4 | Ada yang lain

9K 618 89
                                    

Jangan lupa tekan vote yaa sebelum mulai baca hehe

***

"Ga, gue mau lo kosongin kafe ini buat gue, ya, minggu depan."

"Buat apaan? Traktir mantan-mantan lo yang susah move on itu?" ledek Angga pada Dimas yang terkenal sebagai cassanova kampus.

Dimas berdecak kesal, "Sialan, lo! Nggaklah. Gue mau bikin kejutan buat seseorang."

Angga mengernyitkan keningnya sebelum Dimas melanjutkan ucapannya dengan bangga, "Gue mau nembak cewek."

"Lagi?!" tanya Angga kaget.

"Masih cewek yang waktu itu gue pernah kasih tahu. Ampun dah, berasa main kucing-kucingan. Tiap gue deketin, dia pasti kabur. Kalau nggak, dia malah ngumpet. Tapi gue jadi makin penasaran sama dia."

Mendengar jawaban teman yang lebih pantas disebut parasit itu Angga tergelak, "Cewek yang mana, sih?" tanya Angga lagi, mulai penasaran. Sepengetahuannya, hampir separuh betina di kampusnya tergila-gila pada Dimas yang sepak terjangnya dalam urusan wanita tak perlu diragukan lagi.

"Alana Iva—"

"Si Rapunzel itu?" Dengan nada tak percaya Angga memotong ucapan Dimas di tengah jalan.

"Yup!!" jawab Dimas mantap seraya membusungkan dadanya.

"Lo serius? Kalau kata gue sih, lebih baik lo cari cewek lain. Toh, masih banyak cewek yang ngantri buat lo mainin," tegur Angga tiba-tiba merasa terganggu dengan niat Dimas menembak Alana.

Apalagi temannya itu memilih kafe-nya sebagai tempat ritual penembakan.

"Tadi gue bilang mau nembak cewek, Ga. Bukan mau mainin," jawab Dimas dengan satu suara yang lebih tinggi dari biasanya.

"Betul, terus ujung-ujungnya lo mainin. Macam mantan-mantan lo yang susah move on itu, yang ngantri lo pungut lagi," Angga mengucapkan sindirannya terang-terangan.

"Anak-anak orang lo apain sih? Sampai pada lengket kayak lintah gitu sama lo?" Angga tak habis pikir, beberapa mantan kekasih Dimas justru masih mengejar laki-laki itu seperti tidak ada laki-laki lain di dunia ini.

"Kok, jadi lo yang repot? Kenapa? Lo ngiri sama rekor deretan mantan gue yang cantik-cantik? Atau, lo suka juga sama Lana?" sindiran Dimas membuat Angga terdiam.

Giliran Dimas yang tergelak menangkap gelagat tak wajar dari orang di depannya. Dimas yakin, Angga menyimpan perasaan khusus pada Alana, mengingat larangan Angga untuk menembak gadis itu.

"Gue selangkah di depan lo, Bro," Dimas bangkit berdiri dengan santai dan menepuk bahu Angga seraya tersenyum usil.

"Oh iya, Pak Bos. Gue minta kafe ini dikosongin minggu depan, ya? Jangan lupa, dibikin suasananya seromantis mungkin," sambung Dimas sebelum berjalan keluar pintu kafe itu.

Sialan, gue kalah selangkah dari playboy kurang asem itu! umpat Angga dalam hati.

***

Alana berhenti berlari saat merasa tiba-tiba hujan berhenti hanya di sekitaran tubuhnya. Dia mendongakkan kepala ke atas. Ternyata tubuhnya tengah dipayungi oleh seseorang.

"Kakak—" Alana tidak melanjutkan ucapannya karena ia sedikit takut pada laki-laki yang berdiri di depannya, yang memayungi tubuhnya itu.

"Gue Dimas. Terserah mau lo panggil apa. Dimas, boleh. Dim, boleh. Mas, juga boleh," tutur Dimas dengan seringai di bibirnya.

Alana menunduk tak nyaman menatap seringai itu.

"Lo—Alana?"

Pertanyaan Dimas dijawab dengan anggukan singkat dan suara pelan Alana, "Kok, kakak bisa tahu nama saya?"

"Jelas. Gue hafal nama-nama semua cewek cantik di kampus ini," jawab Dimas enteng, membuat Alana memerah.

Tidak! Tidak! Cukup Angga yang membuat wajahnya memanas seperti ini!

Tubuh Alana menegang menyadari ia mulai menerobos dinding pembatas yang dia buat. Untuk tidak melibatkan jenis perasaan apa pun pada laki-laki.

Bodoh! Bodoh! Alana secara tak sadar mengetuk-ngetuk kening dengan buku yang sedang ia pegang.

"Lo kenapa?" tanya Dimas dengan senyum geli di bibirnya.

"Pusing? Nih, gue punya yang lebih ampuh dari buku lo itu," canda laki-laki tampan itu seraya menyodorkan payung lain yang ia sembunyikan kembali di balik punggungnya.

Alana sungguh merasa tak nyaman dengan situasi ini, berada di bawah payung yang sama dengan Dimas. Dia kemudian menyadari laki-laki itu memegang sebuah payung lain tadi.

"Boleh pinjam payung satunya, Kak?"

Permintaan Alana membuat Dimas menggeleng dan menjawab tegas ,"Gue sengaja jemput lo, nggak asik kalau kita jalan sendiri-sendiri. Lo tahu? Di mana-mana, berdua itu lebih baik."

Tanpa diberi peringatan, Dimas merangkul bahu Alana dan membimbingnya berjalan.

Alana membeku. Dia berharap Dimas terkejut akan kondisi tubuh yang sedang dirangkulnya itu. Lalu perlahan menjauh karena merasa kondisi tubuh Alana mengerikan—seperti pendapat sebagian orang.

Setidaknya, hal itulah yang pernah dirasakannya beberapa waktu lalu. Yang menjadikannya sosok tertutup dan cenderung lebih suka menyendiri seperti sekarang ini.

***

Yaah, Angga punya saingan berat, usahanya kudu maksimal nih huhuu ><

makasih udah mampir ❤ see u tomorrow!

Sincerely,
SarahRS

I Love You Anyway (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang