28 | Bersamamu (END)

13.9K 451 116
                                    

Sebelumnya, aku mau bilang, part terakhir ini part paling panjaaaang...
Yang kuat, silakan baca, yang gak kuat, yaa dikuat2in XD
Boong deng, gak maksa hehe
Enjoy the last part of the story ^^

***

Tak ada kata yang bisa menggambarkan suasana hati Angga saat ini. Sekali pun seluruh bahasa yang eksis di muka bumi dibukukan menjadi satu, sekiranya belum cukup mampu mewakili buncahan perasaan yang mendesak di dadanya.

Tangan laki-laki itu bergerak merengkuh lebih erat tubuh mungil dalam pelukannya. Oh, tak terhitung sejak kapan ia menahan keinginan untuk memeluk Alana seperti ini.

Alana, gadis itu tak berhenti menangis hingga jatuh tertidur karena kelelahan di dada Angga. Menumpukan berat tubuh—bahkan mungkin seluruh kerinduannya beberapa hari terakhir di tubuh laki-laki itu.

"Lo baru bangun tadi, eh. Masa sekarang udah tidur lagi? Dasar," decak Angga pelan walau tetap saja ia tidak bisa menyembunyikan ulasan senyum di bibirnya.

Laki-laki itu menunduk mengamati seksama wajah Alana, lalu memberanikan diri mengelus lembut pipi dan hidung kemerahan gadis itu.

Bukan hanya bagi Alana, pun bagi Angga—semua ini seolah mimpi, semu, tidak nyata. Sulit untuk mempercayai posisi mereka saat ini setelah apa yang ia alami sebelumnya.

Setelah nyaris terbunuh oleh bedebah sialan yang membobol rumah orang tuanya, tidak ada lagi yang mampu Angga ingat, selain kematian yang mungkin menyambanginya dan nyeri di dada yang semakin menyeretnya ke dalam jurang ketidak-sadaran.

Malam ini, dia terbangun lemah di salah satu ruangan di rumah sakit. Bersyukur setidaknya Tuhan masih memberikan dia kesempatan untuk kembali bernapas, melanjutkan hidup dan, memperbaiki segalanya.

Terlebih, ketika pandangannya menyapu sekeliling, lalu mendapati gadis yang begitu ia rindukan berada di sana. Terbaring di atas sofa, tertidur gelisah dan tak tenang—dengan raut kesakitan.

Walau tak tahan melihat Alana dalam kondisi seperti itu, tapi Angga juga tidak bisa memungkiri jika ia sangat bersyukur bisa melihat gadis itu lagi. Di sini, untuknya.

Seperti yang Indira katakan sebelum pamit pulang, Alana jatuh pingsan di lantai kamar di mana Angga dirawat setelah secara terburu-buru datang ke Bogor hanya untuk mendapati laki-laki yang terluka parah itu belum tersadar.

Diiringi detak jantung dari dada Angga yang berada tepat di sebelah telinga Alana, gadis itu bergerak pelan dan membuka mata, menatap lengan kokoh yang melingkari tubuhnya.

Dia sebenarnya belum ingin terlepas dari kehangatan dekapan Angga, akan tetapi kondisi laki-laki yang belum seratus persen pulih itu membuatnya perlahan melepas diri.

Gadis itu meneliti keadaan Angga yang terlihat tak rela melepas pelukannya. Kemudian, sebelah tangan Alana terangkat menyentuh lesung pipi yang kini sedang Angga pamerkan melalui senyumnya.

Angga gelagapan.

"Aku kangen Kakak." Giliran Alana yang tak bisa menahan dirinya lagi. Ia merindukan laki-laki di depannya ini.

"Kangen senyum Kakak, lesung pipi Kakak, mata Kakak, perhatian Kakak, semuanya." Alana masih mempertahankan jemarinya di pipi Angga walaupun lesung itu sudah menghilang dan digantikan senyum gugup laki-laki yang terlihat semakin gelagapan itu.

I Love You Anyway (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang