Day 7: What Makes You Fall for Him?

36 8 6
                                    

"What makes you fall for him?" tanya Julian, seorang ekspatriat asal Belgia yang sudah dua bulan ini bergabung dalam timku.

Hampir saja aku tersedak mendengar pertanyaannya."Dia? Dia siapa?"

Julian memutar bola matanya. "Ayolah, Chaerin-a. Siapa pun tahu kalau kau mencintainya. Dari caramu bercerita tentang Min Yoongi, dari ekspresimu, juga dari sorot matamu, semuanya terlihat jelas. Jangan mengelak dan berkata bahwa kau hanya mengagumi atau menyukai karyanya. It's a bullshit, Darling."

Apa, ya? Apa yang membuatku bisa mencintai Yoongi seperti ini, hingga rasanya aku tak sanggup lagi mencintai orang lain? Tampan? Hmmm, jika yang dibahas adalah ketampanan, siapa yang akan memungkiri ketampanan Yoongi? Kurasa tak ada. Tapi bukan itu alasannya. Sebelum Yoongi jadi setampan ini, kurasa aku telah mencintainya. Saat dia masih gemuk dan pipinya begitu tembam, dia telah menempati posisi penting dalam hatiku. Kejeniusannya dalam bermusik? Sikapnya yang seolah tak mau ambil pusing tapi sebenarnya sangat peduli? Atau...

"Karena dia memercayaiku lebih dari dia memercayai dirinya sendiri. Dia membagi luka terdalamnya padaku, juga menunjukkan sisi tergelap dan kesedihannya hanya padaku. Ketika dia menyimpan rapat-rapat depresinya dari keluarganya, Yoongi menunjukkannya padaku," aku menjeda kalimat, menyesap americano yang tak lagi hangat. "Kau tahu, saat seseorang menunjukkan dirinya secara utuh padamu tanpa menutupi apa pun tentang dirinya, artinya dia telah memberikan hatinya padamu. Dan ketika seseorang memercayakan hati yang begitu rapuh, tanpa sadar kau akan tergerak untuk menjaganya sekuat yang kau bisa."

Tak ada suara selain denting sendok yang beradu dengan cangkir. Julian tampak menyimak dengan serius kata-kataku meski tangan kirinya tetap khusyuk mengaduk kopi. Seperti biasa, kafetaria di Sejong Library ini selalu lengang saat sabtu sore. Hanya ada aku, Julian, pramusaji yang merangkap kasir, serta seorang barista yang sepertinya sedang sibuk bereksperimen dengan racikan minumannya.

"Sudah berapa lama?"

"Apanya?"

"Kau menghindar darinya."

Aku terdiam. Bukan karena aku butuh waktu untuk menghitungnya, tapi lebih karena aku enggan menyebutkannya. Terlalu menyakitkan jika harus menyebutkan bilangan waktu yang telah kulalui tanpa Yoongi.

"Menolak untuk menghitung atau menolak untuk menjawab, tak akan membuatnya menjadi lebih baik, Chaerin-a."

Ya, Julian benar, keterdiamanku memang tak akan membuat keadaan menjadi lebih baik, tapi setidaknya dengan begitu aku masih bisa bertahan hingga batas waktu yang ditentukan.

Love Yourself: Autumn LeavesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang