35 (REVISI)

647 28 2
                                    

Malam ini angin berhembus dengan kencang mengakibatkan udara semakin sejuk dan menambah dinginnya malam ini.

Jangkrik-jangkrik berbisik membuat kesunyian malam ini sangat terasa, bintang-bintang bertaburan di atas sana tanpa ditemani sang rembulan.

Kesepian yang dirasakan bintang juga dialami oleh seorang gadis yang biasanya ceria menjadi muram di bawah langit yang indah.

Fira yang tak lain gadis itu adalah yang mengalaminya, tidak orang di sekitarnya yang bisa membuat Fira menjadi bahagia lagi.

Masalah percintaan yang dihadapinya sangat mempengaruhi mood dan juga kehidupan sehari-harinya.

Fira sedang duduk termenung di taman dekat kompleks perumahannya. Mencoba merenungkan segala masalah yang dihadapinya. 

Dan Fira belum menemukan jawabannya? Adakah yang bisa memberitahunya?

Netra coklat Fira menatap kosong langit malam yang menjadi objek pemandangannya. Tidak ada yang menarik yang dapat menggugah semangatnya. Bahkan, taburan bintang-bintang di atas sana sangat membosankan. Tidak menarik lagi bagi Fira.

Fira memeluk erat tubuhnya yang terasa dingin. Dirinya memakai sweater abu-abu dan juga celana training. Tapi, sweater abu-abunya tidak bisa menghilangkan rasa dingin yang menembus tulangnya.

Fira membenamkan wajahnya di kedua lututnya. Kejadian itu kembali berlabuh di benaknya. Tak terasa, air mata yang belakang ini turun pun akhirnya turun juga.

Sudah dua minggu lamanya, semenjak dirinya berpisah dengan Verry. Tapi Fira masih belum bisa menerima segalanya, rasanya semuanya hanya dia anggap mimpi.

Mimpi yang nyata.

"Hiks...hiks...." Fira terisak meluapkan kesedihannya yang begitu mendalam. Fira menyesali segalanya.

Fira sadar. Putusnya hubungannya dengan Verry membuatnya terperosok dalam. Fira tak lagi ceria seperti sebelumnya. Dirinya malah semakin banyak menyendiri dengan tangis yang selalu mengiringi di setiap kesendiriannya.

Fira sangat terluka dengan semua ini, dia tidak menyangka akan terluka hanya karena cinta.

"Kalau mau nangis, nangis aja. Kalau itu bisa buat kamu bahagia." 

Fira mendongakkan kepalanya mendengar sebuah suara yang menginterupsinya. Wajahnya yang basah dengan air mata berkerut bingung melihat seorang laki-laki bermasker hitam yang tampak tersenyum padanya.

"Lo siapa?" tanyanya bingung sembari menghapus jejak air matanya.

Laki-laki itu tersenyum misterius di balik masker hitamnya, "kamu akan tahu siapa aku nanti. Tapi sekarang, aku saranin kamu jangan terlalu banyak bersedih. Masih banyak hal yang bisa membuat kamu bahagia di luar sana."

Fira tertegun mendengar nasehat laki-laki itu. Pertama kalinya dia mendengar nasehat seperti itu selama hidupnya dari orang yang tidak dikenalnya pula.

Tangan laki-laki itu terayun menghapus air mata Fira, dengan senyumnya yang tak pernah luntur walau terhalang masker. 

Fira hanya mampu membeku menatap kedua manik mata cerah milik laki-laki itu yang berjarak beberapa senti dari wajahnya.

Pipi Fira merona, seperti pada umumnya. Saat wajah seorang laki-laki terlampau dekat pada wajahnya ia selalu saja memerah.

Laki-laki itu terkekeh menyadari rona merah di kedua pipi Fira, "sepertinya kamu memang sering menangis, mata kamu bengkak pipinya juga merah. Tapi sayangnya, kamu tetap cantik."

Ekspresi Fira berubah dratis saat mendengar gombalan laki-laki. Fira tersenyum geli mendengar laki-laki menggombalinya.

Tadi apa yang dibilangnya, tetap cantik?

The Annoying BOYS (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang