4 (REVISI)

1.3K 65 2
                                    

Pagi ini Fira sudah bersiap-siap untuk pergi ke sekolahnya, bedanya dengan hari lainnya adalah hari ini Fira diantar ke sekolah oleh ayahnya. Sudah lama Fira tak diantar oleh ayahnya dan hanya pada waktu tertentu juga ayahnya bisa mengantar Fira.

Berhubung besok ayahnya harus pergi ke luar kota untuk mengurus perusahaan cabang, Fira tak menyia-nyiakan waktu untuk bisa dihabiskannya bersama sang ayah tercinta. Itu juga merupakan salah satu alasan Fira untuk meminta ayahnya mengantarnya ke sekolah.

"Ayah, makasih ya udah mau anterin Fira ke sekolah," ujar Fira sambil mencium punggung tangan Dani ayahnya.

"Iya. Ini  juga tugas Ayah nganterin anaknya ke sekolah," balas Dani lembut sambil tersenyum, Dani mencium sejenak kening Fira.

"Kalau gitu Fira masuk dulu ya, Yah?  Takut telat."

Dani langsung masuk ke dalam mobilnya, dan me-starter mobilnya lalu pergi ke kantor pusat yang berada di daerah tempat tinggalnya.


°°°

Fira melewati koridor kelas sepuluh dengan disambut  senyuman manis adik kelasnya, Fira tak segan-segan membalas senyuman mereka dengan senyuman manisnya juga.

Sesampainya di koridor kelas sebelas, berbanding terbalik dengan tadi. Fira malah disambut dengan tatapan tajam siswi seangkatannya, Fira  mendengus sebal. Karena hampir setiap hari Fira disambut dengan tatapan seperti itu oleh siswi seangkatannya.

Fira tidak tahu apa sebab mereka menatapnya seperti itu, padahal Fira merasa tidak melakukan kesalahan apapun pada mereka. Apa yang membuat mereka seperti itu?

Rasa bahagia Fira bisa diantar oleh sang ayah digantikan oleh perasaan kesal yang teramat.

Kenapa di saat dia ingin bahagia harus ada kejadian seperti ini?

Saat sampai di kelasnya, Fira langsung duduk di bangkunya. Fira  tak menyadari kalau Syifa sudah duduk di sampingnya, itu semua karena Fira sibuk dengan isi otaknya sampai-sampai tidak tahu kalau Syifa sudah datang.

Syifa menatap Fira heran, "Fira kenapa lagi ini? Baru kemarin dia masih baik-baik saja. Lah sekarang, mukanya ditekuk aja," batin Syifa heran, sambil menatap Fira yang memangku tangan dari samping. "Fira! Lo kenapa? Pagi-pagi udah merenung aja," panggil Syifa yang sudah penasaran tingkat tinggi dengan perubahan sikap Fira yang signifikan.

Fira mengalihkan pandangannya saat mendengar suara Syifa, Fira menatap Syifa dalam diam tanpa mau bertanya lebih.

"Fir, gue tanya sama lo. Kenapa lo diem aja?!" Syifa sedikit kesal karena ternyata Fira tidak mau menjawab pertanyaannya.

"Pertanyaan yang mana?" tanya Fira bingung, enggan menatap Syifa malah memilih menatap mejanya.

"Lo kenapa sedih? Ada masalah apa?" Lebih baik Syifa langsung ke inti saja daripada ke mana-mana.

Fira menatap Syifa kecut, bola matanya berputar-putar sejenak berhenti di jendela kaca kelasnya. Fira terdiam menatap jendela kaca itu, "gue cuma sedih aja ...," gumamnya lirih.

Syifa mengerutkan keningnya dia kurang mendengar dengan jelas apa yang Fira katakan. "Lo tadi ngomong apa, Fir?"

Fira menoleh, tak lama dia menjatuhkan kepalanya di atas meja. "Gue lagi sedih, Fa."

Syifa simpati mendengar keluh-kesah dari Fira, kira-kira apa yang membaut Fira sesedih ini. "Sedih karena apa? Lo bisa cerita sama gue." Syifa ikut menaruh kepalanya di atas meja menatap wajah lesu Fira.

The Annoying BOYS (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang