26 (REVISI)

689 25 6
                                    

Lima bulan kemudian

°

°

°

°

Di sebuah tempat pemakaman umum, terlihat sekelompok masa mengerubungi salah satu makam.

Tandanya, ada seseorang yang baru saja meninggal di sana.

Fira, gadis itu juga merupakan salah satu orang yang ada di sana. Air matanya terjatuh, membekas penuh di pipinya.

Salah satu orang yang disayanginya, meningalkannya begitu saja. Apalagi saat mengingat, bagaimana kenangan indah yang mereka torehkan bersamanya.

Sedih memang, teramat sedih yang Fira rasakan. Berbulan-bulan menunggu, namun--pada akhirnya, ini yang Fira dapatkan.

Dia pergi, jauh darinya dan tidak akan kembali lagi. Bahkan, sebelum Fira mengungkapkan segalanya.

"Fira udah, kamu jangan nangis seperti itu. Udah ikhlasin aja, suatu saat pasti kamu akan bertemu lagi. Biarkan, dia bahagia di sana, Sayang." Sheila yang berada di samping Fira mencoba menyemangati Fira yang terpuruk.

Fira memeluk Sheila erat, menumpahkan tangisnya begitu saja. "Fira nggak bisa, Bunda."

Sheila mengusap bahu anaknya, ikut memeluk lembut putrinya. "Bunda tahu. Tapi, kamu harus ikhlas, Sayang."

Fira memejamkan matanya, tangisnya tak bisa reda begitu saja untuk saat ini. Fira butuh waktu, untuk menata hatinya kembali.

"Sayang, ingat. Di sana pasti dia bahagia, kamu jangan terpuruk. Tuhan memanggilnya dulu, karena Tuhan sayang."

Fira melepaskan pelukannya, mengusap air matanya. Fira teringat, jika dia tidak akan tenang kalau Fira terus-terusan menangis seperti ini. Fira harus kuat.

"Sayang, ingat." Sheila menangkup pipi Fira lembut. "Syifa pernah bilang sama kamu, kamu jangan menangis karena kepergiannya. Syifa pasti sedih di sana."

Fira mengangguk, matanya menatap batu nisan bertuliskan--Asyifa Azzahra di sana.

Fira tak menyangka, jika. Syifa yang akan pergi meninggalkannya secepat ini pula. Di saat keduanya berseteru.

Namun, yang namanya takdir tidak ada yang tahu.

Sebenarnya, Fira begitu bingung saat mendapat kabar kalau Syifa tertembak. Fira terkejut, bagaimana Syifa bisa tertembak. Syifa tak pernah memiliki masalah pada orang bersenjata selama ini.

Namun, Fira tak mungkin tidak percaya pada Kak Karel--kakak kandung Syifa. Jelas-jelas Kak Karel mengatakan semuanya, dengan air mata pula.

Betapa mengejutkan lagi. Penembakan Syifa ternyata sudah direncanakan sebelumnya. Kak Karel yang mengatakan itu semua pada Fira di rumah sakit.

Kata Kak Karel, pembunuhan itu ditujukan kepada seluruh keluarga Om Ardian--papa Syifa dan orang terdekat mereka.

Dan satu lagi, Syifa menjauhinya bukan karena alasan sepele. Syifa menjauhinya karena tak ingin Fira ikut  tewas oleh pembunuh.

Pembunuhan dengan jalan penembakan itu telah direncanakan oleh saingan bisnis Om Ardian, saingan bisnis Om Ardian itu sangat tidak menyukai Om Ardian karena perusahaannya lebih sukses dari pada perusahaan miliknya.

Orang itu, memilih membunuh Om Ardian untuk menyelematkan bisnisnya.

Om Ardian ikut tewas pada waktu yang sama dengan Tante Melva juga. Om Ardian meninggal di tempat kejadian karena pelurunya menembus  jantungnya. Sedangkan Tante Melva, meninggal saat perjalanan menuju rumah sakit. Diikuti Syifa yang meninggal setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit.

The Annoying BOYS (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang