01 : unfortunately meet you

5.4K 707 48
                                    

Hari pertama Chanyeol bekerja di kantor papanya sendiri tidak begitu buruk. Namun tetap saja baginya ini adalah neraka. Papanya tadi terang-terangan mengatakan bahwa dia adalah anaknya. 

Tahu apa yang terjadi setelah itu? Banyak gadis yang sedevisi dengan Chanyeol langsung mendekatinyaㅡmengajak makan siang, basa-basi bertanya kerjaan kantor dan lain sebagainya.

Chanyeol cukup tahu bahwa dirinya tampan. Lebih dari tampan malah. Tapi gadis jaman sekarang, kalau hanya modal tampan siapa yang mau? Selain tampan, tentu isi dompet harus tebal, tunggangan harus mewah dan rumah yang megah. Ketiganya sudah didapatkan Chanyeol, sekali lagi bukan karena Papanya pemilik Park's and Co., tapi karena kerja kerasnya sendiri.

Chanyeol mencoba menelepon Oh Sehun untuk mengajaknya minum malam ini. Sungguh, bekerja disini membuatnya tidak bebas dan frustasi. Siapa tahu minum soju bisa membuatnya sedikit lebih tenang.

"Oh, hyung? Ada apa?" suara dari seberang setelah nada dering kelima.

"Sehun-a, ayo minum."

"Kau sedang stress ya, hyung?"

"Begitulah."

"Kau ajak saja Baekhyun-hyung, aku mau mengajak pacarku berkencan,"

"YA! Kau sungguh mengencani gadis SMA itu? Dasar Oh Sehun pedofil!"

"Haha, aku tidak peduli. Kututup ya hyung. Dah!"

Chanyeol mengacak rambutnya frustasi. Teman minum terbaiknya malah menyuruhnya mengajak Baekhyun saja. Chanyeol tentu saja tidak mau. Jika Baekhyun sudah mabuk pasti dia akan merecoki pengunjung lainnya dan berteriak-teriak tidak jelas lalu akan tidur sembarangan di pinggir jalan.

Membayangkannya saja sudah membuat Chanyeol bergidik ngeri. 

🌐

Sepulang kantor, gadis bernama Son Wendy langsung kembali ke rumah sewanya. Ia merebahkan dirinya di sofa sambil scrolling Naver membaca berita-berita terhangat. Bahkan ia juga membaca komentar netizen yang kadang tidak dipikir dahulu, pedas, kata Wendy. 

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam ketika perutnya berteriak minta diisi. Dia baru ingat kalau ini akhir bulan dan dia tidak punya persediaan makanan apapun di kulkas. Wendy mendengus. Sial sekali hidupnya setahun ini.

Setelah dicampakkan oleh Mark, dia kira akan menemukan keajaiban seperti di drama yang dia tonton, si pemeran wanita akan menemukan lelaki tulus setelah ia dicampakkan oleh lelaki brengsek lalu bahagia selama-lamanya. Tapi tidak bagi Wendy. Bahkan ia sudah ikut kencan buta empat kali dalam setahun terakhir. Tidak ada satupun lelaki yang menghubunginya lagi sepulang dari kencan buta itu.

Yah, mungkin memang tidak ada lelaki yang ditakdirkan untukku. Kata Wendy dalam hati setiap melihat sepasang kekasih berkencan. Lebih mirisnya lagi, Kim Yeriㅡputri yang menyewakan rumah atasnya untuk Wendy sudah punya pacar padahal dia masih SMA dan Yeri selalu mengejek Wendy jika mereka berpapasan di depan rumah.

"Eonni, kau tidak pernah membawa lelaki pulang ke rumah? Dasar perawan tua!" Kata Yeri yang membuat Wendy frustasi.

Wendy mengganti pakaiannya dengan sweater dan keluar untuk membeli makanan di minimarket. 

Angin malam musim gugur berhembus lembut membelai pipi mulus Wendy. Wendy memutuskan untuk menyeduh ramen instan di minimarket saja sambil melihat-lihat orang berseliweran daripada harus makan sendirian di rumah. 

Semangkuk ramen tidak membuatnya cukup kenyang sehingga sambil jalan dia makan nasi segitiga. Sekresek makanan juga bergelantung di tangan kirinya. 

Wendy suka musim gugur. Walaupun dingin, dia suka memperhatikan daun-daun yang menguning lalu berjatuhan di jalanan. Melejang selama setahun tak buruk juga, Wendy jadi lebih perhatian terhadap orang-orang dan lingkungan sekitarnya.

Wendy terlalu asyik dengan dedaunan hingga tidak sadar jika ada lelaki mabuk berjalan ke arahnya. Sedetik setelah menyadarinya ia ingin lari, tapi sialnya lelaki itu malah mendorong Wendy ke tembok dekat lampu jalan. Refleks Wendy menjatuhkan barang belanjaannya.

"HEI! APA YANG AKAN KAU LAKUKAN?!!" Wendy mencoba mendorong lelaki itu. Tapi usahanya sia-sia, walau mabuk tenaga lelaki tetap lebih besar dari tenaga Wendy. Dan lebih sialnya lagi, ini kawasan sepi.

"Eng..." Wajah lelaki itu mendekat ke arahnya.

"HEI! Jauhkan wajahmu! Kau bau alkohol!" Wendy masih mencoba mendorong lelaki itu.

Lelaki mabuk itu masih memperhatikan wajah Wendy.

"Kim Yejin?" lelaki mabuk itu tersenyum.

"Yejin-a.. aku merindukanmu." Wendy masih membiarkan lelaki ini meracau tidak jelas.

"Ah~ tidak mungkin Yejinku sependek ini," lelaki mabuk itu menepuk ubun-ubun Wendy membuat yang dikatakan si pendek geram.

"HEI! JAUHKAN WAJAHMU DASAR SIALAN!" Wendy mendorong lelaki itu kuat-kuat. Tapi sama saja. 

"Ah~ sejak kapan Yejin jadi pemarah. Yejin-a.. aku ingin menciummu.."

Wajah Wendy memerah dan matanya membulat sempurna. Mimpi apa Wendy semalam jika hari ini dia akan dicium lelaki mabuk. 

Demi Tuhan, Wendy ingin menhindar sekarang juga tapi mengapa badannya tidak sinkron dengan otaknya sekarang. 

Wajah lelaki itu mendekat dan Wendy bisa menscan dengan jelas bagaimana rupawannya orang yang ada di hadapannya. Hidung merah yang mancung, rambut kusut yang entah kenapa membuat lelaki ini semakin seksi di mata Wendy. Juga.. postur tinggi dan dibalik kemeja putih itu tersimpan tubuh yang berisi.

Sial, batin Wendy meronta.

Bruk.

Tidak ada lagi fantasi ciuman rasa soju. Pria itu kini ambruk di pundak Wendy. Wendy langsung memekik.

Bagaimana bisa...

"Uwoookkk.." beberapa detik selanjutnya adalah hal yang paling ingin Wendy kutuk selama-lamanya. Lelaki itu muntah di pundak Wendy dan membuat Wendy ingin muntah juga, tapi bisa ditahan.

Satu hal yang Wendy ketahui, keberadaan lelaki didekatnya cukup akan membuat dia sengsara.

✔ SIAL ∆ wenyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang