Day 22 : Your Smile

811 82 47
                                    

A / n: Aku merindukan senyumnya .. senyum yang tidak akan bisa kulihat lagi .. Senyum yang aku hanya bisa melihat ke langit saat aku merindukannya .. Mianhae ..



 
 
Woohyun membuka matanya saat seseorang membelai kepalanya dengan lembut. Hal pertama yang dia lihat adalah senyum Boohyun padanya. Dan hal yang sangat disesalkan Boohyun, adalah senyum Woohyun.

"Hei, adik kecil bagaimana tidurmu?" Tanya Boohyun pelan.

Woohyun melihat sekeliling dan meyakinkan bahwa dia masih di asrama.

"Kapan kau datang?" Woohyun berkata, hampir berbisik.

"Satu jam yang lalu, aku membuat sarapan pagi, apakah kau ingin aku membawanya ke sini?" Tanya Boohyun prihatin.

Woohyun menggelengkan kepalanya dan perlahan duduk dengan bantuan dari kakaknya.

"Tidak, aku ingin makan dengan semua orang," katanya sambil tersenyum, menunjukkan lesung pipinya.

"Bagaimana kalau kita mandi dulu?"

"Kita?"

"Aku tidak keberatan untuk kedua kalinya.. Aku akan memandikanmu .." Boohyun terkekeh.

Tapi melihat Woohyun mencengkeram ujung piamanya membuatnya sedikit merengut.

"Tubuhku penuh dengan memar sekarang. Ini jelek hyung ..." Woohyun berkata lemah, melihat selimutnya.

Boohyun mendesah sedikit dan mengangkat dagunya, untuk menatapnya.

"Hei, ini tidak jelek ... tidak ada yang perlu dipermalukan ... tidak peduli bagaimana atau apa, aku selalu mencintaimu ... kau adalah adik laki-lakiku ..." Boohyun menangkup pipi Woohyun sementara ibu jarinya mengusap air mata Woohyun. Di pipinya.

"Kau ... Kau mencintaiku?" Tanya Woohyun heran, terengah-engah dengan suaranya sendiri yang gemetar.

Boohyun mengangguk dan membelai pipi Woohyun.

"Aku melakukan banyak dosa kepada mu sehingga aku tidak tahu bagaimana cara untyk menebusnya. Aku sangat sakit ketika aku tidak melakukannya .. Aku mencintaimu, dongseng ah .. Kau adalah satu-satunya dongseng ku ... Percaya padaku sekarang oke? " Boohyun membujuknya.

Woohyun tersenyum di antara isak tangisnya yang diam dan memeluk Boohyun dengan bingkai tulangnya. Boohyun memeluknya kembali, mengusap punggung kecilnya yang tipis saat ia mematuk kuil Woohyun.

"Aku mencintaimu hyung ..." Woohyun berbisik sambil tersenyum.

Bagaimana dia berharap bisa mendengarkan tiga kata itu setiap hari, setiap malam.
 
 




 
 
 
Boohyun menggigit bibir bawahnya saat ia mengusap punggung Woohyun dengan spons. Terakhir kali mereka mandi bersama di bak mandi adalah saat Woohyun masih menjadi anak sekolah menengah. Dongsengnya yang sangat sehat sejarang sedang duduk di depannya terlihat sakit dengan tubuh pucatnya yang penuh dengan memar. Air matanya mengalir deras saat dia terus mengusap punggung Woohyun dengan lembut.

"Lihat hyung! Aku membuat yang lebih besar!" Seru Woohyun saat ia terkekeh pada seukuran gelembung yang ia buat.

Boohyun bertanya-tanya berapa lama dia tidak mendengar tawa Woohyun.

"Bisakah kau membuat bentuk hati?" Tanya Boohyun, berpura-pura seperti dia baik-baik saja.

"Aku akan mencoba, tunggu ..." Dengan demikian, Woohyun mulai sibuk lagi dengan sabunnya.

TIC TOC [√ COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang