The Game, Begin
●
●
●
●
●
"Aku akan menceritakan segala yang ku tahu, asal kau bisa mengendalikan dirimu."
Dapat dirasakan, Joohyun mengangguk di dada Seokjin. Karena Joohyun masih terjebak dalam rengkuhan hangat yang memabukkan milik Kim Seokjin.
"Aku.. mmm...Aku.. sudah... aku sudah menemukan kedua adikmu."
Joohyun membelalakkan kedua matanya mendapati kenyataan jika Seokjin memberikan berita yang membahagiakan. Dia meraih kedua tangan Seokjin dan menggenggamnya.
"Kim Seokjin ... Kau tak membohongiku kan?" Joohyun mencoba memastikan bahwa pendengarannya tak salah tangkap.
Seokjin tersenyum begitu lembut dan tulus. Sorot matanya begitu menghangatkan. Menarik tangan yang digenggam Joohyun dan meraih wajah kecil sang kekasih. Kedua tangan Seokjin yang berada di wajah Joohyun memberikan kesan wajah wanita itu semakin kecil.
"Ini masalah yang sensitif. Aku tak bisa membohongimu, sayang... Aku sungguh-sungguh menemukannya."
Kristal bening mendesak keluar melalui sudut mata Joohyun. Sungguh ini adalah kabar yang sangat penting dan mengharukan.
"Pertemukan kami, Seokjin.. aku mohon...."
Seokjin mengusap air mata Joohyun yang lolos dan membasahi pipi. "Aku akan mempertemukan kalian. Tapi kau harus sembuh dahulu. Aku tak mau kau lemah seperti ini."
Joohyun mengangguk dengan semangat.
"Ceritakan padaku secara rinci. Aku ingin mendengarkan ceritamu," pinta Joohyun.
"Aku bertemu dengannya di suatu tempat. Aku bertemu dengannya ketika dia mencoba lari dari seseorang. Ya, itulah pertemuan pertama kami. Dia memiliki nama lain sekarang. Mungkin, mengikuti keluarga barunya. Kim Yerim biasa dipanggil Yeri. Kabar baiknya adalah Kim Yerim memiliki kakak yang bernama Kim Taehyung."
"Apa kau yakin, jika keduanya adikku?"
"Tentu. Aku tau dan yakin."
"Jadi Taehyung itu Joohyuk?"
Seokjin mengangguk.
"Aku akan sembuh! Aku akan menemui mereka."
*
Irene dan Namjoon berada diruang rahasia mereka. Dihadapannya tertidur seorang gadis dengan posisi duduk dan tangan diikat. Irene tersenyum sinis melihat apa yang didapatkannya sementara Namjoon masih terlihat frustasi dengan apa yang sedang dia alami. Sesungguhnya, Namjoon merasa iba dengan gadis dihadapannya. Dia sama sekali tak tau apa-apa tapi terkena imbas dari semua yang telah terjadi.
"Jadi, apa kita akan melenyapkannya?" tanya sebuah suara yang keluar dari speaker yang menempel dilangit-langit ruangan.
"Tentu saja, Soo. Kita sudah sejauh ini. Kita sudah memulai langkah awal. Tapi, sebelum melenyapkannya, kita akan menunggu target lain," jawab Irene dengan santai.
"Kau mengerikan nyonya Kim," celetuk Namjoon.
"Kau yang melatihku, Tuan Kim. Aku masih ingat akan hal itu," sahut Irene tak mau kalah.
"Aku sudah membuat Coco puasa. Jadi, kita harus benar-benar melakukannya. Aku tak mau coco mati kelaparan," kata Namjoon.
"Baiklah...," kata Irene. Dia menoleh kepada seorang wanita yang baru saja masuk membawakan makanan dan minuman untuk Irene. "Chae, lakukan secepatnya saat dia datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO YOU ARE [JINRENE]
FanfictionI know U, but I don't know U... I'm alive, but I'm dead... I live for my ambition... --- This is my first story about Jinrene. Semoga suka, bahasa berusaha untuk memakai tata bahasa baku dengan benar. . ~Lily~ ~ cover by Kak Dian @Dlestari365 ~