24 | Menyesal

5.4K 301 65
                                    

Galau-galauan di part ini
gapapa yak hehe

***

Alana bersandar pada pintu yang baru saja ia tutup di belakangnya. Gadis itu menutup mata dan mengembuskan napas pelan.

Alana mengutuki ke-keras kepala-an dan keegoisannya yang menyebabkan ia kini harus menelan pil pahit dan merasakan penyesalan mulai memenuhi rongga dada hingga membuatnya sulit bernapas.

Gadis itu juga merasakan perih mengingat apakah Angga, laki-laki itu berniat memenuhi permintaan Alana untuk tidak menemuinya lagi?

Setelah bertemu Indira kemarin sore, Alana memutuskan untuk mencari Angga ke kafenya—masa bodoh jika ia harus menjilat air ludahnya sendiri karena ia pernah meminta Angga untuk berhenti menemuinya.

Kini, Alana merasakan kehilangan dengan semua perhatian-perhatian itu setelah ia mulai terbiasa dengan kehadiran Angga di sisinya. Bahkan di saat-saat terburuk sekali pun.

Jangan sampai kita baru menyadari ketika dia udah benar-benar menyerah untuk memperjuangkan kita.

Tiba-tiba berkelebat dalam pikirannya kata-kata Indira kemarin.
Alana ingin menangis, ketika sekali lagi menyadari bahwa kata-kata itu benar adanya.

Ternyata, se-sakit inikah rasanya tikaman penyesalan yang selalu datang terlambat itu?

Dengan kepala tertunduk dalam-dalam Alana melanjutkan perjalanan, menyusuri langkah kaki yang entah akan membawanya ke mana.

Alana tak tahu kapan ia akan kembali ke tempat itu—kafe milik Angga, karena laki-laki itu mungkin tak akan kembali ke sana dalam waktu dekat.

Angga hanya menitipkan kafenya pada pegawainya dan menyampaikan pesan bahwasannya ia harus pergi. Tanpa pamit.

Seandainya bisa, Alana ingin menyusul kepergian Angga. Tapi ia tak tahu ke mana langkahnya harus tertuju ketika laki-laki itu bahkan tak memberitahu ke mana ia pergi.

Asin darah dari bibir bagian dalam yang Alana gigit kuat-kuat untuk menahan isakan tangis, tak cukup mampu untuk membawa rasa sesal itu pergi.

Yang ada, gadis itu tak bisa menghalau air mata yang mulai membasahi pipinya.

Tiba-tiba saja, Alana merasa keseimbangan tubuhnya perlahan mengendur. Sebelum ia benar-benar terjatuh, gadis itu membawa tubuhnya turun dan berjongkok memeluk kakinya, terisak pelan.

Dalam keadaan seperti ini, ia berharap Angga akan datang. Seperti biasa, dengan senyum teduh dan lesung pipi menawannya.

Berharap laki-laki itu ikut berjongkok di depannya, menyeka untuk menghapus jejak air mata dari pipinya.

Lo jelek kalau nangis. Alana juga merindukan kata-kata itu dan setengah mati berharap akan mendengarnya kembali.

Orang-orang yang berlalu-lalang di tempat yang sama hanya memperhatikan gadis yang sedang berjongkok itu dengan tatapan aneh tanpa ada satu pun yang peduli.

Biasanya, ada seseorang yang selalu peduli pada Alana, dalam kondisi apa pun. Tanpa terkecuali. Dan sekarang, Alana kembali menyesali dan mengutuki keegoisannya yang menyebabkan kini, ia benar-benar sudah kehilangan orang itu.

***

Pendek yah? hhi harusnya sisa satu part lagi abis ini. Tapi aku potong2 biar partnya nambah wkwk XD

Oh, numpang ngiklan yah hehe berhubung cerita ini mau abis, aku buka lapak baru, dari judul sama covernya udah bisa diliat kan mau dibawa ke mana ceritanya wkwk

Cerita baru aku itu mungkin lebih berat/dewasa materi dan konfliknya, bahasanya juga aku coba pakai bahasa2 baku gitu, yang tertarik roman2 anak gede boleh intip dulu prolognya ><

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita baru aku itu mungkin lebih berat/dewasa materi dan konfliknya, bahasanya juga aku coba pakai bahasa2 baku gitu, yang tertarik roman2 anak gede boleh intip dulu prolognya ><

aku suka teenfic aku pengen bikin teenfic tapi sudah tidak sanggup, maklum sudah terlalu lama lewat dari masa remaja jadi cuma sanggup baca teenfic T_T

udah gitu aja hehe see u on the next chapter :*

Sincerely,
SarahRS

I Love You Anyway (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang