Di atas pembaringannya, Alana dengan tubuhnya yang lelah—terbaring gelisah. Matanya masih terpejam rapat, walaupun kepalanya bergerak-gerak tanpa henti. Membuat bulir-bulir keringat menetes deras dari pelipisnya.
Keningnya berkerut, diiringi racauan tak jelas yang terlepas dari bibirnya. Kepalanya kembali menggeleng kencang, seolah ia tengah menghalau sesuatu.
Tetesan keringat masih mengucuri pelipis dan keningnya ketika gadis itu akhirnya merintih. Rintihan yang perlahan berubah menjadi isak tangis. Tangisan yang sarat keputus-asaan dan duka yang mendalam.
Ya Tuhan, dia menangis dalam tidurnya, batin seseorang dari tempatnya bersandar, menyaksikan ketika Alana terisak dalam tidurnya dengan air mata mulai mengalir dari mata turun ke bantal yang sedang ia tiduri.
Selang semenit kemudian, tanpa diminta, Alana tersentak kaget bangun dari tidurnya. Dengan dada kembang kempis dan napas compang-camping, dia memeluk tubuhnya sendiri untuk meredakan getaran yang menjalar di tubuhnya.
Dia masih merasakan basah dari air mata di pipinya, juga peluh yang seolah membanjiri setiap inci kulitnya.
"Udah bangun?"
Suara itu menyentak kesadaran Alana. Gadis itu memejamkan mata dan menggeleng pelan, merasa ia pasti sedang bermimpi kala mendengar suara itu.
"Hei, nggak kangen sama gue?"
Masih dengan mata terpejam, gadis itu mengembuskan napas lelah. Putus asa karena ternyata ia belum bisa melupakan Angga yang sudah tiada.
Bahkan, kini suara itu terdengar begitu jelas seolah mencoba mengobati kerinduannya pada laki-laki itu.
"Bangun, tukang tidur," seru suara itu lagi, membelai lembut telinga Alana.
"Buka mata lo," suara itu menyambung ucapannya, membuat Alana dalam sedetik membuka kedua matanya dan menatap lurus pada seseorang yang juga sedang menatap lurus matanya.
"Apa ini surga? Atau, kehidupan setelah kematian?" bisik Alana tak sadar sudah mengatakannya langsung. Dia pernah mendengar bahwa setiap manusia akan dikumpulkan kembali dengan orang-orang yang dicintai pada hari itu.
Karena saat ini, dengan mata kepalanya sendiri, juga dengan kerinduan yang membuncah di dadanya, Alana menatap terkesima akan keberadaan laki-laki yang sedang tersenyum lembut di seberangnya.
Alana tak ingin kembali ke bumi, dia ingin terus di sini, menatap senyum teduh dan lesung pipi itu selamanya.
"Gue nggak bisa janji bawa lo ke surga. Tapi gue janji gue bakal berusaha buat lo bahagia di dunia ini."
Kalimat yang disampaikan dengan mantap itu meluluh-lantahkan angan Alana dalam sekejap. Gadis itu kini menatap terbelalak, tak bisa menyembunyikan keterkejutannya pada Angga.
Ya, Angga yang kini sedang melipat kedua tangannya di belakang kepala seraya bersandar pada kepala ranjang. Menatap Alana serius melalui sorot lembutnya.
Alana mengucek matanya, memastikan penglihatannya lalu sekali lagi menatap ke depan.
Demi Tuhan, Alana melihat tubuh Angga dikebumikan. Tapi mengapa laki-laki di depannya ini terasa begitu nyata? Kehadirannya seolah begitu jelas, membangun kembali puing-puing harapan gadis itu.
Namun di sisi lain, Alana ingin menyentuh wajah pucat Angga yang sedang mengulas senyum tipis untuk sekedar membuktikan jika laki-laki itu tidaklah nyata.
"Hei, lo pikir kita di alam barzah?" tanya laki-laki itu, tak bisa menyembunyikan tawa gelinya, lalu menghentikan tawanya itu karena nyeri bekas tikaman di dadanya belum sepenuhnya hilang.
"Buka mata dan liat sekeliling lo. Kita—di rumah sakit. Gue masih di sini. Di depan lo. Hidup dan bernapas, Lana," sambung Angga lembut.
Alana mematung sesaat sebelum ia memutar pandangan ke sekeliling ruangan yang di dominasi warna putih. Dan, bau obat.
Matanya kembali menatap Angga yang bersandar di ranjang dengan perban yang membalut dada telanjangnya.
Gadis itu kemudian mengalihkan mata pada tubuhnya sendiri yang sedang berada di atas sofa. Oh, mengapa ia tidak menyadarinya sedari tadi?
Jadi—jadi, semua itu mimpi? Tapi, mengapa semuanya terasa begitu nyata? Perih dan sakit atas rasa kehilangan bahkan seolah masih berbekas di dadanya.
Alana kembali tertunduk dan tenggelam dalam tangis yang tidak bisa ia artikan. Senang, terharu, bingung, sedih, semuanya bercampur aduk menjadi satu kesatuan yang meremas dada.
"Pliiis, jangan nangis, Lana. Gue pengen ke situ peluk lo, tapi gue belum bisa bangun."
Alana menghentikan sesenggukannya dan memusatkan kembali perhatiannya pada Angga yang bergeser dan menepukkan sisi ranjangnya yang masih kosong. "Sini," pinta Angga pada Alana yang kemudian bangkit dan mendekat dengan langkah pelan.
Di setiap langkahnya, mata Alana melahap tiap jengkal tubuh laki-laki itu. Sekali lagi memastikan jika Angga benar-benar berada di sini. Berpijak di atas tanah yang sama. Bernapas di udara yang sama.
Benar-benar kembali, menjadi obat penawar bagi hati kecilnya yang dilanda rindu.
"Lo jelek kalau nangis, tau nggak? Jadi, jangan nangis lagi," bujuk Angga, ia mengulurkan tangan untuk menyeka tangis di pipi Alana yang sudah duduk di sampingnya.
Mendengar kalimat yang—sumpah mati—begitu Alana rindukan, gadis itu lantas menangis lebih kencang. Membuat Angga bingung bukan kepalang.
"Lana... hei, gue baru tahu kalau lo cengeng. Tapi, gue sayang cewek cengeng di depan gue ini."
Setelah sekali lagi menyeka tangis di pipi Alana, Angga merengkuh lembut kepala gadis itu dan membawanya ke dalam pelukan, ke atas sebelah dadanya yang tidak terluka. Ke tempat di mana seharusnya gadis itu berada.
Memeluk untuk yang pertama kalinya, tubuh Alana yang kembali meneruskan isaknya di dada Angga.
Oh, Alana rela terus menerus menangis jika itu akan membawanya kembali ke dalam pelukan hangat Angga. Seperti saat ini.
***
kejutan...🎉🎉🎉 receh gasih? sinetron bgt yak? 😂 bodoamat yg penting Angganya nggak mati :')
jadi, jangan marah2 lagi sama aku yaa, bilang aku jahatin angga :(
oh, tadinya ini mau jadi part terakhir, tapi sepertinya gajadi soalnya bakalan panjang bgt, jadi mungkin nambah satu lagi part, gapapa yak XD
Makasih yaa udah mampir, sampai ketemu di part terakhir :*
Sincerely,
SarahRS
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Anyway (Completed)
Historia Corta#190 in Short Story 28112017 Angga Wiratmadja, seorang laki-laki yang ditinggal menikah oleh sahabat sekaligus gadis yang ia cintai, memutuskan untuk pindah ke kota lain lalu bertemu dengan seorang gadis bernama Alana yang mengambil alih seluruh per...