7 | Poor Alana

6.8K 480 74
                                    

Warning! Terdapat adegan-adegan yang tak patut untuk ditiru. Harap bijak menyikapinya ;)
Jangan lupa tekan vote ya
sebelum mulai baca ^^

***

Alana sedang berjalan di koridor kampus ketika langkahnya dihadang oleh tiga penggilas berwujud gadis-gadis cantik beken—yang sayangnya selalu memasang tampang beringas yang membuat siapa saja ingin melarikan diri dari hadapan mereka.

Alana tahu, tidak akan menjadi situasi yang baik ketika tiga orang ini masih diberi nikmat untuk hidup dan bernapas. Seolah setiap langkah yang mereka pijak meninggalkan api yang bisa membuat siapa saja terbakar.

Ini bukan pertama kalinya Alana berada dalam situasi ini. Dikurung oleh tiga gadis dengan wajah siap tempur yang mungkin mengancam akan mencabik-cabik Alana menjadi serpihan kecil atau parahnya—menjadi seonggok daging tak berdaya.

Satu orang seperti Cherry saja sudah cukup membuat hidup -setiap orang yang menjadi target operasi mereka- menderita.

Apalagi tiga! Kiamat kecil!

Benar saja bukan? Salah satu dari jongos si Ratu melangkah ke depan Alana dan menumpahkan isi dari gelas yang ia pegang ke tubuh korban mereka. Membuat Alana kaget dan tersentak mundur untuk menghindar.

Namun sayangnya, tidak cukup cepat untuk Alana menghindar karena cairan berbau aneh yang entah apa itu kini membasahi tubuh bagian depannya.

"Apa-apaan!" pekik Alana yang kini memukul-mukul baju dan jaketnya yang kuyup. Upaya sia-sia karena cairan lengket itu sudah benar-benar melekat erat di bajunya.

Praang!! Suara pecahan dari gelas yang jatuh membuat Alana semakin terkejut dan menunduk menatap serpihan beling di sekitar kakinya.

Cherry dan antek-anteknya sudah benar-benar keterlaluan. Alana memang tidak bisa membalas hal serupa. Tapi ia tidak bisa tinggal diam jika tiga-orang-sok-berkuasa di depannya ini berbuat lebih jauh.

"Stop, Cher! Stop ganggu hidup aku!" jerit Alana, membuat segelintir mahasiswa yang masih berseliweran di sekitar mereka menatap tertarik ke arah medan pertempuran yang sepertinya sebentar lagi mulai memanas.

"Apa nggak cukup kamu ganggu aku setiap hari di rumah, hah?!" Untuk kesekian kalinya Alana benar-benar menyesal karena Ayahnya harus menikahi wanita picik beranak satu, anak yang kini berstatus sebagai adik tirinya, Cherry.

Cherry mencebikkan bibirnya, "Bersihin, babu!" perintahnya pada sang kakak tiri yang menatapnya tak percaya.

"Cepat!" teriaknya, maju sambil menyentak bahu Alana yang tak siap dengan sentakan itu, akhirnya terjatuh dalam posisi berlutut dengan kedua telapak tangan menyangga tubuhnya.

Alana meringis ketika telapak tangannya mendarat di atas kepingan beling dari gelas yang pecah.

Gadis itu mengangkat tangannya, dan merintih tak percaya melihat sebagian pecahan gelas itu merobek kulit telapaknya dan membuat darah segar mengucur dari sana.

"Lana?! Lo nggak pa-pa?!" tanya Angga khawatir, ia kebetulan lewat ketika penasaran apa yang sedang dilakukan oleh kerumunan massal yang ternyata tengah menyaksikan kejadian naas tersebut.

Laki-laki itu ikut berjongkok di sebelah Alana seraya memegang lengan Alana yang gemetar dan tubuh gadis itu yang juga bergetar karena menahan tangis.

"Angga! Lo ngapain dekat-dekat dia?!" tanya Prita kaget, melihat pujaannya begitu dekat dengan Alana.

"Kalian bertiga yang ngapain? Jadi seperti ini cara kalian membuktikan kekuasaan kalian di sini? Dengan menindas orang lain?" cibir Angga, bangkit berdiri dengan wajah tak suka.

Cherry yang tak terima dengan ucapan Angga menjawab lantang, "Lo nggak usah ikut campur, Ga. Ini masalah perempuan!"

Angga tak menghiraukan ucapan Cherry, ia membalikkan tubuhnya dan berjongkok kembali untuk membantu Alana berdiri. Namun gadis itu menepis sentuhannya.

Alana tidak pernah menerima bantuan seperti ini sebelumnya. Dia hanya tidak terbiasa dibela ketika berada dalam posisi ini. Yang ia tahu ia terbiasa berdiri sendiri setelah dijatuhkan oleh orang lain.

"Lepas! Saya bisa sendiri," tukas gadis itu dengan suara bergetar. Ia berdiri dan merangsek keluar dari kerumunan yang berkumpul layaknya semut mengelilingi gula.

Angga terdiam sekejap menatap Alana yang kini berlari menjauh, ia memutar tubuh dan menunjuk satu persatu pada wajah Cherry dan kedua temannya.

"Lo, lo dan lo, Cher. Kalian bertiga sakit!" sindir Angga tajam. "Jadi, jangan harap gue diem aja ngeliat kalian nyakitin Alana lagi," ancamnya dengan nada memperingatkan.

Kerumunan di sekitar masih berdiri mengelilingi mereka, membuat kepala Angga semakin mendidih.

"LO SEMUA NGAPAIN MASIH PADA BERDIRI DI SINI, HAH?! BUBAAR!! GUE BILANG, BUBAARR!!!" teriak Angga marah, menyadari bahwa segelintir mahasiswa-mahasiswi yang alih-alih berusaha menghentikan, malah diam saja dan asyik menonton adegan kekerasan di depan mereka tadi tanpa berniat mencegah.

Memikirkan hal itu, Angga merasa semakin terbakar karena amarah. Shit! Apa yang terjadi pada manusia zaman sekarang?!

***

Bantu jawab, Ga.. Mungkin manusia zaman sekarang kebanyakan makan micin wkwk :'D termasuk yg nulis ck

Makasih udah mampir, ketemu lagi besok... ❤

Sincerely,
SarahRS

I Love You Anyway (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang