Woohyun memejamkan matanya erat-erat. Dia terengah-engah berat saat kepala nya terasa sangat menyakitkan. Salah satu dokter menyuntikkan cairan ke lengannya. Sungjong mengusap dahinya yang berkeringat dengan khawatir tercetak jelas diwajahnya.
"Dokter..."
"Biarkan obat mengambil efeknya. Dia adalah seorang anak yang kuat,"
"Aku ... bisa ... pu..pulang..kan?" Woohyun bertanya antara rintihannya. Dia membuka matanya dan menatap dokter dengan mata setengah mengantuk. Dokter mencondongkan tubuh ke depan dan membelai kepalanya dengan lembut.
"Istirahatlah dulu oke? Cobalah untuk tidur. Hanya ketika kau merasa jauh lebih baik, maka kau bisa pulang,"
"Aku ... akan ..." ia menarik napas dan memejamkan mata. Sungjong mengusap air matanya sendiri diam-diam. Tidak pernah sekali ia berpikir bahwa ia akan menyaksikan betapa lemah dan sakitnya Woohyun.
"Hnnnghhh!" Woohun tiba-tiba menjerit kesakitan seperti mencengkeram perutnya erat. Wajahnya penuh air mata dan keringat. energinya terkuras karena sakit. Dia bisa mendengar dokter dan perawat yang melakukan yang terbaik untuk meringankan rasa sakitnya.
"Siapkan ruang gawat darurat sekarang!" dokter memerintahkan salah satu perawat sementara ia memeriksa tubuh Woohyun.
"Apa yang terjadi?"
"Sesuatu pasti terjadi dengan luka internalnya. Kami perlu memeriksa nya lagi ..." kata dokter dengan kening berkerut.
Pernafas woohyun menjadi lebih cepat sambil terengah-engah berat. Seperti seseprang telah meremas perutnya kuat-kuat. Dia berbalik ke samping dengan mata setengah mengantuk. Segala sesuatu di sekitarnya kabur. Kecuali ia melihat seorang gadis dengan pakaian hitam mendekat. Gadis itu tersenyum padanya, perlahan memegang tangan yang dingin.
"Jadilah kuat ... aku di sini ..."
"Namu ... Namu ... dokter! Dia tidak bergerak! Dokter!" Sungjong yang menepuk-nepuk pipi Woohyun dengan lembut mulai takut ketika mata Woohyun perlahan terpejam. dokter segera memindahkannya ke tempat tidur yang lain."Ini darurat! Panggil Dokter Shin dan Dokter Ki! Cepat!"
"Pasien terlalu lemah. Kita tidak bisa melakukan endoskopi sekarang ..." salah seorang perawat mengatakan kepadanya. Tapi ia mengabaikan perawat dan melanjutkan untuk mendorong tempat tidur menuju ruang gawat darurat. Sungjong memegang tangan gemetar sendiri, napasnya terasa sesak karena ia menyadari bahwa ia tidak bisa bergerak maju.
"Tinggal di sini. Kami akan memeriksanya," salah satu perawat menepuk bahunya sebelum bergegas mengikuti dokter. Sungjong mengangguk, berusaha menenangkan hatinya sendiri. Dering telepon diabaikan dalam tasnya.
-
Sunggyu cemberut saat ia mencoba menelepon Sungjong beberapa kali. Dia ingin menanyakan kapan ia dapat menjemput Woohyun dari rumah sakit sejak Sungjong mengatakan Woohynakan segera bisa dipulangkan. Sementara itu, ia mengabaikan pertengkaran Hoya dan Sungyeol."Langkahmu seharusnya seperti ini! Tidak memutar pergelangan tangan mu seperti itu!"
"Kita mengubahnya kemarin! Kau melupakannya? Seorang penari besar lupa gerakan kelompoknya?"
"Kita tidak merubah apa-apa kemarin!"
"Kita melakukan! Tanyakan pada leader!"
Hoya kemudian marah berjalan menuju Sunggyu yang menulis dan memeriksa jadwal mereka. Dia ingin memastikan jadwal tidak akan menambah rasa sakit Woohyun dan memperlambat pemulihan luka.
"Apa yang-! Hyung, Kau tidak bisa hanya hanya mengubah jadwal kami seperti itu .." mata Hoya melebar. Dia memiliki rencana sendiri, dan dengan keputusan Sunggyu ini, jadwalnya menjadi bentrok dengan rencananya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIC TOC [√ COMPLETED]
FanfictionMereka shok saat senyum pria kecil itu perlahan menghilang dari pelukan mereka. jiwa bersinar nya menangis tapi tersenyum pada mereka, melambaikan ringan. Bersinar di sekelilingnya yang membuatnya tampak seperti malaikat. Tapi dia akan kemnali ke Su...