8

1.3K 190 82
                                    

Terror




[Author POV]

"Kenapa kau berbohong?"

"Hey, sayang... jangan marah. Aku tak berniat untuk berbohong. Minseok ketiduran. Aku juga. Jadi kami tertidur sampai pagi."

"Yasudah. Tak ada gunanya juga marah-marah," kata Irene. "Bagaimana coco?"

"Dia sangat senang mendapatkan makanan lezatnya. Tapi, apa ada masalah? Tak biasanya kau langsung kemari sepulang dari klinik," tanya Namjoon.

"Tadi aku rasa dia bangun. Sebentar aku cek," kata Irene. Dia memasuki ruangan yang bertuliskan Bae's room. Ruangan yang ada dibawah tanah rumah sakit jiwa Hansung.

Didalam ruangan yang dimasuki Irene, terdapat banyak sekali peralatan medis, kamera pengawas dan dilengkapi dengan sensor untuk alarm. Ada sekat kaca didalam ruangan itu. Dari pertama masuk ruangan, sudah nampak tubuh yang terlentang diatas sebuah brankar. Matanya terpejam, wajahnya begitu damai. Pipinya tirus namun tak mengurangi kecantikan yang terpancar.

Irene mendekati tubuh yang tengah tertidur itu. Dia mengganti infus yang sudah habis. Ekspresinya begitu dingin ketika melihat sosok yang tengah tertidur itu. Senyum miring keluar dari wajahnya.

"Aku tak bisa membunuhmu. Tapi aku juga tak bisa membiarkanmu keluar. Sudah tiga tahun aku menahanmu disini. Bukan berarti aku akan luluh dan membebaskanmu," kata Irene pada sosok didepannya. Tubuh didepannya merespon dengan meneteskan air mata, meski mata itu terpejam.

"Apa kau menangis? Hal itu tak akan membuatku luluh. Cukup dunia tak menganggap keberadaanku karenamu, Bae Joo Hyun."

*

Keesokan harinya, Namjoon berjalan bersama seorang gadis berseragam SMA. Mereka berbincang dan sesekali tertawa. Namjoon mengenal gadis yang bersamanya. Dia akan mengantarkan gadis itu ke salah satu kamar VIP.

"Nah, Saeron, ini kamar Kim Seokjin. Kamu bisa masuk sendiri kan? Di dekat saklar lampu, ada tombol. Jika ada sesuatu cukup tekan tombol itu, maka perawat yang stand by akan segera kemari.

Gadis yang dipanggil Saeron itu mengangguk paham. Namjoon segera meninggalkannya. Meninggalkan adik sahabatnya untuk menemui orang yang dirindukannya.

-

[Seokjin POV]

Aku tengah memandangi foto tunanganku ketika pintu dibuka. Aku tak percaya dengan apa yang ada di depanku. Wajah yang sama namun dengan pembawaan yang berbeda. Tubuhnya begitu tinggi dibandingkan saat kita terakhir bertemu. Tapi, garis senyumnya sama sekali tak berubah.

"Kakak!!!" dia berteriak memanggilku. Dia berlari kearahku.

"Saeron...," gumamku. Aku masih tak percaya dengan apa yang kulihat dan apa yang terjadi.

Gadis kecilku telah tumbuh selama tiga tahun kutinggalkan. Adik bungsu yang begitu ku sayangi. Dia kini tengah menangis dipelukanku. Aku teringat tiga tahun lalu dia hanya bisa mencapai perutku ketika memelukku. Namun sekarang, daguku sudah menyentuh puncak kepalanya ketika kami berpelukan.

"Aku kangen...," tangisnya semakin kencang. Aku tersenyum. Dia memang tumbuh dengan baik. Tapi secara fisik. Biar bagaimanapun dia tetaplah gadis kecilku yang menggemaskan.

WHO YOU ARE [JINRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang