*********
Aku takut, ketika aku terus menjagamu sedangkan jodohmu disana sedang memperbaiki diri untuk mendapatkanmu. Dan disini kau sedang bersamaku menabung dengan kesia-siaan.
********"Iya gue lagi di jalan, bentar lagi nyampe. Gue akan bongkar semua kebusukan lo." Aisyah mematikan ponselnya dengan gemeteran.
Aisyah sengaja tidak langsung pulang ke rumah seperti Fatimah, karena ada suatu hal yang harus ia selesaikan hari ini juga.
Aisyah berjalan menuju rumah Devit, yang di teleponnya tadi memanglah Devit. Aisyah baru saja membuka pintu gerbang rumah Devit, dan Devit sudah berada di teras rumahnya menyambut kedatangan Aisyah dengan biasa tanpa spesial seperti dulu. Disana juga ada teman-teman Devit yang sudah Aisyah kenal, tapi mata Aisyah terkejut ketika melihat cewek seksi berada disamping Devit. Mata Aisyah melotot ke arah Devit dan langsung memalingkan wajahnya ke jalan raya.
"Kenalin gue Mona, pacarnya Devit." Perempuan seksi itu mengulurkan tangannya pada Aisyah, dan Aisyah menerima uluran tangan itu dengan senyuman teka-teki. "Aisyah."
"Nama yang cantik." Ucap Mona dengan tersenyum.
"Nama sih boleh cantik, tapi kelakuan gak sesuai sama nama." Kata Devit dengan segera melangkah masuk ke dalam rumah.
"Kalau nyuruh gue kesini cuman mau cari gara-gara, mending gue pulang aja sekalian kagak kesini." Jawab Aisyah kesal sambil berdiri dari teras.
Semua teman-teman yang berada disana terus memperhatikan Aisyah dan Devit. Tapi berbeda dengan Mona yang masih asing dengan kehadiran Aisyah.
"Kalau nggak ikhlas pulang aja sana." Ucap Devit dari dalam.
"Lo cari ribut mulu sih sama gue. mau lo tuh apa hah?" Aisyah masuk kedalam melewati langkah Devit.
"Gue mau Fatimah lagi." Devit refleks menarik tangan Aisyah, dan Aisyah langsung melepaskan tangan Devit.
"Si Mona mau dikemanain bos, lihat noh wajahnya sangar banget, akut ah gua mah. Wkwkwk" celetuk teman Devit yang melihat raut wajah Mona berubah.
"Di taro diliang kubur, eh maksud gue ditaro disinilah. Masa gue jual, emangnya dia barang." Datar Devit.
Semua orang tertawa, tanpa terkecuali yang dibicarakan.
"Jangan pegang tangan gue. Lo belum sah buat gue."
"Siapa juga yang mau menghalalkan lo, idih gue sih ogah."
"Idih gue juga males." Kesal Aisyah semakin memuncak pada Devit.
Aisyah dan Devit bersamaan menengok keluar karena tidak ada satu suarapun yang terdengar. Dan benar saja dugaan mereka, ketika Aisyah dan Devit menengok keluar, mereka semua sedang memperhatikan tingkah lakunya.
"Mona, maaf....." Teriak Aisyah dengan so memohon pada Mona yang terlihat raut wajah sebal.
"Ia." Ucap Mona singkat.
"Mon, bentar ada urusan dulu sama nih bocah tengi." Kode Devit pada Mona. Dan Mona mengangguk tanda setuju.
Devit membawa Aisyah ke ruang keluarga sambil menonton tv ditemani makanan cemilan juga buah-buahan yang membuat Aisyah betah untuk mensantap semua makanan yang berada di meja.
"Wah ada buah nih, kayaknya kalau di rujak enak Dev."
"Gak usah so modus, kalau mau ambil aja. Gak perlu so basa-basi. Basa-basi lo receh banget."
"Gue nggak ada receh bos, adanya juga permen, lo mau?"
"Ogah. Oke langsung to the point aja gue sama lo. Dengar baik-baik, pasang telinga dua dan mata menatap. Kosongkan pikiran."
"Plis jangan hipnotis gue, gue masih terlalu polos buat dihiptonis."
"Emangnya lo mau dihipnotis?"
"Yah enggaklah."
"Yaudah makanya dengerin babang Devit yang ganteng ini."
flashback on
"Tahun ini mungkin tahun terakhir aku berada di sekolah ini, itu artinya aku dan kau akan berpisah untuk melanjutkan sekolah ke universitas yang berbeda. Bahkan perjumpaan itu akan sulit untuk dijumpai dengan kesibukan yang semakin melanda. Perlu kau ketahui, sejauh apapun kita berpisah jika kau jodohku maka kau akan kembali padaku. Aku tak ingin terus menjalani suatu hubungan yang jauh, hubungan yang tak jelas akhirnya akan seperti apa. Aku selalu berpikir bahwa kau jodoh oranglain, itu artinya tidak ada kewajiban bagiku untuk menjaga jodoh oranglain. Aku takut, ketika aku terus menjagamu disini, sedangkan jodohmu disana sedang memperbaiki diri untuk mendapatkanmu. Dan disini kau sedang bersamaku, bukankah itu menyakitkan bagi dia?"
"Aku mengerti dengan semua hal yang kau sampaikan padaku saat ini, aku memahami apa yang kau maksud. Mungkin aku yang terlalu egois memikirkan keinginanku, sampai-sampai aku lupa bahwa kau belum tentu jodohku. Tapi aku sangat menyayangimu, bahkan untuk melepaspun aku belum bisa, sebab kau wanita terbaik dari yang sebelumnya. Aku beruntung bisa memilikimu."
"Jika kau sayang padaku, maka tinggalkan aku. Aku tak ingin kau berucap sayang pada hal yang belum jelas, aku takut ketika semua sayangmu akan membawaku terbujuk pada rayuan setan. Kuakui bahwa aku tak cantik jika kau melihat dari fisik, tapi aku tau kecantikan itu terlihat dari hati bukan pada fisik. Sebab fisik akan berubah menjadi tua dan bahkan pada saat matipun akan dikelilingi oleh bilatung. Tapi berbeda dengan kecantikan yang muncul dari hati, mungkin tanpa aku jelaskan kau sendiri sudah mengerti."
"Aku mengerti Fat, bahkan semua itu sudah terjadi dan menjadi kenyataan. Mungkin benar kata kamu sebelum kita seperti ini, akan ada satu atau kedua-duanya menjadi pihak yang tersakiti. Dan disini pihak yang tersakiti itu aku. Tapi aku sadar dan tak boleh egois, bahwa memaksamu untuk terus bersamaku itu artinya aku sudah melanggar keinginanmu. Aku akan lakukan apapun yang kau mau asalkan kau bahagia."
flashback off
"Kurang lebih Fatimah menyampaikannya seperti itu sama gue, dan jujur saja sampai detik ini gue belum bisa move on dari dia. Entahlah, ada ketenangan yang dapat gue rasakan ketika memandang Fatimah. Dan bahkan ingin menjaga serta melindunginya. Tak ada sedikitpun dalam pikiran gue untuk merusak dirinya." Jelas Devit dengan jujur tanpa becanda seperti tadi.
"Bentar ini Devitkan? Bukan Ustadz Devit?"
"Kamvret lo bilang gitu sama gue, mentang-mentang gue berandalan. Inget yah, gue juga milih-milih kali buat nyari pendamping hidup."
"Nah, loh... Kalau milih-milih, kenapa lo demen sama yang seksi?"
"Dia ngebet sama gue, bokapnya dia nitipin tuh cewek ke gue. Mana mungkin gue nolak permintaan bokapnya, yang ada gue dihajar."
prok prok prok
Suara tepuk tangan itu berasal dari arah belakang Devit dan Aisyah.
"Devit...." Suara Mona mengagetkan mereka berdua.
Kira-kira Mona mendengar gak sih ucapan Devit? Lalu akankah cinta Devit terbalas oleh Fatimah?
Yuk cari tahu next part :)
Votement janfan lupa reader's
![](https://img.wattpad.com/cover/128430084-288-k366721.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Analisa Cinta
Spiritual***** Bagaimana mau jadi suami yang baik, jika memperlakukan wanita saja masih belum baik. ***** Gadis cantik bernama Fatimah Az-Zakiyyah yang selalu mensetorkan hafalannya kepada Ustadzah Khadijah di Mushola sekolah sehabis sholat. Gadis yang memp...