17 (REVISI)

691 30 2
                                    

Dua manusia yang saling jatuh cinta itu pasti akan merasakan hal yang berbeda. Seolah-olah, hanya mereka lah yang merasakannya.

Kalau sudah dimabuk cinta, apa aja yang lewat pasti akan diabaikan. Bahkan, mata, hati dan telinga akan bermasalah.

Itu adalah penyakit cinta, kalau kita terlalu mencintai seseorang itu.

Fira sadar, semua itu juga akan ia alami. Karena itu, ia mencoba mencenggahnya dengan tidak terlalu percaya pada yang namanya laki-laki. Walaupun itu adalah Verry.

Sadar jika sakit hati akan datang dang menggoncang hubungan mereka. Fira tak boleh terlalu dalam, saat itu terjadi pasti akan sangat sulit untuknya bangkit.

Sekarang pun--entah? Fira tak tahu apa ia menaruh rasa atau tidak pada Verry? Semuanya masih abu-abu. Namun, Fira akui. Ada rasa yang berbeda saat ia bersama Verry.

Apa itu bisa dikatakan perasaan cinta?

Fira mengusap kepalanya, sekarang ia menjadi melankolis. Entah mengapa, perlakuan manis Verry membuatnya seperti ini.

Fira menjadi rindu Verry yang menyebalkan dulu. Walaupun menyebalkan Verry tetap penuh perhatian padanya.

Mulut Fira menganga saat melihat Verrald yang lewat di hadapannya, itu benar Verrald kan? Iya, siapa lagi kalau bukan dia.

Sejak beberapa hari yang lalu, Fira belum sempat berbicara dengan Verrald tentang keputusan Bu Mira.

Sepertinya, ini adalah waktu yang tepat.

"Verrald!!" panggilnya.

Verrald berhenti, lalu memutar tubuhnya. Verrald terlihat terkejut kalau yang memanggilnya adalah Fira. Gadis sombong itu.

"Ada urusan apa lo sama gue?" tanya Verrlad cuek, memandang Fira dengan tatapan meremehkan.

"Gue cuma mau nyampein ini. Bu Mira minta gue buat ajarin lo sama Melly, gue mau tanya sama lo. Lo mau apa enggak? Melly udah mau." Tak ingin berbelit-belit, Fira mengatakan langsung tujuannya.

Verrald diam tampak berpikir, "terserah." Verrald membalikkan tubuhnya.

"Terserah aja. Nggak ada yang lain nih?" tanya Fira memastikan.

Verrlad kembali menghadap Fira, "tawaran menarik." Verrald tersenyum.

Fira menyesal telah menawarkan sesuatu yang tidak jelas pada Verrald. Mulutnya tidak bisa diatur.

"Nggak jadi aja!" Fira membalikkan badannya berniat kabur.

Verrald menahan lengan Fira, "jangan kabur!"

Fira menyentak tangan Verrald, ia merasa risih saat Verrald memegangnya. Rasanya, aneh.

"Ya udah. Lo mau apa?" daripada muluk-muluk lebih baik cepat diselesaikan saja.

"Gampang. Besok lo nggak ke mana-mana, kan?"

Fira rasa ada maksud terselubung di balik pernyataan Verrald ini. "Nggak ke mana-mana. Emang kenapa?"

"Kita jalan. Itu permintaan gue, gampang kan?"

Jalan? Kencan, nge-date dong! Itu tidak boleh. Verry bisa marah padanya. Bisa dibilang selingkuh nanti.

"Verrald! Gue nggak mau! Gue udah punya pacar!"

"Gue nggak peduli. Kalau lo nggak mau jalan sama gue, ya terpaksa gue nggak bakal mau ikutin lo." Verrald tak menerima penolakan, ia pergi begitu saja.

Fira mengacak rambutnya frustasi, apa-apaan ini? Astaga! Fira tak menyangka akhirnya akan seperti ini. Entah apa yang ia katakan pada Verry nanti.

°°°


Alvin memandangi Fira dengan tatapan penuh tanya. Adiknya itu, sejak dari sore selalu saja melamun.

Sebenarnya, apa yang menganggu kerja otak Fira?

Alvin menyentuh pundak Fira pelan, "Fira, kamu kenapa?"

Fira tersentak, matanya terlihat sayu dan tidak bersemangat. Fira menaruh kepalanya di pundak lebar Alvin.

"Kak, Fira galau." Ungkapnya jujur.

Alvin tersenyum tipis, telapak tangannya mengusap lembut kepala adiknya. "Galau, kenapa?"

Fira menatap Alvin, bibirnya terlihat mengerucut. "Salah satu teman Fira mengajak Fira jalan keluar, Kak."

"Apa masalahnya?"

Seorang teman mengajak temannya keluar untuk bersenang-senang di hari libur bukanlah masalah. Lalu kenapa Fira galau?

"Masalahnya, teman yang mengajak Fira keluar adalah laki-laki."

Andai saja Verrald perempuan, Fira pasti tidak segalau ini.

"Laki-laki, pacar kamu?" kening Alvin berkerut, jadi adiknya diam-diam menjalin asmara tanpa sepengetahuannya.

Fira menggeleng, "bukan, teman biasa. Dia itu murid baru, di kelas Fira."

Alvin diam sejenak, "kamu turuti saja kemauannya. Itu tidak begitu bermasalah, Kakak akan menemani kamu kalau bisa."

Fira lagi-lagi menggeleng, "bukan itu, Kak. Masalahnya Fira punya pacar, pacar Fira itu posesif. Dia pasti marah kalau Fira jalan bersama laki-laki lain."

"Sejak kapan kamu berpacaran diam-diam?" mata Alvin menajam.

Fira meringis, "baru satu bulan, Kak."

"Dengan siapa?"

"Verry, Kak."

"Verry, yang itu?" Alvin masih ingat dengan laki-laki tak diundang yang pagi-pagi buta datang ke rumahnya.

"Iya, Kak." Fira menunduk, ia pasrah kalau dimarahi oleh Alvin.

Alvin tampak biasa saja, baginya hubungan romansa remaja itu biasa saja. Ia pun pernah merasakan itu, Alvin merasa ia tidak berhak melarang adiknya berpacaran.

"Jujur saja pada Verry. Kakak rasa, kalau dia benar-benar mencintai kamu--dia akan mengerti. Kalau tidak bisa, tolak saja permintaan laki-laki itu. Mudah, kan?"

The Annoying BOYS (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang