04 : "aku akan meneleponmu."

4.4K 666 48
                                    

"Wendy!" Panggil Chanyeol setelah mereka berpisah beberapa langkah dari pintu kantor. 

"Ya?" 

"Mau makan malam? Aku ingin membayar hutangku segera." Ajak Chanyeol.

Wendy mengerjapkan matanya. Dia bingung ingin mengucapkan apa. Apakah ini yang dinamakan efek jomblo selama setahun? Haruskah dia menerima ajakan lelaki di hadapannya ini atau menolaknya?

"Kenapa diam saja?" Chanyeol mengibaskan tangannya didepan wajah Wendy.

"Eo?"

"Haha, ayo." Tanpa Wendy mengucap iya pun, sekarang tangan kirinya sudah ditarik oleh Chanyeol. 

Wendy mengira Chanyeol akan mengajaknya naik mobil dan makan di restoran atau cafe semi mewah. Tapi Chanyeol hanya menarik tangannya, sampai di penyebrangan dia melepas tangan Wendy. 

"Ini masih belum terlalu larut untukmu, kan?" tanya Chanyeol sambil terus berjalan menyusuri trotoar yang lebar.

"Ya, ini belum waktunya pulang ke rumah." Jawab Wendy.

"Jadi kau tidak langsung pulang ke rumah selepas dari kantor?"

"Tidak. Aku sering mampir ke toko roti atau hanya jalan-jalan, aku suka angin malam." Wendy mendongakkan kepalanya, pohon diatasnya sudah menguning dan daunnya beguguran. Chanyeol yang menyadari Wendy berhenti pun ikut menghentikan langkahnya.

"Jika kau mengamati pohon seperti itu kau benar-benar terlihat seperti perawan tua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika kau mengamati pohon seperti itu kau benar-benar terlihat seperti perawan tua." Ujar Chanyeol yang membuat Wendy mengalihkan pandangannya pada lelaki itu.

"Kau seperti tahu saja tentangku. Kau tidak tahu apa-apa, Pak Direktur. Dan aku tidak setua yang kau pikirkan." Wendy melangkah lagi dan mendahului Chanyeol.

"Jadi benar kau tidak punya semacam kekasih rupanya." 

Wendy menoleh ke Chanyeol yang sudah ada disebelahnya, lalu tersenyum masam. 

"Hei kau mau kemana?" Chanyeol setengah berteriak, "kita makan disini." Lelaki itu menunjuk kedai street food disebelahnya. 

Wendy mengernyitkan dahinya, makan disitu? Kukira dia akan mengajakku ke kafe.

"Imo! Lama tidak berjumpa, ya." Sapa Chanyeol pada bibi yang menjual makanan itu dengan deretan giginya yang rapi.

"Eo, Chanyeol-a! Kau akhirnya mengajak gadis kesini."

"Halo, Imo." Wendy mengangguk pada bibi itu. 

"Cantik sekali," puji bibi itu. "Hei, kau anak nakal! Kau pintar sekali mencari gadis," ujar bibi itu sambil tertawa, Chanyeol juga tertawa sambil mengunyah odeng.

"Ngomong-ngomong, kalian berdua cocok. Nikmati makanannya ya, aku akan melayani yang lain."

Chanyeol masih terkikik, sedangkan Wendy yang tidak tahu harus merespon apa langsung menyomot odeng dihadapannya. Semoga Chanyeol tidak tahu jika pipinya bersemu sekarang.

"Kau kedinginan, ya? Pipimu merah." Tanya Chanyeol.

Sial, batin Wendy.

"Eo? Hmm.. ya." Jawab Wendy seadanya. Dia bersyukur tidak membawa mantel hari ini, jadi ada alasan untuk berkata 'ya'. 

Chanyeol tersenyum kecil, "pakai ini." Chanyeol melepas jasnya dan memakaikannya di pundak Wendy. "Musim gugur seperti ini seharusnya membawa mantel."

"Tadi aku lupa, hehe."  Wendy menoleh dari Chanyeol dan tersenyum masam. Hatinya? Jangan tanya, mungkin ini yang dinamakan efek jomblo selama setahun.

💙

"Apa kau masih lapar?" Tanya Chanyeol di jalan selepas dari kedai milik bibi. 

"Ya, sedikit. Aku tidak biasa makan sambil berdiri, jadi.. ya.. tidak begitu nyaman untuk makan banyak disana," jawab Wendy dengan polosnya.

"Kalau begitu ayo," Chanyeol menarik tangannya lagi ke minimarket dekat dengan posisi mereka. 

"Duduk disini, aku akan menyeduhkan ramen untukmu." Chanyeol mempersilahkan Wendy duduk di kursi yang disediakan di depan minimarket.

Wendy memerhatikan Chanyeol yang masuk ke minimarket. Wendy masih berpikir, bagaimana seorang direktur menyukai untuk makan di pinggir jalan seperti ini.

"Ternyata lowkey person sekali, ya. Padahal kau ini seorang direktur." Ujar Wendy ketika Chanyeol menghampirinya dengan dua cup ramen panas ditangannya.

"Hanya seorang direktur, apa yang bisa dibanggakan?" Jawab Chanyeol, "ini untukmu."

Wendy menerima ramen itu dan mengaduknya.

"Kau tahu? Banyak orang yang mengimpikan untuk makan enak di pinggir jalan seperti tadi." Kata Chanyeol. Dia meniup-niup ramennya.

"Ohya? Bagaimana kau tahu?"

"Aku berteman dengan banyak orang seperti itu."

"Contohnya?"

"Para artis dan calon-calon artis."

Wendy hampir tersedak mendengar jawaban Chanyeol, "aku sekali tidak percaya kepadamu, tapi kau memang bekerja sebagai direktur. Dan sekarang kau bilang berteman dengan artis? Apakah aku harus percaya?"

Chanyeol tersenyum kecut, "memangnya wajahku ini seperti wajah pembohong ya?"

"Tidak juga. Hanya saja, wajahmu itu jenaka."

Chanyeol tertawa dan hampir tersedak, "uhuk, aku beli minum dulu."

"Pernyataanmu tidak masuk akal, bedakan wajah pembohong dan jenaka," ucap Chanyeol tak lama kemudian.

Wendy hanya mengekspresikan apa yang perlu di ekspresikan (?)

"Ngomong-ngomong, kau tidak usah meledekku perawan tua lagi. Kita lihat siapa disini yang mabuk dan berdelusi tentang perempuan lain. Bukankah itu lebih memalukan?" Sindir Wendy.

"Yak!" Chanyol melempar plastik kepada Wendy yang terbang terlebih dahulu sebelum mengenai perempuan itu.

"Kau juga perjaka lapuk, Pak Direktur! Hahahaha." Wendy tertawa sendirian.

Angin malam membawa mereka ke dalam obrolan hangat yang tanpa disadari telah memakan waktu. Seakan lupa, Chanyeol dan Wendy sampai enggan untuk beranjak dari tempat duduk masing-masing.

"Wen, kau sebaiknya tidak memanggilku 'Pak Direktur' disaat santai seperti ini. Panggil saja Chanyeol."

"Eo? Bukankah itu tidak sopan, ya?"

"Panggil saja seperti itu, tidak usah membantah!"

"Baiklah, Chan. Yeol." Akhirnya Wendy mengucap nama Chanyeol dengan sedikit terbata.

"Nah, seperti itu. Sekarang, kemarikan ponselmu!" Perintah Chanyeol.

"Untuk apa?"

"Sudah, kemarikan saja."

Wendy menyerahkan ponselnya pada Chanyeol dan lelaki itu terlihat mengetik sesuatu disana. Tiba-tiba, terdengar nada dering dari ponsel Chanyeol.

"Terimakasih," Chanyeol mengembalikan ponsel itu kepada yang punya.

Wendy hanya mengambil ponsel itu tanpa berkata-kata lagi.

"Aku akan meneleponmu."

"Hah? Untuk urusan apa?" Wendy mengernyitkan dahinya.

"Kita kan, sama-sama manusia yang kesepian." ujar Chanyeol, "ayo, kuantar kau pulang."

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Apakah ini yang dinamakan modus seorang lelaki?
- Wendy, 23 tahun.

✔ SIAL ∆ wenyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang