20%

2 0 0
                                    

"Dia kenapa,dok?" tanya gw dengan nada tekanan yang memaksa.

"Ansel tadi nya hampir terkena gegar otak, tetapi masih bisa kami selamatkan. Tetapi masalah utamanya, dia perlu rawat inap selama kurang lebih 1 Minggu. Dia sekarang koma, dan penyakit bawaanya semakin parah. Jika dia sudah sadar, berika obat sesuai takaran. Jangan biarkan dia sendirian kemana mana. Penyakitnya cukup kronis untuk dibawa ke dunia luar."

"Astaga, Ansel." kata gw sambil nangis dan duduk di kursi. Blake dan Emma ngelus gw biar tenang.

"Oh, dan satu lagi. Ansel terkena Amnesia setelah kami operasi gegar otaknya."

"Tapi, dok. Kepalanya terbentur apa?" tanya gw sambil menangis pelan.

"Dia pasti terbentur di lantai pas kamu sedang bertengkar."

Dan yang benar aja, gw kedengaran suara benturan pas gw lagi berantem. Ternyata itu suara dari Ansel. Tapi kenapa? CCTV nya tiba tiba ga merekam benturannya, karena rusak tiba tiba. Ga ada petunjuk sama sekali tadi.

"Tapi, ga ada apapun yang tertancap di kepalanya kan? Hanya benturan saja?" tanya Emma.

"Ya, tapi benturan itu sangat kencang. Sampai hampir seluruh organ tubuhnya tidak berfungsi dengan baik tadinya. Tapi, syukurlah dia masih bisa terselamatkan." jelas dokter lebih spesifik.

"Jadi, dia harus dibiarkan disini seminggu?" tanya Blake.

"Ya. Salah satu dari kalian bisa relawan untuk menjaga selama seminggu di rumah sakit, atau bisa mengunjungi di jam jam tertentu." kata dokter.

"Kita akan datang menjenguknya setiap hari. Terima kasih dok atas bantuannya." jawab gw.

"Sama sama." dan dokter pun pergi.

Dan kita pun ke bagian administrasi, semuanya gw tanggung biayanya,mulai dari operasi sampai obatnya. Setelah mendapat resep dokter, kami pun ke apotek untuk mengambilnya.

"Ini obat untuknya, jangan lupa berikan sesuai takarannya. Jangan biarkan dia melakukan hal negatif, dia benar benar amnesia dan tidak tahu apa apa lagi. Maka, iya harus didik ulang seperti anak kecil." kata apoteker sambil memberi obatnya.

"Terima kasih, Mr." jawab Emma.

Kami pun kembali ke mobil, dan mengantarkanku pulang.

"Ansel." satu nama yang gw kangenin.

"Iya iya, Maria. Ansel baik baik aja kok." kata Emma.

"Gw nyesel jawab 'ga' ke dia. Karena dia berharap gw mau sama dia. Pas dia pingsan, gw disuruh dosen buat kasih napas buatan. Awalnya ga mau, tapi terpaksa. Terus pas dia ketusuk pisau, gw cuman bisa bilang 'jangan tinggalin gw Ansel, gw nyesel ga terima tawaran lu."

"Astaga, Mar. Yang sabar ya." kata Emma dengan mata yang udah berkaca kaca.

"Oh iya, setelah Ansel sembuh, siapa yang mau ngerawat dia?" tanya Blake.

"Aku ga bisa, Blake. Aku sekarang tinggal sama kakak, kamarnya juga penuh." jelas Emma.

"Ya, gw juga ga bisa sih soalnya ga ada kamar kosong lagi. Udah dipake sama adek gw."

"Gw aja. Dia bisa tidur sama kakak gw. Kakak gw kenal persis Ansel itu. Siapa tahu kakak gw bisa bantu Ansel ingat perlahan lahan." kata gw.

"Oke. Makasih ya." kata Blake.

"Sama sama."

Sampailah di rumah impian gw.

"Byeee Mar. Keep strong ya." kata Emma.

All You Need Is Love Where stories live. Discover now