11 (REVISI)

841 39 4
                                    

Suara benturan sepatu dengan lantai keramik terdengar begitu jelas di sebuah kamar minimalis.

Pelaku yang tak lain Fira sendiri melakukan hal itu karena bosan. Sudah lebih dua jam ia menunggu Verry dan terkurung di sini. Namun, Verry tak kunjung datang.

Sebenarnya apa yang Verry lakukan di luar sana. Masuk sekolah dan meningalkannya, atau bertransaksi gelap tanpa sepengetahuannya.

Pikiran ngawur itu terbit di benak Fira, secara mungkin saja Verry melakukan hal itu. Dia kan bad boy yang menyebalkan dan misterius.

Menjernihkan pikirannya di dalam keadan yang tidak memungkinkan ini sebenarnya sia-sia.

Fira butuh asupan sesuatu yang menyehatkan otak kanan dan kirinya. Seperti buku atau apa gitu.

Sepertinya impiannya tidak terwujud, melihat bentuknya kertas saja tidak ada.

"Kenapa lo nyiksa gue gini, Ver? Ngeselin!"

Kalau tujuan Verry berangkat pagi-pagi buta menjemputnya adalah menyesatkannya. Fira tak akan mau berangkat bersama kalau begini jadinya.

Fira melihat sekelilingnya yang penuh dengan tembok bercat putih. Astaga! Benar-benar seperti penjara.

"Verry itu otaknya berisi apa sebenarnya? Kenapa dia ngurung gue di sini?" Fira bergumam sekenanya, otaknya Verry itu memang sulit ditebak.

Fira berjalan pelan menuju pintu di mana ia masuk tadi. Fira menarik gagang pintu dengan perlahan,

Ceklek!

"Kok bisa dibuka?!" ungakapnya heran.

Lalu, kenapa tadi ia malah mengira pintu ini dikunci? Astaga, Fira rasa otaknya juga bermasalah. Kenapa tadi tidak dicek dulu terkunci atau tidaknya? Dia malah berdiam diri menebak-nebak kalau pintunya terkunci.

Apa karena otaknya berpikir kalau Verry begitu peduli padanya sampai menguncinya? Benar-benar terlalu percaya diri Fira.

Secara logika, tidak mungkin Verry melakukan hal tidak berguna itu. Kalau Verry menjebaknya di sini, itu baru masuk akal.

Fira mendengus, menyambar tasnya. Kurang ajar! Fira seperti diberi harapan palsu rasanya, walau ia yang kurang teliti.

"Kalau gini kenyataannya, kenapa gue nggak cek dari tadi aja? Bodoh!"

Fira berjalan cepat menuju pintu keluar. Tidak ada gunanya di sini terus menerus.

"Eh! Mbak Fira! Mau ke mana?!" pergelangan tangan Fira ditahan oleh pelayan yang tadi mengantarkan makanan padanya.

Fira dengan sopan melepaskannya, "saya mau pulang."

"Sebentar, Mas Verry meminta saya untuk menjaga Mbak Fira, sampai Mas Verry pulang. Tolong Mbak Fira di sini dulu ya?"

Jadi, pelayan ini adalah suruhan Verry atau mungkin pelayan pribadinya Verry.

"Apa yang akan saya lakukan di sini? Saya tidak memiliki urusan apapun."

"Memang tidak ada. Tapi, Mas Verry secara pribadi meminta saya untuk menjaga Mbak Fira. Saya mohon, Mbak."

Fira memijat keningnya, pelayan itu sepertinya diintimidasi oleh Verry sebelumnya. Melihat bagaiama ekspresi ketakutan pelayan itu.

"Mbak Indah, saya minta maaf. Saya tidak bisa lama-lama di sini, saya harus pergi mau Verry datang ataupun tidak." putus Fira akhirnya.

Indah menghela nafas gusar, "saya mohon, Mbak. Mbak Fira di sini saja ya?"

"Saya tidak bisa. Maaf, permisi."

Fira melangkahkan kakinya menjauh dari Indah. Bukannya Fira berlaku jahat dan tidak peduli, tapi Fira hanya ingin keluar saja. Rasanya aneh kalau ia tetap di sini.

"Fira!"

"Verry?"

Kebetulan sekali dirinya bertemu Verry di parkiran kafe.

"Ver, lo ke mana aja tadi?" tanya Fira langsung.

"Bukan urusan lo." ketus Verry menarik lengan Fira ke dalam kafe.

Fira gelapan mencoba melepaskan tarikan tangan Verry, "Ver! Gue mau pulang!"

Verry diam.

"VERRY!!!"

Plak!

Satu tamparan keras melayang di pipi Fira. Fira meringis mengusap pipinya yang memerah.

Baru kali ini ia ditampar oleh orang lain, dan itu adalah Verry.

"V-ver..." mata Fira berkaca-kaca, "l-lo kenapa nampar gue?"

Fira gagal paham dengan kelakuan anti-mainstream Verry. Yang seharusnya ditampar adalah Verry bukan dirinya.

"Bodoh." Verry mengusap pipi Fira, "ada nyamuk di pipi lo." Verry memperlihatkan darah yang ada di jarinya.

Hah?! Fira gagal paham, hanya karena nyamuk kenapa pipinya harus jadi korban dengan tamparan keras?

"Verry!! Lo ngerjain gue ya? Ngaku!"

"Nggak."

"Kenapa lo nampar gue? Padahal cuma gara-gara nyamuk. Lo sebenarnya pengen kasar sama gue, kan? Ngaku aja!"

"Bodoh." Verry menjitak kepala Fira pelan, " siapa yang mau kasar sama lo? Di pipi lo benar-benar ada nyamuk."

"Dasar!" Fira mendengus dengan gerutuan panjang.

"Apa?"

Bodo amat! Kesal rasanya melihat raut polos yang ditunjukkan Verry.

Air mata Fira merembes, "lo jahat!" Fira menutup wajahnya memanas. Cengeng sekali dirinya.

Verry berkerut bingung, "kenapa nangis?" Verry memgelus kepala Fira.

"Lo jahat. Sebelumnya, nggak ada yang nampar gue tahu!" Fira berucap parau, air matanya terus mengalir.

Verry memegang tangan Fira, menjauhkan tangan Fira. Tangan Verry berganti memegang lembut pipi Fira, "dasar cengeng. Gue nggak sengaja." jari-jari Verry mengusap pipi Fira yang penuh air mata.

Fira sesenggukkan, "tetep aja, jahat."

Verry terkekeh, menangkup wajah Fira. "Gue minta maaf."

Fira tertegun, Verry benar-benar minta maaf padanya? "B-beneran?"

Verry tersenyum tipis, "air mata lo sia-sia, lihat." Verry menunjuk awan di atas sana. "Langit mendung, hujan akan datang. Air mata lo sia-sia kalau hujannya datang."

Hah?!

The Annoying BOYS (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang