Chapter 4

4.1K 373 5
                                    

HunKai as always
.
.
.
Suara dering handphone membangunkan sang namja tan dari tidur lelapnya . segera ia mengabil handphone tersebut dan memeriksanya, ternyata milik sang suami yang masih terlelap di sampingnya. Karena tak berani membangunkan sang suami ia biarkan saja dering itu sampai beberapa saat dan diam dengan sendirinya. Ia pun bergegas menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya untuk  segera menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.
Kai's pov
Pagi ini aku hanya membuat omlate dan roti bakar ketika Sehun menampakkan dirinya di dapur dengan wajah mengantuknya.
" hyung sudah bangun?, mau ku buatkan sesuatu?"
" bisa buatkan aku kopi? Aku suka minum kopi di pagi hari"
" Neh, kau suka kopi pahit atau manis hyung"
" Jangan terlalu manis, nanti aku diabetes. Apalagi ada kau disini"
" memang kenapa jika ada aku hyung?"
" kau kan sudah manis"
" hyung bisa saja, ini kopinya, aku menambahkan 1 setengah sendok gula, kau mau ditambah susu atau creamer?"
" creamer please"
" ok wait a minute"
---
" clear, "
" thanks, kau memasak sendiri?"
"Mmm, adakah makanan yang tidak kau sukai hyung? Biar aku bisa mengingatnya saat masak"
" aku suka semuanya, kecuali lobak, seledri dan berbagai macam sayuran mentah yang kau sebut salat"
" ok"
" kau sendiri?"
" aku tidak suka brokoli, salat dan seledri ah dan juga daging kambing, aku tidak suka"
" kita hampir sama ya, tidak suka seledri"
" haha kebetulan ya hyung, ayo makan dulu hyung, nanti lagi ngobrolnya"
" kau lapar ya?"
" iya , aku mudah lapar di pagi hari"
Kami pun mulai makan dengan tenang. Itu bagai mana kami memulai pagi ini sebelum ia berangkat ke kantor dan aku pergi ke butik eommaku.
Pertengkaran awal kami terjadi saat aku sakit karena menunggunya yang pulang lembur
Flashback
" kaiah bangun, ayo pindah ke kamar, disini dingin" kata sehun sambil mengguncang badan sang istri yang tidur meringkuk di sofa
" eung, kau sudah pulang hyung , mau ku buatkan makanan atau ku siapkan air untuk mandi?"
" tidak, ayo ke kamar dulu"
Merekapun berjalan ke kamar
" aku akan langsung ganti baju dan tidur, kau langsung tidur saja. Kau pasti lelah"
" tidak, ayo ku bantu" si lelaki tan segera mengambil piama di lemari dan membantu si lelaki pucat berganti piama.
"Tunggu sebentar hyung, ku buatkan air untuk berendam"
" tidak usah, ayo kita langsung tidur saja,"
" tidak, tunggu sebentar. Nanti tidurmu tidak nyenyak kalau tidak berendam sehabis lembur" ia pun membantu si lelaki merendam kakinya dengan air hangat dan garam serta mengeringkannya.
" sudah,ayo tidur"
" neh" merekapun mulai memposisikan diri untuk tidur.
Keesokan harinya
Si pria manis bangun dengan tubuh panas dan menggigil, ia merasa terlalu berat untuk sekedar bangun dari tempat tidur,maka ia pun memilih untuk istirahat sejenak. Setelah lebih baik ia pun bergegas menyiapkan baju untuk sehun dan membuat kopi, ia akan memesan makanan saja pagi ini.
" hyung kau sudah bangun? Ayo sarapan dulu"
"Kau pucat sekali, kau sakit?"
" ani,"
" kemari. Kulihat suhumu"
Ia pun memeriksa suhu sang istri
" kau panas, dan pucat , ayo kembali ke kamar"
" hyung. Aku tidak-"
" ...." sang suami hanya memasang wajah datar dan menarik sang istri ke kamar. Mengompresnya, menyelimutinya dan memberi minyak di sekitar lehernya dalam mimik wajah datar dan hanya diam
" hyung, maafkan aku, aku-"
" sudahlah." jawabnya singkat dengan wajah datarnya, ia pun melenggang pergi keluar kamar tanpa sepatah katapun. Menyisakan sang istri dengan raut bersalahnya.

Tbc,

DilemmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang