejenak, menggenggam balik tangan sang suami, menyampaikan kelegaannya. Berterimakasih dengan tatapan yang ditunjukkannya kearah sang suami yang juga tengah menatapnya meminta pengertian atas perlakuan neneknya.
" benar bu. Kai jangan masukkan hati ya, nenek hanya belum mengenalmu saja, jadi makan makananmu dengan benar, ara " sang mertua yang merasa dulu senasib dengan kai pun ikut menyemangati menantunya. Sarapan yang canggung itu pun berlalu dalam keheningan tanpa obrolan lagi.
Kai's pov
Setelah sarapan pagi yang menegangkan itu aku membantu eomma membereskan meja dan mencuci piring di dapur, eomma mengakui jika ia akan turun tangan dalam semua hal sendiri jika nenek oh ada di sini, mungkin karena sifat kolot yang dipertahankannya hingga kini membuatnya beranggapan jika seorang istri harus bisa turun tangan langsung dalam segala urusan rumah tangga, termasuk eomma yang dituntut untuk dapat turun tangan langsung dalam berbagai pekerjaan rumah tangga.
" maaf tn kai, ny besar meminta ditemani merawat bunga di taman belakang" aku hanya mampu tercengang mendengarnya, sungguh aku tidak tahu apa apa tentang bunga dan sejenisnya. Eomma memahami kegelisahanku sepertinya, ia menatapku dengan senyum lembutnya dan menggenggam tanganku erat.
" aku juga pernah mengalaminya kai, aku tidak tau apa apa tentang bunga, dan aku mulai belajar setelah aku menikah dengan appa sehun. Cukup datang kesana dan lakukan apa yang dimintanya, ia seperti itu karena belum mengenalmu saja kai, " kata eomma menyemangatiku, akupun mengangguk dan bersiap ke taman di belakang rumah.
Disana kulihat beliau sedang menyirami bunga mawar yang bermekaran dengan indahnya, akupun mendekati sosoknya yang masih terlihat kuat dan anggun di usianya yang memasuki usia senja.
" nenek, ada yang bisa ku bantu?" tanyaku memasang senyum gugup , beliau menoleh dan mengisyaratkanku untuk mendekatinya.
" kau bisa membantuku menyirami bunga?"
"tentu, biarkan aku melakukannya untukmu nek" ia pun menyerahkan selang air itu kearahku sementara ia mulai mengambil gunting untuk memotong bunga bunga yang cantik itu.
"Kuliahmu mengambil jurusan apa?" tanyanya lagi dengan pandangan terfokus pada bunga mawar di hadapannya.
"Aku mengambil jurusan seni nek, aku suka menari" kataku sedikit tersenyum mengingat sesuatu yang kusukai yang sekarang jarang kulakukan.
" lalu apa pekerjaanmu sekarang ?"
"aku membantu noonaku mengurus mall daerah gangnam, tapi aku hanya membantu jika dibutuhkan, intinya aku belum bekerja penuh disana nek, "
" harusnya kau mengembangkan ilmu yang kau dapat semasa kuliah tarimu kai" ia masih fokus memotongi duri duri mawar itu
" aku ingin membuka studio tari sendiri nek, untuk itu aku sedang mengumpulkan uangnya dari hasil kerjaku."
"kau menyiram terlalu banyak, matikan airnya dan bantu aku memindahkan pot anggrek itu kesebelah pintu teras"katanya menunjuk pot anggrek yang lumayan besar di dekat kakiku, ya tuhan itu terlalu berat dan holeku masih sakit meski tidak seperih tadi pagi, tapi aku tidak bisa menolaknya, hhhhh aku pun mengangguk dan mulai mengangkatnya pelan. Pot yang lumayan berat itu kupindahkan dengan hati hati karena aku tidak bisa melangkah terlalu cepat dan itu memperlambat langkahku untuk sampai di teras rumah dan sialnya aku tidak kuat saat langkahku yang ke 20 membuatku oleng dan tidak sengaja menjatuhkan  pot itu, ya tuhan, bagaimana ini, aku tidak sanggup menatap nenek oh, tapi sungguh holeku rasanya benar benar seperti robek lagi, perih sekali. Aku pun membereskannya sebisaku sampai suara nenek oh memanggil pelayan untuk membereskannya, akupun menundukkan kepalaku berjalan kearahnya dan meminta maaf, wajahnya tampak tak bersahabat sekarang, bodoh kau kaiii, teriakku dalam hati.
" sudahlah, bantu aku memotong duri mawar saja" akupun mengambil satu gunting lagi dan mulai memotong duri mawar itu, tapi karena rasa perih di holeku membuatku malah mematahkan tangkainya dan jariku tertusuk diri mawar yang ku pegang sendiri, perih sekali rasanya, kulihat darah mulai mengucur dari ujung jari telunjuk kananku,membuat nenek oh menghentikan aktifitasnya dan memperhatikanku dengan tatapan dinginnya.
" mengapa hal seperti ini bisa terjadi?? Kau tahu, luhan bahkan sudah sangat pintar merawat bunga, tidak ceroboh sepertimu, merawat bunga saja kau tidak bisa bagaimana mengurus suami, aku ragu apakah sehun hidup dengan baik bersamamu" kata nenek oh membuat airmataku tanpa kusadari menyeruak keluar, mengalir di sepanjang pipiku, aku hanya menunduk dan menggumamkan kata maaf padanya, membuatnya menghembuskan nafas kasarnya dihadapanku
" sudahlah, obati lukamu dan istirahatlah" katanya mulai sibuk dengan gunting dan duti mawar lagi, akupun bergegas menuju ke kamarku, aku tidak mau orang lain tahu aku sedang menangis sekarang, teriakan eomma yang memanggilku di ruang tengahpun hanya kubalas dengan gumaman meminta izin ke kamar tanpa menoleh kearahnya, bukannya tidak sopan, tapi rasanya perih sekali sekarang, buka hanya hole dan jariku, tapi hatiku juga.

.
.
sehun's pov
Melihat kai yang terburu masuk kekamar dengan wajah menunduk membuatku bergegas menaiki tangga mengejarnya. Aku memasuki kamar kami dengan pelan, kulihat ia berbaring meringkuk di ranjang sambil menangis, akupun mendekatinya dan memeluk tubuh bergetar itu dari belakang,membuat tangisannya semakin keras terdengar.
" sshhh kai ah wae, apa yang terjadi?" tanyaku sambil mengecupi kepalanya, ia hanya menggeleng dan terus menangis sampai kulihat ujung jari telunjuknya yang masih mengeluarkan darah, akupun menarik tangannya dan memeriksa lukanya.
" bagaimana ini bisa terjadi, biar ku obati lukamu" akupun bangun dan mengambil kotak p3k di lemari lalu menuntunnya untuk duduk di pangkuanku di pinggir ranjang, akupun mulai membersihkan luka itu dan menempelkan plaster di lukanya, tapi ia tidak berhenti menangis, membuatku terheran dan mencium tangannya yang terluka dan itu tidak mengurangi isakannya,
" apa sesakit itu?" ia hanya diam dan menggelangkan kepalanya sementara air matanya tidak berhenti keluar
" yang mana lagi yang sakit kai?" tanyaku mencoba bersabar dan ia hanya menggelengkan kepalanya membuatku berinisiatif memeriksa tubuhnya. Aku mulai melepaskan bajunya, memeriksa bagian tubuh yang kulihat didepan mataku dan aku tidak menemukan bekas apapun disana, aku pun mulai melepas celana pendek yang dikenakannya dan ia mulai nerintih sakit saat aku melepas celana dalamnya, jangan berfikir macam macam, aku hanya memeriksa tubuhnya saja bukan yang lain.
Mendengar ringisannya aku pun mengangkat tubuh yang hampir telanjang itu untuk tengkurap di tengah ranjang, kubuka celana dalamnya membuat rintihannya semakin keras. Kutekuk kedua lututnya untuk memeriksa holenya, dan aku ikut meringis saat aku membuka belahan pipi bawahnya, holenya benar benar lecet parah dan sangat merah, membuatku meniupinya sebentar.
" maaf kai, aku tidak tahu akan separah ini, maaf kan aku" aku terus meniupinya sambil sebelah tanganku mengbil bungkusan plastik di nakas, aku sempat membeli salep saat keluar tadi, karena aku sudah menduganya sejak tadi pagi, tapi aku tidak menyangka akan separah ini. Akupun mengoleskan lotion itu dengan lembut ke holenya sambil terus meniupinya. Akupun membantunya berbaring dengan normal dan menyelimutinya saat kurasa ia mulai tenang. Air matanya sudah tidak mengalir dan nafasnya sudah teratur, akupun menyelimuti tubuhnya dan memeluknya erat, mengantarkannya ke alam mimpi..

.
.
Hahaha gak banget jadinya, lagi ngumpulin mood tapi udah nggak nyaman buat nganggurin cerita lama-lama, semoga masih ada yang mau baca cerita gaje ini wkwkwk, jangan lupa rcl okokok:D:D faighting!!!!!!

DilemmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang