Anger
●
●
●
●
●
"Wahh... aku tertipu lagi," Namjoon berjalan ke sisi Irene dan berusaha menenangkannya. "Ternyata, kau juga komplotannya."
Jungkook mengeluarkan smirknya. "Aku detektif kepolisian Jeon Jungkook memang ditugaskan untuk menyelidiki apa yang terjadi di rumah sakit jiwa Hansung," jawab Jungkook sambil mengeluarkan ID card kepolisiannya.
"Kenapa kalian diam saja? Angkat senjata kalian!" perintah Irene. Keempat anak buahnya segera menodongkan senjata ke arah polisi.
Seokjin akan membawa Joohyun keluar namun langkahnya terhenti karena suara Namjoon yang menghentikan. "Tak ada satupun orang yang boleh keluar dari ruangan ini, atau dia akan mati," Namjoon menunjuk kearah Chaeyong yang tengah menodongkan pistolnya ke Seungwan.
"Kurang ajar kau Namjoon. Beraninya kau mengancam kami!"
"Aku hanya ingin melihat kredibelitasmu sebagai seorang inspektur, Min-Yoongi," kata Namjoon dengan memamerkan senyum miringnya. "Kira-kira langkah apa yang akan kau ambil jika terjebak di situasi seperti ini? Apa kau akan menyerah?"
"Soohyun..," panggil suara seseorang yang sudah familiar. Bae Woohyun. Dia menerobos masuk kedalam ruang rahasia anak sulungnya. Betapa terkejutnya Woohyun mendapati Joohyun sudah duduk di kursi roda dimana Seokjin ada dibelakang Joohyun.
"Ayah.. kenapa ayah ada disini?" Seokjin bertanya pada Woohyun. Namun lelaki tua itu mengabaikannya. Pandangannya terfokus pada putri yang selama ini dicarinya karena menghilang.
Irene memutar bola matanya malas. "Jangan membuat drama ditempat ini. Aku tak suka melihatnya."
"Soohyun! Kenapa kau jadi segila ini? Kenapa kau sadis seperti itu? Ayah tak pernah ingin kau menjadi sosok iblis seperti ini! Apa kau tak kasihan pada ibumu?!!!"
Yeri menangis di pelukan Taehyung. Taehyung sudah bergerak membawa Yeri untuk berada dalam jangkauannya dan Yoongi membawa Seungwan yang masih belum sadarkan diri. Dia dibantu anak buahnya berusaha menghentikan pendarahan Seungwan.
"Jangan bawa-bawa ibu! Dan jangan panggil aku dengan sebutan Soohyun. Soohyun, gadis delapan belas tahun yang kau abaikan karena kau lebih memilih Joohyun itu, sudah mati. Dia sudah mati sejak pertengkaran itu!"
"Tutup mulutmu itu Soohyun! Sebenci-bencinya kau pada ayahmu, kau tak akan pernah bisa menghapus darahku yang mengalir di tubuhmu! Tak akan bisa! Cukup kau menyakiti banyak orang! Apa kurang puas kau membuat ayahmu cepat tua seperti ini! Apa ini masih kurang?!!!"
Irene memalingkan wajahnya. Matanya memanas. Dalam dirinya tengah berperang antara lanjut atau berhenti. Namjoon menggenggam tangan Irene untuk menguatkannya.
"Kau sudah sejauh ini. Dan menyerah begitu saja hanya karena perkataan lelaki tua itu? Sungguh, itu bukan dirimu, sayang," bisik Namjoon.
"Aku tak pernah mengenalmu. Tapi, tak bisakah kau berhenti? Sudah berapa banyak korban yang jatuh karena tindakanmu itu? Aku masih menghargaimu karena kau kakak dari tunanganku. Tak bisakah kau berhenti dan mari kita mulai semua dari awal?"
"Kak.. kita bisa memulai semuanya. Kita sudah menemukan adik kita. Mari sudahi ini semua," pinta Joohyun.
"Diam kalian semua! Jangan berusaha mempengaruhi calon istriku! Kalian kan yang membuangnya?! Dan sekarang kalian memintanya kembali hanya karena kalian peduli pada keselamatan kalian sendiri? Sungguh egois!"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO YOU ARE [JINRENE]
FanfictionI know U, but I don't know U... I'm alive, but I'm dead... I live for my ambition... --- This is my first story about Jinrene. Semoga suka, bahasa berusaha untuk memakai tata bahasa baku dengan benar. . ~Lily~ ~ cover by Kak Dian @Dlestari365 ~