empat puluh enam

17 2 0
                                    


"Sialan tuh si Nirma." gerutu Ahyar dibalik kemudinya.

"Nirma? Adik kelas yang ngefans sama lo? yang suka bawain makanan?" tanya gadis disampingnya, Kiran, sahabatnya yang duduk disebelahnya.
"He eh." Ahyar mengangguk.

Mobil yang dikemudikan Ahyar menepi ketika mendapati tubuh Surya berdiri di pinggir jalan.

Surya masuk ke dalam mobil.

"Pagi, Kiran." sapa Surya ketika melihat gadis yang sedikit tomboy duduk disamping Ahyar.

"Pagi, Sur." balas Kiran, tersenyum. Hanya sebentar, wajahnya kembali datar.

Pintu mobil Surya tutup, stir mobil kembali Ahyar kemudikan.

"Lagian, lo terlalu dingin jadi cowok. Respon sedikit kenapa sih?" kata Kiran melanjutkan percakapan yang sempat terpotong.

"Peka dong." tambahnya.

"Lagi ngomongin apaan sih?" tanya Surya yang bingung dengan arah pembicaraan.

"Fans berat pangeran sekolah." jawab Kiran.

"Kenapa sama fansnya?" tanya Surya

Kiran mengangkat bahu.

"Dia neror gue." jawab Ahyar tak acuh.

"Siapa?"

"Yang kemaren roti sandwich-nya lo makan."

"Nirma maksud, lo?"

Ahyar mengangguk.

"Masa sih? Gak percaya gue. Orang gadis lugu kayak gitu."

"Don't judge the book from this cover." kata Ahyar mengutip sebuah kalimat.

"Tapi gue masih gak percaya, sih." Surya menyenderkan tubuhnya.

"Dia yang ngaku sendiri."

"Ngaku gimana?" Surya mendekatkan tubuh ke kursi depan.

"Tadi melem dia bilang, liat gue lagi maen basket. Coba tebak siapa yang ada disana."

"Banyak, itu kan lapangan umum. Banyak orang disana."

"Yang ngedeketin kita?"

"Ya, dia. Tapi kan bisa aja orang lain. Lagian lo gak bisa nebak gitu aja, hanya karena dia suka sama lo, kan."

"Lo kenapa jadi belain dia?"

"Siapa yang belain, gue cuma gak mau lo salah tebak. Siapa tau tebakan lo salah."

"Dengan dia gak jawab pertanyaan gue yang nanya kalo dia Nirma apa bukan, itu udah cukup ngasih jawaban kalo itu emang dia." tutur Ahyar.

Surya kembali menyandarkan tubuhnya ke kursi belakang.

"Debat aja kerjaan lu pada." kata Kiran cemberut yang merasa diacuhkan.

Ahyar menoleh ke Kiran.

"Awas!" teriak Surya.

Mobil yang dikemudikan Ahyar hampir saja menabrak seorang gadis berpakaian putih abu yang sedang menyebrang di depan sekolah.

Gadis itu menunduk, hanya melihat sebentar ke arah mobil yang mau menabraknya. Lalu kembali menunduk dan berjalan memasuki gerbang sekolah.

Ahyar menghirup napas, lega. Hampir saja.

"Itu kan, Nirma?"

Short Story in a Short MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang