7 (REVISI)

1K 50 1
                                    

Pasca kejadian hari itu, Fira sama sekali tidak berbincang dengan Syifa. Bukan karena dirinya sombong atau pendendam. Saat Fira ingin berbicara dengan Syifa, Syifa malah menjauhinya. Selain itu juga, Verry pun ikut andil memisahkannya dari Syifa.

Mengapa Verry memisahkannya dari Syifa? Karena itu adalah salah satu kemauan Verry yang harus Fira turuti kalau Fira tak ingin Verry menjauh seperti yang lainnya. Berat memang, tapi Fira harus melakukannya.

Fira dan Syifa sekarang bagai orang kecelakaan yang terkena amnesia, mereka duduk berdekatan membelakangi dan menghadap. Namun, mereka hanya diam seolah-olah tak mengenal satu sama lain.

Namun, jangan salah sangka walaupun terlihat seperti itu. Tidak ada yang tahu kan apa yang ada di isi hati mereka?

°°°

Fira hanya diam mematung di depan pintu kelasnya. Tidak ada kemauan sekali untuknya bergeser barang sejenak, rasanya sebagian besar hati merasa malas dan tak ingin masuk ke dalam.

Biasanya saja, Fira selalu semangat saat masuk kelas untuk belajar. Tetapi sekarang dirinya malas, Fira merasa ingin bolos saja hari ini.

"Fira!"

Suara orang yang memanggil namanya pun Fira abaikan, ada hal lain yang menjadi prioritas otaknya saat ini.

Apa itu? Tanyakan pada Fira saja.

Verry si pemanggil nama Fira menghela nafasnya bersabar, ini bukan pertama kalinya Fira berlaku seperti ini sejak kejadian tujuh hari lalu. Ini adalah yang ke-enam kalinya Verry hitung.

Verry tahu betul alasan yang mendasari Fira bersikap malas seperti ini. Hanya satu, Syifa.

"Sampai kapan lo seperti ini?" Tanya Verry sedikit kesal, di lubuk hatinya yang paling terdalam Verry sangat tidak menyukai tingkah Fira yang satu ini.

Tingkah Fira yang satu ini membuang-buang waktu dan mengesalkan baginya.

"Sampai gue puas." Balas Fira santai, Fira membalikkan tubuh mungilnya dengan cepat. "Lo nggak paham gimana perasaan gue, Ver. Gue butuh keberanian untuk masuk ke dalam dan untuk pura-pura nggak peduli sama Syifa."

Lagi-lagi alasan itu, Verry sudah bosan mendengarnya karena Fira hanya mengulang-ulang alasan yang sama.

"Alasan--loo nggak butuh keberanian, jalanin aja." Balas Verry santai.

Fira berdecak, mau bagaimanapun juga. Verry sebagai laki-laki yang menyebalkan dan tidak peka pasti tidak akan bisa mengerti dirinya.

"Lo pikir gue sekejam lo gitu? Enggak Verry!Gue nggak begitu. Gue sama Syifa udah temenan dari kecil, nganggep Syifa seolah-olah nggak ada--itu susah buat gue. Gue butuh keberanian. Apalagi lo tau sendiri kalau temen-temen ada yang kesel sama gue. Gue juga butuh keberanian itu untuk mengahadapi mereka semua." 

Verry menghela nafasnya bosan, penjelasan panjang Fira tak disimaknya dengan seksama. Hanya sebatas didengarkan saja.

"Terserah lo. Tapi, lo harus turutin kemauan gue."

Verry melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas, memilih meninggalkan Fira yang betah di depan kelas.

Verry tidak peduli dengan apa yang dilakukan Fira selanjutnya, cukup kemarin-kemarin saja dirinya direpotkan oleh Fira. Verry ingin bebas sejenak untuk hari ini.

Fira mendengus saat Verry masuk tanpa menunggunya. Tuh kan Fira bilang, Verry itu tidak pekanya kebangetan.

Fira memilih masuk mengikuti Verry yang sudah masuk ke dalam. Sejujurnya, Fira memanfaatkan Verry untuk menjadi tamengnya dari teman-teman sekelasnya yang kontra dengannya. Biasanya mereka selalu menunduk dalam saat Verry ada di dekatnya.

The Annoying BOYS (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang