Day 3: Sepertinya Ada yang Salah...

82 15 25
                                    

"Suatu hari aku akan menggelar konser di sini," kata Yoongi dengan mata berbinar-binar. Mata cokelat tuanya menatap Olympic Gymnastics Arena dengan tatapan penuh harapan.

"Suatu hari aku akan menonton konsermu di sini," sambutku tak kalah antusias.

Saat aku menoleh, Yoongi sedang menatapku sambil tersenyum lebar. Aku selalu suka melihat Yoongi yang tersenyum seperti ini; menampilkan deretan giginya yang putih dan rapi, lengkap dengan matanya yang hanya menyisakan garis lengkung serupa bulan sabit. Seolah belum cukup menyuguhkan pemandangan yang manis di hadapanku, semesta kembali mengulurkan tangannya untuk memanjakanku. Wajah Yoongi yang seputih salju, ditimpa sinar keemasan matahari sore, memberikan efek dramatis yang sempurna. Manis sekali.

"Apakah itu mungkin?" tanyanya.

"Tak ada yang tak mungkin di dunia ini, kan? Kau bisa berjalan sejauh ini, tentu bukan tanpa alasan. Sudah kubilang, kan, kau pasti akan jadi musisi yang sukses."

"Keyakinanmu padaku bahkan melebihi keyakinanku pada diriku sendiri."

"Tanpa keyakinan itu, mungkin kau akan butuh waktu yang lebih lama lagi untuk menjuarai audisi yang diadakan agensi."

Yoongi terkekeh. Kekehan yang menular padaku.

"Aku masih ingat hari itu kau memaksaku, ah tidak, menyeretku lebih tepatnya, ke tempat audisi gara-gara melihat selebaran yang kutaruh di atas meja."

Aku masih ingat dengan jelas. Hari itu aku benar-benar harus menyeret Yoongi ke kamar mandi, memaksanya untuk menggosok gigi dan mencuci muka, juga memilihkan baju untuknya. Aku bahkan harus menghubungi bosku untuk izin datang terlambat ke kafe tempatku bekerja demi bisa memastikan Yoongi benar-benar ikut audisi.

"Terima kasih sudah menyeretku hari itu, terima kasih sudah meyakinkanku, dan terima kasih untuk semuanya," kata Yoongi dengan suara lembut. Senyumnya kembali mengembang di ujung kalimat.

Untuk sejenak, aku lupa caranya bernapas demi melihat tatapan mata Yoongi. Sebelum aku sepenuhnya sadar dengan apa yang kulakukan, tangan kananku telah menyentuh pipi Yoongi. Dan ketika aku sadar, tatapan mata Yoongi berubah lebih intens, tak lagi selembut beberapa saat yang lalu. Sial. Kenapa dia harus menatapku seperti itu sih?

Tepat saat aku ingin menarik tanganku, Yoongi menahannya. Mata cokelat itu terpejam, seolah tengah meresapi momen ini.

"Terima kasih untuk hari ini," kata Yoongi dengan suara pelan, masih dengan mata terpejam.

Alih-alih menanggapi kata-kata Yoongi, aku justru menundukkan kepala. Salah tingkah? Tentu saja. Siapa sih yang tak akan salah tingkah kalau berada dalam posisiku saat ini?

Aku berdeham, berusaha untuk menjawab senormal mungkin meski detak jantungku mulai tak beraturan. "Aku tahu akhir-akhir ini kulit tanganku lebih halus, tapi sampai kapan kau mau memegang tanganku seperti itu?"

Di luar dugaanku, senyum jahil Yoongi justru mengembang. Tak ada tanda-tanda salah tingkah sama sekali. Berbeda denganku yang sudah kebingungan bagaimana harus bersikap supaya terlihat normal.

Sebelum aku berhasil membujuk jantungku untuk bekerja dengan denyut normalnya, Yoongi sudah membuka mata lalu perlahan melepaskan jemarinya dari pergelangan tanganku. Sekilas aku bisa menangkap senyum jahilnya berganti menjadi senyum puas. Sepertinya dia menangkap gelagat salah tingkahku. Sial.

"Omong-omong ada yang aneh dengan kuenya tadi."

Aku mengerutkan kening, mengira-ngira, apa yang dimaksudkan Yoongi. Memangnya apa yang salah dengan kue tadi? Sepertinya tidak ada. Hanya brownies berukuran kecil dengan tulisan "Selamat Ulang Tahun, Yoongi" dan sebatang lilin. Hiasan? Sepertinya aku tak menaruh hiasan apa-apa di kue tadi.

"Chaerin-a, kau bisa membedakan mana garam dan mana gula, kan?"

Hah?

Ya Tuhan... Tolong katakan padaku kalau Yoongi sedang bercanda.

***

Well, here we go. I'll give you a sweet bonus of our beloved Suga Suga Suga~~

 I'll give you a sweet bonus of our beloved Suga Suga Suga~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love Yourself: Autumn LeavesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang