05 : kau menyiksaku

4.4K 665 59
                                    

Baca sambil dengerin media, arti lagunya pas banget sama part ini.

Pokoknya ya *maksa* siapa tau baper mUEHEHEHE

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Malam itu Chanyeol mengantarkan Wendy dengan mobilnya sampai depan rumah sewa milik Pak Kim. 

Wendy menghirup aroma mobil itu pelan-pelan dan perlahan menghembuskannya. "Terimakasih, Chanyeol." Wendy membuka pintu mobil lelaki itu. 

"Ah iya," Wendy teringat sesuatu. Dia melepas jas Chanyeol yang sedari tadi memeluk tubuh mungilnya. "Terimakasih juga untuk jasnya."

Chanyeol mengangguk pelan. Wendy bisa saja membawanya pulang atau bahkan Chanyeol bisa saja menolak jika Wendy mengembalikan jasnya sekarang agar mereka ada alasan untuk bertemu lagi. 

Namun tidak.

Sampai berhari-hari kemudian.

💙

Chanyeol baru saja mengeringkan rambutnya dan langsung tertuju pada ponselnya yang sedang di charge diatas nakas.

Melihat kontak terbaru yang baru saja dia simpan.

'🕊'

Lelaki itu menyimpan nomor ponselnya dengan lambang itu. Entah kenapa, dia suka sekali dengan emoji tersebut dan langsung teringat bagaimana Wendy.

Di matanya, Wendy adalah gadis yang kuat serta rapuh dalam waktu yang sama, putih bersih dan bersinar seperti burung merpati. Chanyeol tidak merasa dia sedang dimanfaatkan oleh perempuan karena posisnya sekarang adalah direktur yang bergelimang harta, dan Wendy terlihat bukan orang yang seperti itu. Wendy berbeda. Sangat menyenangkan jika berbicara padanya.

Bagaimana bisa dia memikirkan Wendy seperti ini. Sepertinya Wendy sedikit demi sedikit sudah menggeser pemilik hatinya yang sebelumnya.

Chanyeol ragu untuk menekan tombol telepon di kontak itu. Telepon, tidak? Telepon, tidak?

Akhirnya dia menekan tombol lockscreen dan membiarkan ponselnya tergeletak di nakas.

Jika aku menelepon, aku harus bicara apa?

Chanyeol mengutuk jasnya yang membuatnya kehilangan alasan untuk menghubungi gadis itu.

💙

Wendy berbohong jika dia bilang tidak menunggu Chanyeol meneleponnya! Lelaki itu kemarin berkata akan meneleponnya, namun sudah 144 jam tidak ada panggilan dari nomor asing manapun. Padahal kemarin dia melihat Chanyeol di kafetaria kantor sedang berbicara dengan koleganya.

Ini membuat Wendy berspekulasi bahwa Chanyeol sama saja dengan empat pria yang ditemuinya saat kencan buta setahun terakhir.

Apa aku tidak semenarik itu?

Ah, pasti dia sibuk. Dia kan direktur.

Hal-hal semacam itu menggerayangi pikiran Wendy akhir-akhir ini. Entah dia harus bagaimana lagi.

Ini sudah hari keenam setelah mereka berdua makan ramen di depan minimarket. Hampir seminggu dia risau seperti ini. Maka hari ini, dia mulai yakin bahwa Chanyeol sama saja dengan laki-laki lain.

Cuaca diluar sangat ekstrim sehingga Wendy menunda sebentar untuk berangkat ke kantor. Tak berselang lama, ponselnya bergetar, panggilan masuk. Dari teman sekantornya.

"Ya Seulgi. Ada apa?"

"Apa di daerahmu sedang hujan deras?"

"Sangat. Aku sampai menunda untuk berangkat ke kantor."

✔ SIAL ∆ wenyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang