3 | Rapunzel

9.9K 646 124
                                    

"Thanks," ucap Angga seraya menyentuh bekas kompresan di belakang kepalanya yang sedikit membengkak, lalu memperhatikan gadis di depannya sibuk berbenah.

"Lo sakit?" sambil mengernyitkan keningnya, Angga bertanya heran ketika menyadari sesuatu.

Alana terlalu takut untuk menjawab pertanyaan itu, pertanyaan yang membuatnya muak karena mengingatkannya akan kondisi tubuhnya yang 'sedikit' berbeda dari kebanyakan orang.

"Nggak, Kak," jawab Alana cepat seraya mencengkeram jaket yang sedang ia gunakan. Terlalu cepat hingga membuat Angga semakin tercekik rasa keingintahuan.

"Terus, kenapa lo pakai jaket, panas-panas begini? Apa lo nggak kegerahan? Gue perhatiin, lo tiap hari pakai jaket, kan?" Angga semakin melancarkan pertanyaannya, tanpa tahu bahwa gadis di depannya mulai tidak suka dengan arah pembicaraan mereka.

"Terus-"

Alana menarik napas pendek-pendek, dia mengangkat wajah memberanikan untuk berhadapan dengan sepasang mata teduh itu, "Kak Angga, persis tukang parkir, yah? Dari tadi bilang terus- terus!"

Gadis itu terlalu sadar bahwasannya laki-laki yang sedang tertawa menahan kegelian di depannya ini hampir membobol pembatas tak terlihat dengan semua sikap hangat dan perhatian yang dia tunjukkan.

Laki-laki itu masih tertawa geli, Alana tidak mengerti apa yang patut ditertawakan di sini.

"Kakak kesambet?!" pekik Alana tiba-tiba, merasa horor. Dia menengadah dan menyadari jika mereka sedang duduk-duduk di bawah pohon beringin tua yang terkenal angker seantero kampus.

"Lo lucu-tukang parkir-" Angga masih tenggelam dalam tawanya sendiri.

"Kak? Kakak!!" panggil Alana mulai sedikit kesal.

Alana berdiri dari duduknya seraya menatap Angga enggan, "Saya pamit, ada kelas sekarang. Sekali lagi maaf atas kejadian kemarin."

Angin tiba-tiba berhembus kencang, menerbangkan helai demi helai rambut panjang dari punggung seorang gadis yang kini terlihat terkejut dan bergerak meraih seluruh rambutnya kembali.

Angga yang melihat kerusuhan itu segera bangkit dan ikut meraih mahkota gadis itu. "Kalau nggak mau rambut Rapunzel lo berkibar macam bendera kayak tadi, lo harusnya ikat rambut lo ini," ucap Angga lembut, juga menggenggam lembut rambut panjang itu di tangannya.

"Jangan!!" pekik Alana histeris, ketika Angga meraup seluruh rambutnya menjadi satu dalam genggamannya.

Pekikan Alana cukup untuk membuat Angga kaget dan melepas helaian lembut itu dari tangannya.

Angga yakin, ada sesuatu pada Alana yang membuat gadis itu bertingkah aneh seperti ini.

Alana sepertinya gadis yang tertutup, nyaris selalu sendiri. Berjalan dengan kepala tertunduk dan terkadang Angga melihat gadis itu mencengkeram kedua belah sisi jaketnya seolah tidak boleh ada yang membukanya.

Ya, dalam cuaca apa pun gadis itu tidak pernah absen mengenakan jaket kebesarannya. Belum lagi rambut lurus nyaris menyentuh pinggangnya selalu tergerai bebas menutupi punggungnya.

Angga dibuat heran sendiri, bagaimana bisa gadis itu tidak mati kegerahan di saat ia sendiri merasa bagaikan masuk ke dalam oven dengan tingkat kepanasan maksimal yang mungkin mengancam akan membuatnya gosong.

Tanpa pamit lagi, Alana melangkah meninggalkan laki-laki yang sekarang tengah menatapnya dalam diam.

Nyaris! Bodohnya aku! Harusnya aku nggak perlu berurusan lebih jauh sama cowok kepo itu! batin Alana.

Karena baginya laki-laki sama saja, selalu melihat dia dengan cara yang berbeda. Bahkan sebagian pernah menampar hatinya karena tak bisa menerima Alana apa adanya.

Alana yang menunduk, tak sempat menghindar ketika ia menubruk punggung seseorang.

"Sor-" Alana hendak mengucapkan maaf sebelum menyadari orang yang ditabraknya adalah Cherry, gadis yang memproklamirkan dirinya sendiri sebagai musuh bebuyutan Alana.

"Ups, sorry. Gue nggak sengaja, bengkok," ucap Cherry menjengkelkan seraya menyilangkan tangan dengan tatapan merendahkan.

Bengkok, bengkok. Kata-kata yang menjadi momok menakutkan bagi Alana sepanjang hidupnya.

Alana hanya bisa mengepal tangannya mendengar itu. Dia tidak bisa membalas ucapan gadis yang memiliki segalanya macam Cherry.

Cantik, beken, percaya diri, juga deretan panjang laki-laki yang menunggu giliran mengubah status mereka menjadi satu tingkat lebih tinggi dari sekedar 'teman'.

Tapi Alana tidak tahu apa yang dicari oleh Cherry selama ini darinya yang cenderung penyendiri dan tidak pernah nyaman berada di tengah-tengah banyak orang.

Beberapa langkah di belakang Alana, Angga mampu menangkap dengan cukup jelas ucapan Cherry dan bertanya-tanya maksud perkataan si Ratu Penggilas itu.

Satu hal yang pasti, Angga yakin kata terakhir yang diucapkan Cherry merupakan jawaban dari tanda tanya tentang tingkah Alana selama ini.

***

Apa sih yg selama ini Alana sembunyiin dari orang2?
Simak di part2 selanjutnya yaaa hhi

Thank u so much for coming ❤
see ya!

Sincerely,
SarahRS

I Love You Anyway (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang