"Aku merindukanmu, Min Yoongi. Sangat merindukanmu."
Ada kelegaan yang menyusup, perlahan tapi pasti setelah aku mengatakan kalimat itu. Aku bersyukur, dari sekian banyak hal yang memenuhi benakku, kalimat itulah yang terucap. Dari sekian banyak hal yang ingin kukatakan, kalimat itu terasa paling benar untuk diucapkan saat ini. Karena biar bagaimana pun, keberanianku untuk datang ke konser ini, juga memenuhi permintaan Namjoon untuk mengikuti Jeongil oppa, semuanya didasari oleh kerinduanku pada Yoongi.
"Dua tahun."
"Hah?"
"Dua tahun 22 hari."
Perih sekali rasanya mengetahui kenyataan bahwa Yoongi pun menghitung hari-hari yang kami lewati sejak terakhir kali bertemu. Jangan menghitung kedatanganku di konser Bangtan sebagai pertemuan karena hanya aku yang bisa melihat Yoongi sementara dia tak tahu aku ada di mana.
"Biasanya aku tak bagus dalam berhitung, kan? Kau juga tahu kan, daya ingatku jauh dari kata tajam. Tapi untuk yang satu ini, aku bisa menghafalnya di luar kepala."
Sarkastik adalah keahlian Yoongi, aku tahu betul hal itu. Tentu aku sudah meperhitungkan respon Yoongi yang dingin, termasuk kalimat-kalimat pedas darinya. Tapi aku lupa memperhitungkan apakah aku siap untuk dihadapkan pada respon setajam itu.
Yoongi mengangkat kepalanya, menatapku dengan tatapan yang sulit kuterjemahkan. "Apakah itu sudah cukup untuk menunjukkan seberapa besarnya rindu yang kurasakan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Yourself: Autumn Leaves
FanficOver there, the autumn leaves that look like they're at stake, seem like they're looking at us. If our hands touch, even if it's all at once, it only seems like it's going to be crumbs... --Min Yoongi-- *** 365 puzzle berserakan. Tak selamanya yang...