Day 35 : A Fighter

671 75 52
                                    

Lee Jungyeop, CEO Woollim duduk di kursinya saat mengamati pria kecil di depannya. Desas-desus itu sepertinya benar. Woohyun tersenyum lebar padanya saat ia menunjukkan lagu nya yang baru.

"Appa, Aku membuat beberapa lagu untuk junior kita, mereka akan debut, kan? Kau sudah berjanji pada kita," kata Woohyun penuh semangat.

"Kau melakukannya? Aku akan segera mendengarkannya," katanya lembut.

Kemudian mereka berdua saling berpandangan tanpa mengatakan apapun.

"Appa ..."

"Hmm?"

"Bisakah kau menjanjikan sesuatu juga padaku?"

"Apa itu?"

"Jaga lah saudara-saudaraku ... Infinite ... jagalah mereka ..."

"Woohyunie,"

"Sunggyu hyung mungkin terlihat kuat dan tegar. Tapi dia memiliki hati yang paling rapuh. Pastikan dia memberitahu segalanya, jangan biarkan dia menjaga semuanya sendiri ..."

"Woohyu-"

"Dongwoo Hyung... dia punya banyak bakat, tunjuk kan dia ke seluruh dunia. Dia mungkin tersenyum setiap saat, tertawa seperti orang gila .. tapi dia tidak bisa mentolerir pengkhianatan atau ketidakadilan. Dia akan tersakiti .. dia tidak tahu bagaimana cara menyembunyikannya dengan baik .. Bantu dia .. "

Woohyun berkata sambil tersenyum. Benjolan di dalam tenggorokannya terasa sangat menyakitkan.

"Hoya ... Hoaegi ... Selalu perhatikan dia, terutama saat dia menari. Ada kalanya dia ingin menangis, tapi harga dirinya menghentikannya. Biarkan dia menari sampai dia menangis, ini akan membantunya jika kau benar-benar tidak dapat bertanya ... Dia adalah orang yang peka untuk jujur, "

"Sungyeolie ... Dia kesepian. Bantu dia ... Anak itu bisa melakukan apapun yang kau minta ... Dia mungkin terkadang menjadi choding, tapi dia adalah seorang hyung yang benar-benar dewasa ... percayalah padaku," kata Woohyun, tiba-tiba menjadi lemah.

Melihat itu Jungyeop cepat-cepat bergegas ke sisi Woohyun dan memeluknya dalam pelukannya.

"Yahhh! Woohyun ah! Hyunie ah!" dia menepuk pipi Woohyun ringan.

Woohyun membuka matanya dengan lemah saat dia terengah-engah. Kulitnya pucat dan napasnya tak beraturan.

"Myungsoo. Ia adalah anak yang imut, tolong bantu dia ..urrghhh!"

Woohyun melengkung kesakitan.  Cengkeraman pada lengan Jungyeop mengatakan kepada CEO bahwa Woohyun benar-benar kesakitan.

"Sungjongie ... Bantu dia .. Juga ... dia ... bagus ... Untu.. Menjadi MC ..." Woohyun berkata lemah. Matanya terpejam saat tubuhnya lemas.

"Woohyun ah! Woohyun ah!"









-






Semua Infinite duduk di dalam ruangan, menunggu dan berdoa dengan gugup. Dokter mengatakan kepada mereka, bahwa Woohyun perlu dirawat di rumah sakit. Tubuhnya yang kecil ditutupi dengan berbagai tabung dan kabel.

Sekali waktu, mereka akan mendengar rintihan dari orang yang sedang tidur. Jadi Sungyeol duduk di samping tempat tidur, dan membelai alis Woohyun yang berkerut sambil menyenandungkan sebuah lagu. Dia tersenyum saat Woohyun terlihat jauh lebih tenang.

"Hyung, berkerut tidak cocok untukmu .. lihat? Kau terlihat lebih manis seperti ini," Sungyeol berbisik ke telinga Woohyun, memaksa dirinya untuk tersenyum.

Tapi Woohyun tak sadarkan diri.

"Permisi," mereka berbalik dan melihat seorang dokter datang. Orang yang telah merawat dan membantu Woohyun.

"Apakah dia baik baik saja?" Ini adalah pertanyaan bodoh tapi Sungjong tidak bisa tidak bertanya.

"Aku harus memeriksanya dan sangat menghargai jika semua orang meninggalkan ruangan ..." katanya saat seorang perawat datang dengan beberapa barang.

"Apakah Anda akan melakukannya di sini?" CEO Lee Jungyeop bertanya.

"Ya, karena ini adalah kamar pribadi, iti tidak masalah. Wartawan telah datang beberapa hari ini, berbahaya membawanya ke sana,"

"Apa yang sedang anda lakukan?" Dongwoo bertanya ketika seorang perawat menaruh beberapa kain di bawah pinggang kurus Woohyun. Dia kemudian menyingkapkan pakaian Woohyun dan membalik tubuh Woohyun untuk berbaring kesamping.

"Kami akan tinggal disini," kata Sunggyu tegas. Dia pernah melihat ini sebelumnya. Jadi dia bergegas tinggal di samping dongsengnya.

"Baiklah kalau begitu ..." sang dokter mendesah dan memulai prosedurnya.

Tubuh Woohyun yang lemas tiba-tiba tersentak dan menggeliat saat sebuah jarum 'di suntikkan' di pinggangnya yang kecil.

"Woohyunie ... ini aku ... hyung ... hei ... tidak apa-apa .. aku bersamu," Sunggyu memegang tubuh Woohyun yang sedang berjuang erat di pelukannya.

Suara rintihan dan tangisan kesakitan membuat Sunggyu memeluk pria yang lebih kecil itu dengan erat. Sementara Sungyeol memegang kaki Woohyun sehingga yang lebih tua terus berada diposisinya.

"Dua menit lagi dan kita akan..... selesai! Oke, pegang dia dengan ketat.1, 2, 3! "

Sunggyu memeluk Woohyun lebih erat saat tubuh kecilnya tersentak keras dan terkesiap. Dokter menarik jarum suntik itu dan dengan cepat menyeka darah yang menetes dari sana. Perawat tersebut membantu dokter dan mengobati luka itu, sementara Sunggyu mengusap wajah dan leher Woohyun yang dingin dan berkeringat. Woohyun terengah-engah hampir seolah-olah dia berlari maraton.

"Kau melakukan yang terbaik ... Kau melakukan yang terbaik ..." Sunggyu berbisik kepada Woohyun yang menatapnya dengan mata setengah terpejam.

"Apakah ada yang salah?" Hoya bertanya kepada dokter yang menatap dan membaca monitor Woohyun untuk sementara waktu.

"Dia benar-benar banyak berjuang. Tidak seperti sebelumnya, kali ini dia tidak tahan dengan rasa sakit. Melihat kondisinya saat ini, saya perlu memberi tahu kalian bahwa ... hasil tes ini ... mungkin tidak akan membahagiakan. Tolong bersiaplah, "

"Woohyunie ..."










-







Sore sampai malam adalah yang paling mengkhawatirkan. Woohyun jatuh sakit saat suhu tubuhnya naik. Dia hampir terlihat seperti mayat yang membuat takut pada yang lain. Mereka harus memakai masker wajah untuk mencegah infeksi pada tubuhnya yang sudah rapuh.

"Hyunie ah ... tetap kuat tolong ... aku masih membutuhkanmu ..." kata Sunggyu, hampir memohon. Air matanya membasahi wajahnya saat tangannya membelai kepala Woohyun dengan lembut.

"Sudahkah kau menelepon orang tuanya?"

CEO Lee bertanya kepada mereka dan hanya kesunyian mereka yang menjawabnya. Yang tertua tahu, anak-anak masih shok.

"Aku akan membawa mereka ke sini ... Anak-anak, dia orang yang kuat, dia seorang pejuang, kalian tahu itu kan?" Dia menepuk pundak Myungsoo seperti yang dilakukan seorang ayah.

Myungsoo menyeka air matanya sendiri dan mengangguk pelan seperti anak kecil.

Satu-satunya suara di ruangan itu adalah bunyi bip monitor Woohyun, dan napasnya. Dan perjuangan berlanjut, dengan diawasi oleh saudara laki-lakinya yang tidak pernah meninggalkan sisi nya.




-

Huaaaaa..... Asliik aku mewek lagi pas bagian ini.... Nulis sambil berlinang air mata 😭😭😭😭😭😎😎

TIC TOC [√ COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang