6 | Kusuka Dia

7.6K 466 110
                                    

Seminggu sudah berlalu sejak Dimas memayungi Alana dengan payung hitamnya. Yang mana, membuat gadis itu secara sadar mengendurkan pertahanannya, tamengnya selama ini.

Dia membiarkan hatinya mengawang karena sikap-sikap manis Dimas padanya. Juga membiarkan gelenyar-gelenyar hangat menyebar ke tiap sudut-sudut hatinya.

Alana tidak ingin menyangkal perasaan ini, perasaan yang selalu membuatnya merona setiap kali mengingat Dimas.

Alana hanya berharap keputusannya yang bertentangan dengan prinsipnya selama ini-tidaklah salah.

Alana merasa cukup bergantung pada Dimas yang ia harap berbeda dari mereka yang dulu pernah begitu memujanya, lalu dengan kejamnya meninggalkan Alana terpuruk menangisi keadaannya yang membuat mereka pergi.

Kibasan telapak tangan seseorang di depannya dalam sekejap mengembalikan kesadaran gadis itu.

"Ngelamunin gue, eh? Gue-nya ada di depan lo gini." Dimas tersenyum geli.

"Eng, anu-nggak ngelamunin apa-apa kok, Kak," dusta Alana, menyelipkan sejumput rambutnya ke telinga. Lalu menunduk menatap es krimnya dan kembali menyantap perlahan.

Oh, sudah lama sekali dia tidak merasakan es krim senikmat ini. Kedua matanya terpejam tanpa sadar. Lalu, ia merasakan bagaimana dinginnya es yang mencair mengalir di tenggorokannya. Membuatnya mendesah nikmat.

Dimas sejenak memperhatikan Alana, ia menyimpan cangkirnya dan melipat kedua tangannya di atas meja. Matanya fokus memandang gadis manis di hadapannya, bibirnya mengulas senyum.

Ketika Alana membuka matanya, yang pertama ia lihat adalah sosok Dimas yang sedang menguntai senyum memabukan yang membuatnya salah tingkah.

Alana heran, sisa es krim di gelasnya masih saja membeku, padahal dia merasa sudah benar-benar meleleh menatap senyum yang membuatnya panas itu.

"A-ada apa, Kak? Ada yang aneh?" tanya Alana gugup, seraya mengelus rambut dan jaketnya yang tidak berantakan sama sekali.

Masih dengan senyum memabukkannya, Dimas menunjuk bibirnya sendiri. Membuat Alana yakin ada sesuatu yang dingin, tertinggal di bibirnya.

Alana baru mengangkat tangan kanannya, saat dia merasakan Dimas mencekal pergelangan tangan gadis itu.

Laki-laki itu menggelengkan kepalanya. Dengan tangannya yang bebas, Dimas menyeka es krim di sudut bibir Alana dengan ibu jarinya.

Lalu, begitu saja Dimas memasukkan sisa es krim di jarinya itu ke dalam mulutnya.

Hal tersebut membuat gadis berambut panjang di depannya melotot sejadi-jadinya menatap Dimas.

Gila! Cowok ini memang mau bunuh aku pelan-pelan!

"Kenapa melotot gitu, hei? Apa perlu bibir gue yang bersihin langsung?"

Dimas mulai intens melancarkan aksi-aksi gombalnya karena sudah merasa mendapat lampu hijau dari Alana beberapa waktu terakhir.

Alana yakin dagunya sudah mendarat di lantai karena selain matanya yang melotot, bibirnya juga menganga mendengar perkataan Dimas.

Gadis itu menggeleng kencang, "Ma-makasih", ucap Alana saat Dimas melepas tangannya.

Buru-buru Alana menunduk dan mengaduk sisa es krim di gelasnya. Alana menghela napas pelan, mengatur suasana hatinya yang membuat dia ingin mengubur diri sendiri karena malu.

"Lana," panggil Dimas, memperhatikan lekat-lekat gadis yang sedang menatapnya gugup itu.

"Gue tunggu di Wiras jam 5 sore, hari minggu. Lo ada waktu?" pintanya pada Alana.

Alana mengangguk mengiyakan, tiba-tiba merasa antusias. Lalu menyadari sesuatu, "Wiras? Kafe-nya teman kakak itu?"

Mendengar nama tempat itu Alana tiba-tiba mengingat Angga yang sudah lama tidak ia lihat penampakannya di mana pun. Atau, dia yang terlalu asik dengan Dimas di sisinya? Entahlah, Alana tak mau ambil pusing tentang itu.

Yang ada di depanku sekarang, Dimas, bukan Angga, ulang Alana terus dalam hatinya.

"Iya, kafe-nya si Wiratmadja," ketus Dimas. Ia merasa sedikit dongkol pada Angga yang pernah memintanya mencari gadis lain.

Pelan-pelan Dimas mendengus. Tidak ada yang bisa menghalangi keinginannya dalam hal menaklukan perempuan mana pun yang dia mau.

Yah, walaupun dia mengakui Angga salah satu rival terberat yang juga digilai para betina di kampusnya. Tapi tetap saja, gelar cassanova kampus mutlak miliknya seorang.

Dimas menyeringai penuh kemenangan dalam hati. Wiratmadja, lo kalah selangkah lagi dari gue!

***

Gimana atuh, Alana udah tertawan sama Dimas :( Angga kumaha kabar? T_T

Thank u for coming ❤ see u tomorrow!

Sincerely,
SarahRS

I Love You Anyway (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang