******
"Laki-laki tidak akan tergoda jika wanita tak membuka celah untuk menggoda." (Devit)
******Devit menyeruput teh yang di pesannya tadi sebelum melanjutkan pembicaraannya dengan Fatimah. Pikiran Devit masih menjadi misteri dengan perkataan Fatimah. Sama sekali Fatimah tak mempercayainya.
"Fat kamu tahu semua itu dari siapa?"
"Dari Kak Ares."
"Kakakmu yang bilang semua itu?"
"Ia kepergok waktu itu."
"Tante Rena tau?"
Fatimah menggelengkan kepalanya. Bagaimana bisa ia mengatakan suatu hal yang sangat sensitif di depan orang tuanya. Yang ada orang tuanya itu tidak akan menganggap sebagai anak lagi.
"Cepat atau lambat kau harus bilang, bagaimanapun juga orang tua pasti marah. Tapi semua itu salah ketika kau terus menutupi, yang ada hatimu terus bersalah dan menambah masalah. Apalagi sodara-sodaramu sudah mengetahui. Jangan sampai orang tuamu tahu dari orang lain, sebab itu akan lebih menyakitkan. Bukankah kebenaran itu harus disampaikan meskipun menyakitkan?" Begitu yang Devit sampaikan pada Fatimah dengan hati-hati.
"Tapi ini menyangkut harga diri dan kehormatan seorang wanita. Dan jelas saja itu menyakitkan dan sudah tidak ada nilai plus-nya lagi..."
"Asap yang menggumpal tidak akan muncul ketika api membakar. Begitupun dengan lelaki, dia tidak akan merenggut kehormatan wanita jika wanita tersebut tidak menggodanya." Pelatak potong Devit yang membuat Fatimah bungkam. Hatinya begitu teriris saat ucapan Devit muncul dengan membahas sebuah kehormatan.
"Fat, jika sesuatu yang berharga dan nilai jualnya tinggi. Apa yang akan kau lakukan?"
"Aku akan menjaganya sebaik mungkin agar tidak sembarang orang bisa menyentuhnya. Sebab takut pecah jika nilai jual itu ibarat berlian." Jawab Fatimah yang mengibaratkan nilai jual tinggi itu berlian. Sebab yang Fatimah tahu bahwa berlian itu mahal dan tidak semua orang mampu membelinya. Dan sekalipun sudah mempunyai, maka berlian itu akan dijaga dengan baik, sebab membelinya itu mahal.
"Nah, begitupun dengan kehormatan seorang wanita yang mahal harganya, bahkan dengan uang segudangpun wanita yang baik pasti akan menjaga kehormatannya. Tidak akan tergiur dengan uang banyak yang mampu membuat segalanya enak namun tak nikmat. Yang ada seperti barang murahan yang diobral dan siapapun akan berebut."
"Tapikan Kak, diperebutkan itu bagus. Itu artinya semua orang suka."
"Ia orang suka, sebab kau telah mengobral harga dirimu. Dan yang ada para lelaki akan menyukaimu, sebab lelaki lebih memilih nafsunya dibanding menjaganya."
"Ah emangnya aku ini wanita penggoda apa?" Kesal Fatimah.
Devit tersenyum sinis dengan pemikiran Fatimah yang sempit.
"Laki-laki tidak akan tergoda jika wanita tak membuka celah untuk menggoda." Devit memberanikan diri untuk menatap Fatimah, meskipun ia tahu ketika menatap Fatimah ia tak pantas untuk ditatap saat ini. "Suatu saat kau akan mengerti mengapa lelaki lebih menyukai barang murahan yang diobral, tak usah banyak berpikir tentang oranglain. Tapi berfokuslah untuk membenahi diri dengan terus mencari kepantasan. Sebab cermin akan menampakkan apa yang kita ekspresikan, bukan mengekspresikan yang bertolak belakang dengan kita."
cukuplah Devit kau mengeluarkan kata-kata yang selalu membuatku semakin kagum padamu. Sebab dengan caramu itu aku semakin sulit untuk menentukan.
"Kak, apakah Kakak menyukai wanita yang sudah direnggut harga dirinya?"
Lagi-lagi Devit tersenyum kecut, ia tak tahu pemikiran Fatimah dimana sampai menanyakan hal yang jelas-jelas sudah tahu jawabannya.
"Kau sendiri menginginkan pria yang seperti apa?"
"Yah jelaslah menginginkan pria yang sholeh, yang ganteng, mantap akidahnya dan dia seorang hafidz qur'an juga. Agar kelak bisa menjadikan anak kita sebagai investasi akhirat." Jawab Fatimah dengan bangga menjelaskan kriteria pria idamannya itu. Ya ialah siapa juga coba yang tidak ingin mendapatkan pria yang seperti itu, semuanya juga ingin kali ah.
Devit mulai minder dengan perkataan Fatimah tersebut, rasanya ia tidak masuk ke dalam kriteria itu. Tapi kalau ganteng sih Devit akui, mapan apalagi. Secara Devit itu seorang pengusaha novel yang selalu menerbitkan karya anak bangsa. Tapi sayang sih kekurangan Devit itu gak hafidz qur'an.
"Nah begitupun dengan saya, sebejat-bejatnya pria dia tetap saja mengingikan waita yang baik. Wanita yang mampu menjaga kehormatannya dengan tidak memberikan kemaluannya pada orang lain sebelum sah dari semua orang terucap."
"Ih dasar cowok mesum." Sinis Fatimah yang tidak suka dengan membawa hal-hal yang tit....tit...tit.... vis ah.
"Duh sekarang udah tahu yah yang mesum itu siapa." Goda Devit kembali.
"Idih sotoy banget jadi orang."
"Oh jadi kamu suka sama pembahasan itu. Kamu suka yang panjang apa yang pendek?" Tanya Devit sambil menaikan sebelah alisnya.
"Idih apaan sih."
"Ah tuhkan berpikiran sama burung lagi."
"Ih Kak Devit.." Pelot Fatimah yang memang sebenarnya sih dipikirannya itu, ah sudahlah Fatimah malu katanya.
"Panjang pendek itu coklat bukan itu tuh." Tunjuk Devit pada bagian bawah.
Mereka tertawa bersama-sama.
Aisyah yang melihat itu tidak langsung menghampiri mereka berdua, melainkan menunggu sampai mereka puas.Mungkin sudah saatnya Aisyah membuang pikiran buruk terhadap Devit, dan sudah saatnya ikhlas itu wajib dipantrang.
"Eh Kak pulang yu. Kesian Aisyah sendiri."
"Ah lupa, bocah itu kan ada di kafe ini juga, tapi mana batang idungnya?"
"Mungkin ke toilet."
"Memangnya dia beser apa? Perasaan toilet mulu. Apa jangan-jangan.."
"Husstt... Ah Kak, udah eh jangan ngomongin orang."
Mereka tertawa lagi. Ih senengnya Fatimah sama Devit bisa akrab lagi. Tapi masalah itu gimana yah?
"Eh Kak, jadi sebaiknya aku harus bilang nggak sama Mamah?" Tanya Fatimah yang meminta saran pada Devit. Bagaimanapun juga Devit terlibat dalam semua ini, jadi dia wajib menerima resiko ke depannya.
"Bilang apa Fat?" Tanya Aisyah yang tiba-tiba menyaut perkataan Fatimah.
"Ah.. itu loh Syah..." Fatimah bingung harus jawab apa, bagaimanapun juga itu aib.
"Itu tentang dibayarin baju kalian sama gue." Jawab Devit yang pandai mengeles.
"Kirain gue apaan. Cabut yuk pulang." Lontar Fatimah
Hy-hy reader's semua yang baik hati, makasih sudah tetap ngikutin jejak langkah mereka bertiga.
Maaf yah belum ke jawab hubungan Fatimah sama Devit itu apa, tapi insyaallah secepatnya akan di kasih tahu kok.
Budayakan votement yah, jangan jadi sailent reader's nanti tunbuh jerawat loh wkskwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Analisa Cinta
Spiritual***** Bagaimana mau jadi suami yang baik, jika memperlakukan wanita saja masih belum baik. ***** Gadis cantik bernama Fatimah Az-Zakiyyah yang selalu mensetorkan hafalannya kepada Ustadzah Khadijah di Mushola sekolah sehabis sholat. Gadis yang memp...