perjumpaan

305 39 23
                                    

Budayakan baca sampai tuntas jangan sekilas.

¤¤¤¤¤¤¤

Jangan kau renggut harga diri wanita yang sudah menjadi nilai jual, mau dikata apalagi jika nilai jual itu sudah kau kotori.

  ¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Aisyah dan Fatimah pergi ke sebuah mall di Bandung yang cukup besar. Mereka berdua mengenakan pakaian yang biasa tapi tidak ketat, mereka terlihat cocok layaknya sodara kembar yang kemana-mana selalu bareng tanpa ada pemisah. Senyuman yang terlontar dari kedua bibir yang berbeda terlihat indah dan sangat menyejukan hati, apalagi senyuman yang mengartikan melepas beban.

"Fat kamu mau beli baju yang mana?"

"Gak tau Syah, semuanya pada bagus. Apa aku harus borong semuanya agar tak penasaran?"

"Ia kali distributor, gimana kalau masuk ke toko yang itu? Kayaknya banyak pilihan. Ditambah baju disana itu sesuai sama Fashion kita juga, kali aja ada yang memihak uang kita." Usul Aisyah dengan menunjuk sebuah toko khusus fashion muslimah yang dari jauh kelihatan menarik untuk dimasuki.

Fatimah dan Aisyah langsung masuk ke toko itu dengan perasaan senang dan tak sabar untuk mencoba baju yang cocok dengan mereka.

"Syah entah kenapa semakin aku menjauh darinya, semakin sulit untuk melepas dengan ikhlas." Ujar Fatimah dengan membolak-balikan pakaian yang dipajang pada rak berlengan.

"Masa sih? Perasaan kamu aja kali Fat." Aisyah berusaha membuat Fatimah tak yakin dengan naluri hatinya.

"Benar Syah, lagian nih yah aku kasih tahu sama kamu bahwa semakin dia pergi, semakin besar rindu itu hadir. Semua itu terlihat biasa namun mengusik pikiranku, apakah ini cara Allah mengujiku? atau sekedar ilusi? Tapi aku belum benar-benar melepasnya.

"Kamu sendiri yang waktu itu bilang stop untuk berharap lebih."

Fatimah mengangguk, hal inilah yang kelihatannya mudah namun berbekas. Karena situasi waktu itu Fatimah sudah tak tahan dengan cewek gatel yang terus mengintograsi Fatimah agar menjauhi Devit. Dan Fatimah sudah lakukan itu, namun Devit masih menemuinya.

"Fat aku bayar duluan yah, aku udah nemu baju yang pas buat ditubuh mungilku."

Fatimah mengangguk, tak seperti biasanya dia menggoda Aisyah. Kali ini perasaan Fatimah sedang tidak mood untuk bercanda.

Tak lama ketika Aisyah menuju ke kasir, Fatimah sudah menemukan gamis sederhana bernuansa peach yang sengaja ia pilih agar tak mencolok. Lagian Fatimah tidak suka dengan warna-warna terang.

"Mbak total belanjaan mereka berdua berapa?" Suara tersebut mengejutkan Fatimah dan Aisyah. Pasalnya suara itu sangat dikenal oleh mereka berdua. Terutama Fatimah yang sudah satu tahun tak mendengar suara itu. Dan kini, suara itu benar-benar hadir disaat Fatimah sedang menata diri.

"Devit." Seru Aisyah terkejut.

"Ya." Ucapnya datar.

"Maaf Mbak, punya saya berapa? Saya bisa bayar sendiri." Ucap Fatimah yang lagi-lagi mengagetkan Devit dan Aisyah.

"Udah totalnya berapa Mbak? Saya saja yang bayar." Tolak Devit.

"Jadi totalnya 545.000,00." Jawab sang kasir.

Devit menyodorkan uang sejumlah 555.000,00 dan kasir tersebut mengembalikan uang 5000,00 kepada Devit. Tapi Devit tak memasukan uang 5000,00 tersebut, melainkan ia memasukannya pada kotak amal di dekat kasir yang ada tulisan rumah Anak Yatim.

Analisa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang