Angga menatap kosong tanpa fokus tempat Alana melewatinya tanpa sedikit pun menerima uluran tangannya.
Angga menarik kembali tangannya dan menatap sekeliling. Kerumunan tadi sudah mulai berpencar ke tempatnya semula. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
Hal tersebut membuat Angga menggeram pelan. Sebenarnya, ke mana perginya orang-orang ini ketika Tuhan membagikan hati dan perasaan?
Kedua matanya kemudian menatap satu titik di depan sana. Angga perlahan mendekat dan meraih jaket dan tas Alana yang tergeletak di lantai.
Angga tidak bisa berdiam diri begitu saja di sini. Tidak, ketika gadis itu sedang melangkah tak tentu arah dengan tangan kosong. Dia sangat yakin Alana tidak mengenal daerah ini.
Laki-laki itu hendak memutar tubuh dan berjalan ke arah pintu ketika menyadari harus melakukan sesuatu terlebih dahulu.
Melalui bahasa isyarat, Angga mengajak Dimas keluar ruangan. Tanpa aba-aba, Angga tiba-tiba memutar tubuhnya dan melayangkan bogem mentah pada wajah Dimas yang syok dibuatnya.
"Sialan, lo, Dim!!" umpat Angga cepat dengan napasnya yang terengah-engah. Bagaimana tidak, ia kecewa sekali pada Dimas yang tiba-tiba berubah seperti batu malam itu.
"Apa-apaan sih, Lo? Main pukul aja," Dimas menyentuh pipinya yang berdenyut nyeri akibat pukulan Angga.
"Itu buat cewek lo! Yang jadi tontonan orang banyak, yang berdiri sendirian. Lo yang ngaku 'cowoknya' cuma diam aja kayak orang tolol!!" cerca Angga meluap-luap dengan emosi yang hampir tak terkendali.
"Yah, gimana nggak. Gue selama ini nggak ngeuh. Gue kaget aja, ternyata badan aslinya dia begitu," balas Dimas dengan entengnya.
Angga mendesis tak suka. Satu pukulan ternyata belum mampu menyadarkan Dimas. Ingin rasanya ia memukul sekali lagi agar batok kepala Dimas yang keras itu sedikit melunak.
Sebagai gantinya, Angga mencengkeram kerah kemeja Dimas dan menariknya keras.
"Otak cemerlang lo ke mana?! Pindah ke dengkul? Atau lo kasih ke ayam-ayam kampus yang nunggu giliran, hah?! Kenapa lo diam aja tadi?!!" teriak Angga tepat di depan wajah Dimas, masih mempertahankan cengkeramannya.
"Lo juga kenapa diam aja tadi?" serang Dimas membalikkan keadaan.
Dengan lebih menekan cengkramannya di kerah baju Dimas, Angga menjawab. "Lo tanya kenapa? Lo masih tanya kenapa?!" Angga mendengus tak percaya.
"Lo cowoknya!! Lo yang dengan bangganya merangkul dia di depan semua orang! Lo yang pernah bilang kalau lo yang 'paling berhak' atas dia. Lo yang ngaku cowoknya seharusnya ada di samping dia tadi! Tapi apa? Bullshit!!" sambungnya sambil melepas cengkraman dan mendorong Dimas dengan keras.
Angga sungguh menyesal karena ia tidak berada di sisi Alana tadi. Dia tidak tahu jika akhirnya akan seperti ini. Dimas sialan!
"Gue udah pernah bilang sama lo. Kalau terjadi sesuatu sama dia, sorry, dengan sangat terpaksa gue ikut campur!" Angga mendesis tajam melalui sela-sela giginya. Dia memutar tubuh untuk pergi.
Angga kembali membalikkan tubuhnya dan melempar tatapan tajam pada Dimas. "Oh, satu lagi. Lo tahu? Gue lebih milih punya otak cetek daripada punya nyali pengecut yang bisanya cuma diam di saat ceweknya butuh rangkulan. Sekarang, gue nggak perlu izin dari lo, kan, buat nyusulin dia?"
***
Di jalanan yang sesepi dan tidak bercabang ini, mudah sekali bagi Angga untuk menemukan seseorang yang tengah ia cari.
