enam puluh sembilan

10 3 1
                                    


"Gimana?" tanya Surya ketika mereka seperti biasa duduk di bangku pinggir lapangan indoor.

"Mission Failed." kata Ahyar tampak kesal.

"Misi gagal kok lo gak terlihat nyesel? Malah senyum-senyum sendiri?" selidik Surya.

Ahyar membaringkan tubuh.

"Jangan bilang lo mulai jatuh cinta sama tuh pengirim pesan rahasia?" tanya Surya dengan nada menyelidik.

"Gak tau. " Jawab Ahyar.

"Berani bener, kan?" Surya masih menyelidik.

"Maybe." ucap Ahyar entah sungguh-sungguh atau tidak.

"Jangan-jangan lo udah tau siapa itu?"

"Nggak," jawab Ahyar simpel.

"Lo nggak tau orangnya, terus lo bisa jatuh cinta, gimana ceritanya?" tanya Kiran yang tiba-tiba sudah ada disana membawakan tiga botol softdrink.

"Asik. Lo tau aja gue haus daritadi." Surya tersenyum lebar, menerima minuman dari Kiran.

"Gue jatuh cinta sama tutur katanya, Ran." jawab Ahyar, mantanya menatap langit-langit.

"Kata-kata bisa menipu." kata Kiran.

"Kata-kata adalah senjata paling ampuh. Terlepas dari dia menipu atau tidak, gue tetep jatuh cinta sama orang itu." ujar Ahyar.

"Kenapa lo gak ajak ketemu?" usul Kiran.

"Udah dari pertama juga, tapi dia nolak. Katanya bakalan ngerusak romansa misterius -nya kalo cepet-cepet ketemu."

"Mau sekarang, atau mau tau depan juga ujungnya sama kan ketemu."

"Tapi rasanya beda, katanya." ucap Ahyar, "Kayak lo naik gunung ngedaki dengan kaki, sama naik helikopter. Ujung-ujungnya sama sampe ke Puncak, tapi rasanya bakalan beda banget."

"Katanya, lagi?" tanya Surya yang sudah meminum hingga tetes terakhir softdrink-nya.

"He eh." kata Ahyar.

"Romantis juga ya itu orang." Ucap Surya.

Ahyar mengangguk.

"Eh gimana kalo itu beneran si Nirma?"

"Gak mungkin, kan lo denger sendiri dari temennya dan lo jiga suka liat sendiri gimana itu orang, kaku dan seringkali bisu."

"Penampilan bisa menipu." Komentar Kiran.

"Nah." Surya membenarkan.

"Ya kalopun itu bener Nirma, ya gue gak apa-apa." kata Ahyar.

"Lo suka sama Nirma?" tanya Surya.

"Entahlah," Ahyar mengangkat bahu, "Kalo bener yang ngirim kata-kata itu beneran dia, ya gue suka sama kalimat-kalimat puitisnya. " jawab Ahyar apa adanya, karena jujur tak bisa dipungkiri gadis itu menarik juga.

"Yar," panggil Surya.

"Apa?" jawab Ahyar

"Bangun." kata Surya

"Ada apa?" tanya Ahyar.

"Nirma. " kata Kiran.

Gadis yang disebutkan namanya itu berdiri lima langkah dari tempat mereka duduk, yang otomatis pasti mendengar celotehan mereka.

Kepala Nirma menunduk, entah karena malu mendengar pengakuan Ahyar atau memang selalu seperti itu.

Pada kedua tangannya tergenggam dua buah benda. Tangan kanannya memegang bekal kotak makan, sedang tangan kirinya memegang sebuah buku.

Nirma berjalan dua langkah mendekati mereka. Tangannya kanannya terjulur, hendak memberikan bekal makannya.

Seperti biasa Ahyar tak melakukan apa-apa. Alhasil lagi-lagi tangan Surya yang menerima.

Gadis itu kemudian balik kanan tanpa satu katapun.

"Tunggu." kata Ahyar kemudian.

Gadis itu berhenti sejenak. Tapi kemudian berlari kecil meninggalkan lapangan itu .

Short Story in a Short MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang