Happy Reading
Seperti apa yang telah dipikirkan oleh Kakashi, ternyata sekumpulan orang sosiopath yang telah menculik dirinya dan Sakura sama sekali tidak bisa diajak bernegoisasi secara baik-baik. Namun Kakashi tidak menyerah sampai di situ. Meskipun ia akan mati malam ini, ia bersumpah pada dirinya sendiri untuk menyingkirkan Sakura yang tidak bersalah dari kejinya malam purge kota Los Angeles.
"Jadi, kau menantangku satu lawan satu?" tanya Sasuke berdiri sejajar di hadapan Kakashi.
"Seperti perjanjiannya. Jika aku mampu mengalahkanmu, lepaskan Sakura!" Meskipun terdengar tegas, tetapi ia tidak menutupi rasa takutnya. Jantungnya berdebar-debar. "Dan jika aku kalah—"
"Maka aku yang akan memutuskan untuk membunuh siapa di malam pembersihan ini," sahut Sasuke memotong perkataan Kakashi.
Sakura duduk agak jauh dari Sasuke dan Kakashi, dijaga oleh seorang pria berambut kuning dengan topeng. Sakura yakin pria itu bernama Naruto karena Sasuke sempat memanggilnya dengan nama itu ketika ia bersembunyi di ruang bawah tanah di rumah pamannya.
"Sasuke pasti tidak akan segan-segan," ujar Naruto sambil mencengkram pergelangan tangan Sakura agar gadis itu tidak melarikan diri.
"Apa maksudmu dengan itu?" tanya Sakura.
"Sudah sangat lama ketika Sasuke benar-benar berniat membunuh seseorang."
"Tapi, kenapa harus Paman Kakashi?"
Naruto yang tadi memandang ke depan dimana Sasuke dan Kakashi berdiri di kelilingi lingkaran gangster mereka, kali ini beralih memandang Sakura yang balas memberi sorot bengis agar membuktikan bahwa dirinya bukanlah gadis lemah.
"Kau tahu kenapa? Karena Kakashi memang harus mati," jawab Naruto. "Malam purge tahun ini memang telah dinanti oleh Sasuke sejak lama untuk membunuh kepala kepolisian LA. Demi sebuah rencana."
"Rencana?" tanya Sakura lebih ingin tahu. "Rencana balas dendam, maksudmu?"
"Apa?" Naruto tercenung sejenak, kemudian kembali terlihat biasa. "Oh, tentu. Ya, balas dendam."
Kening Sakura semakin berkerut dalam. Bisa-bisanya, ia akan terjebak di malam gila seperti purge. Mimpi buruk apa ia semalam? Sialnya lagi, Sakura tidak rela jika harus kehilangan sosok paman yang sejak dulu selalu ia kagumi. Sungguh tak rela. Tanpa sadar, air matanya mengalir. Membuktikan bahwa Sakura memanglah gadis lemah yang berusaha terlihat kuat.
"Paman, jangan mati."
"Nyatanya kau akan mati sebentar lagi, Kakashi." Sasuke yang sudah bersiap dengan dua mata pisau yang terselip di kedua kepalan tangannya, melesat maju ke arah Kakashi guna memberi serangan pembuka.
Adu bela diri mereka terlihat sangat baik satu sama lain. Tidak ada yang lemah. Pukulan dan tendangan yang diberikan secara beruntun, terdengar menyakitkan di telinga Sakura. Belum lagi sorak-sorai rekan-rekan keji Sasuke semakin menambah kesan mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon In The Purge
FanfictionSakura tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan terjebak di malam 'purge' yang penuh darah. Niatnya pergi ke Amerika adalah untuk berlibur menjenguk pamannya, Kakashi. Namun, ia pergi di waktu yang tidak tepat. Yakni, ketika malam 'purge' dilaksana...