Tepat di tepi jalan beberapa ratus meter dari rumah Dimas, dia menemukan Alana yang berjongkok membelakanginya. Samar, ia melihat bahu gadis itu bergetar.
Angga berjalan mendekat lalu ikut berjongkok di depan Alana. Tangannya terulur untuk menyeka air mata yang menetes di wajah gadis itu.
"Lo jelek kalau nangis," ucap Angga membuat Alana terdiam dan langsung menghentikan tangisnya.
Alana mematung menatap kedua mata teduh di depannya. Sekali lagi, di saat semua orang membuatnya ingin mengubur dirinya sendiri, mengapa laki-laki ini selalu tiba-tiba ada di depannya dan menyajikan senyum teduh dan lesung pipi menawan itu?
Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan, mencoba membuang pikiran-pikiran tadi.
"Jadi Kakak udah tahu keadaan aku yang sebenarnya? Semua orang tahu. Dia juga, sahabat Kakak, pacarku sendiri. Dia cuma diam di sana, nonton aku," ucap Alana dengan suara bergetar.
"Kakak teman baiknya dia, kan? Pasti kalian selalu satu pikiran dan pendapat. Jadi lebih baik-" sambung Alana seraya bangkit dari jongkoknya.
"Gue nggak sama! Gue nggak seperti yang lo kira, Alana," potong Angga, dia tahu apa yang Alana katakan. Memintanya menjauhi gadis itu.
Alana tersenyum kecut. Mustahil. Itu semua hanya ada dalam mimpinya. Setelah berkali-kali memakan kekecewaan, Alana tidak cukup berani untuk mengharapkan seseorang yang mungkin menerima dia yang seperti ini.
"Alana." Angga melangkah beberapa meter di belakang gadis itu.
"Alana," panggil Angga sekali lagi sambil menghela napas pelan.
"Aku mau pulang," jawab Alana saat langkahnya terhenti.
"Sendiri," lanjutnya lagi membuat Angga menutup bibirnya kembali ketika hendak menawarkan diri.
"Nggak bisa," jawab Angga cepat setelah terdiam beberapa saat.
Alana tiba-tiba membalikan tubuhnya dan menatap tak suka, "Apa lagi?! Apanya yang nggak bisa?!" tanya gadis itu kesal.
"Lo nggak bisa pulang sendiri, di sini bukan jalan umum, jadi nggak akan ada kendaraan umum yang lewat sini. Lagian ini udah malam," jelas Angga sambil merentangkan tangannya ke jalanan yang sepi.
"Nggak masalah," Alana mengangkat kedua bahunya.
Angga mencekal sebelah tangan Alana yang hendak membalikkan badannya kembali.
"Udah aku bilang aku mau pulang sendiri. Kakak ngerti nggak, sih?!" ditepisnya pelan cengkeraman Angga pada lengannya.
"Oke.. oke.." Angga mengangkat tangannya tanda mengalah lalu mengulurkannya lagi.
"Seenggaknya lo bawa ini."
Alana menundukkan kepala dan menatap jaket dan tas di genggaman Angga.
"Hm, makasih. Makasih juga atas tumpangannya tadi," ucapnya cepat setelah mengambil barangnya dan berjalan cepat meninggalkan Angga yang terdiam merenung di tepi jalan.
Setelah ini, semua akan semakin sulit. Sulit untuk sekedar mendekat pada gadis yang sudah benar-benar dijatuhkan dan kehilangan kepercayaannya pada semua orang.
***
Mampus Dimas ck Anggaaa... aku padamu :* XD
Makasiiih yaa masih mau mampir, maaf-maaf kalo agak garing gitu part ini -_-
Moga gak bosen yaa sampe cerita ini abiis hhi See you ❤❤❤
Sincerely,
SarahRS
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Anyway (Completed)
Cerita Pendek#190 in Short Story 28112017 Angga Wiratmadja, seorang laki-laki yang ditinggal menikah oleh sahabat sekaligus gadis yang ia cintai, memutuskan untuk pindah ke kota lain lalu bertemu dengan seorang gadis bernama Alana yang mengambil alih seluruh per...