Jika Wendy tidak punya rasa kemanusiaan, dia akan cepat-cepat pulang dan meninggalkan lelaki mabuk yang muntah di pundaknya di jalan. Hei bung, ini musim gugur. Angin malam bisa membuatmu begitu menggigil dan Wendy tidak mau disalahkan jika ditemukan mayat beku esok hari. Setidaknya begitu.
Susah payah Wendy memapah pria bertubuh tiang ini, berkali-kali dia kehilangan keseimbangan apalagi tadi ketika naik tangga. Ini pertama kalinya Wendy merutuki mengapa ia harus menyewa rumah di lantai dua seperti ini.
Begitu masuk rumah, Wendy menggeletakkan pria itu di ruang tamuㅡya, ruang tamu, begitu Wendy menyebutnya. Buru-buru dia ke kamar mandi untuk membersihkan muntahan sialan dan mencuci rambutnya yang terkena juga.
Malam ini begitu panjang bagi Wendy. Setelah setahun tidak 'menyentuh' lelaki, kini dia harus mengkondisikan detak jantungnya yang bekerja berkali-kali lebih cepat saat mengganti kemeja lelaki itu dengan bekas kaos Mark yang belum dia jadikan lap meja.
Ya, semoga kehidupan sial Wendy tidak berlanjut karena lelaki ini.
💙
Chanyeol mengerjapkan matanya saat menyadari apa yang dijadikan alasnya untuk tidur sangat keras. Ruangan warna biru juga mendominasi pandangannya. Jelas ini bukan warna kamarnya sama sekali.
Semerbak wangi masakan memenuhi indra penciumannya. Hei-hei, dimana dia sekarang. Kepala Chanyeol tambah pening. Apartemennya tidak mungkin berbau dapur seperti ini, siapa juga yang akan memasak untuknya pagi-pagi?
"Eo, selamat pagi. Kau sudah bangun?" Perempuan yang tidak ia kenal sama sekali menyapanya dari balik pantry.
"KAU SIAPA? AKU ADA DIMANA?" Chanyeol berteriak tidak tahu tempat. Membuat gadis itu memekik kaget.
"Slow down, sir. Kau tidak ingat kau mabuk semalam?"
"Apakah kita tidur bersama?" Pertanyaan tidak masuk akal keluar dari mulut Chanyeol. Gadis itu menengok ke arahnya dengan mata terbelalak.
"Aku tidak tidur dengan orang bau, tahu!" Gadis itu melengos dan melanjutkan kegiatan menuang sup ke dalam mangkuk.
Chanyeol reflek mencium bau badannya sendiri. Benar, bau muntahan membuat Chanyeol kembali mual.
"Dimana kamar mandi?"
"Disana," gadis itu menunjuk kamar mandi dengan dagunya, lantas memerhatikan Chanyeol yang terbirit. Lalu terdengar suara Chanyeol yang memuntahkan isi perutnya.
Gadis itu membuka pintu kamar mandi dan berdiri di belakang Chanyeol dan mengurut leher belakang Chanyeol.
"Aku baik-baik saj.. uwoookk.." gadis itu kembali mengurut leher belakang Chanyeol.
"Selesaikan dulu, tuan pemabuk."
Chanyeol berkumur dengan air dan gadis itu langsung menariknya duduk di ruang makan.
"Makan ini," gadis yang rambutnya dicepol itu mengulurkan sendok menyuruh Chanyeol memakan sup pereda mabuk.
"Terimakasih,"
Tidak ada yang berbicara selama keduanya makan. Chanyeol masih menunduk walaupun dia sudah menyelesaikan makanannya. Entah mengapa dia merasa begitu sial dari kemarin.
"Kau sebaiknya mengingat kejadian semalam, tuan pemabuk. Garis besarnya kau muntah di pundakku."
Chanyeol semakin menunduk dalam. Alasannya menunduk dari tadi selama makan juga karena dia sedikit demi sedikit sadar apa yang dilakukannya semalam.
"Yejin-a.. aku ingin menciummu.."
Chanyeol memukul kepalanya sendiri.
Gadis itu terkikik kecil sambil membenahi mangkuk-mangkuk bekas makanan mereka, "kau tampak habis diputuskan pacarmu secara sepihak, tuan pemabuk."
"Sebaiknya kau diam, nona. Kau tidak tahu apapun,"
"Ya, aku tahu. Haha." Gadis itu memakai apronnya kembali dan mencuci piring.
"Kau sendiri kenapa menyimpan kaus pria? Pasti kau ..."
Sebaiknya kau diam, tuan pemabuk. Kau tidak tahu apapun.
Gadis itu memutar matanya sebal, "itu milik anjingku yang sudah mati."
"Sebesar ini?"
"Kau pasti sudah pulih dari mabukmu ya, dasar cerewet!" Gadis itu membungkam Chanyeol.
Chanyeol meneliti ruangan mencari dimana jam dinding.
"Eo, setengah jam lagi aku harus berangkat kerja."
Gadis itu menoleh, "aku sudah mencuci bajumu, tenang saja. Tinggal di setrika. Jika kau ingin mandi, mandi saja. Aku akan menyiapkan handuknya."
Chanyeol mangut-mangut, benaknya bertanya-tanya kenapa gadis mungil ini seterbuka ini terhadap lelaki yang bahkan tidak dikenalnya.
"Ngomong-ngomong, kau kerja dimana?" tanya gadis itu.
"Aku direktur pemasaran di Park's and Co.," jawab Chanyeol.
"Tidak mungkin."
''Kenapa?"
"Aku juga bekerja disana, devisi tim kreatif. Kau pasti bohong, kan? Aku bahkan belum pernah melihatmu sebelumnya." tutur gadis itu.
"Aku baru bekerja disana mulai kemarin,"
Kening gadis itu mengerut, "aku masih tidak percaya. Direktur Park's and Co. pasti akan mabuk di kelab mewah Gangnam, tapi kenapa seleramu rendahan sekali mabuk di pinggir jalan dekat rumahku!"
"Yah, sudahlah tidak ada gunanya berdebat denganmu." Chanyeol pun masuk ke kamar mandi tanpa menghiraukan pernyataan gadis itu.
💙
Chanyeol membuka pintu rumah gadis itu, tapi dia kembali menengok ke belakang. Gadis itu masih disana memerhatikan punggungnya.
(Chanyeol is going to work)
"Terimakasih untuk sup pereda mabuknya. Ku akui itu sangat enak.""Aku tahu, aku memang pandai memasak." Gadis itu melipat tangannya di dada.
"Ohya, siapa namamu?" Tanya Chanyeol.
"Untuk apa?"
Gadis ini menarik bagi Chanyeol.
Chanyeol tersenyum, "jika aku bertemu lagi denganmu, aku akan mentraktirmu makan malam untuk membayar hutangku atas supmu itu."
Si gadis hanya mengerjapkan matanya, Chanyeol mengulurkan tangannya untuk dijabat.
"Namaku Park Chanyeol,"
"Wendy. Son Wendy," gadis bernama Wendy itu menyambut uluran tangannya.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Finally exams week is over!
I'm so sorry kalo alurnya kecepetan dan nggak ngefeel sama sekali.
But i enjoying to write this story because the casts are my favorite OTP, Wenyeol!Hope you like it, guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ SIAL ∆ wenyeol
Fanfictionunfortunately meet you unfortunately love you 💙 Light story, less conflict 💙 ⚠ WORK ROMANCE SAMPAH ⚠