Itulah perempuan, sedikit dikasih harapan, langsung melambung tinggi dan berangan-angan untuk hidup bersama kembali.
***********
Kak, aku senang banget. Bagaimana tidak senang coba, kalau kakak bilang seperti itu. Itu artinya kita masih bersama.
Fatimah hanya membaca pesan tersebut dengan raut wajah tersenyum geli. Pasalnya, menurut Fatimah, dia itu terlalu lebay dan terlalu kekanak-kanakan. Tapi Fatimah menghargai dia sebagai adik kelas, yang pola pikirnya sedikit berbeda.
"Fat, kamu kenapa? Tadi aja di sekolah murung, so galau-galauan lagi. Nah ini, malah senyum-senyum sendiri."
"Ia, kakak kenapa ih? Enggak kerasukan jin atau malaikat atau bidadari berwujud putrikan?"
"Enggak ih, kalian berdua kagak peka banget sih, biasalah hujan membawaku ingin bercaption panjang." Ucap Fatimah sambil mengetik pesan untuk Rafiqi.
"Derai hujan basahi aku. Terkuyup wajah dirinya, membuatku ingin bernyanyi. Wo ooo wo oo, lala lanah tazul mala. Syalela lela lela, kalau hanya makanan dimeja, tak perlu engkau risau. Kalau hanya ingin berdua, tak perlu repot-repot. Jangan-jangan sampai ketahuan, awas-awas. Hey.... Ah" Capruk Maudi dan Alena yang sebelas dua belas kalau sudah urusan dangdut, yah meskipun mereka salah lirik, tapi mereka penghibur bagi Fatimah.
"Kak fatimah, kenapa sih bisa suka sama Rafiqi yang sekelas sama aku?"
"Yah enggak tahu atuh, da emang udah suka aja dari dulu. Da aku mah apa atuh, suka aja sama berondong. Biar imut-imut lucu gimana gitu wajahnya."
"Ih kakak, aku serius tahu. Masa kakak yang cantik ini dan berpikiran dewasa mau sama anak kecil kayak aku. Yah meskipun kita beda satu tingkatan."
"Tapi usiaku sama dia berbeda dua bulan. Dan dia yang lahir duluan. Dia lahir bulan September tanggal 2, nah aku lahir bulan November tanggal 16. Itu artinya aku masih baby face."
"Bayi bagoy yang ada ah." celetuk Maudi yang kelepasan.
"Jangan celetak-celetuk marah-marah, mending ramah-ramah. Kata kasar itu enggak baik Mauti, eh Maudi."
"Idih, ini anak bikin gue pusing pala inces. Untung yang kayak kamu cuman satu, coba aja kalau banyak, aku yang rakus bisa makin kerempeng kayak triplek." Ujar Maudi dengan tatapan jengkel tapi tak menjengkelkan.
"Maafkan aku kanjeng doro, maafkan daku yang terlalu lucu dan udahlah ayo kita pergi dari sini, ini hujan sudah reda. Takut kenapa-kenapa ini Alena lenata tara mandi dua minggu. Eh tidak ketang, hilap alias becanda." ujar Fatimah yang kadang-kadang kelewat batas.
Ditengah-tengah percakapan mereka, ada salah seorang ibu yang mengenakan jas hujan langsung memberhentikan motirnya di pinggir jalan yang melihat Alena dan yang lainnya sedang berteduh di bawah rumah kayu yang sudah lapuh dan tak terpakai.
"Alena, ngapain disitu? ayo mau pulang bareng?"
"Lagi nunggu hujan bi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Analisa Cinta
Spiritual***** Bagaimana mau jadi suami yang baik, jika memperlakukan wanita saja masih belum baik. ***** Gadis cantik bernama Fatimah Az-Zakiyyah yang selalu mensetorkan hafalannya kepada Ustadzah Khadijah di Mushola sekolah sehabis sholat. Gadis yang memp...