13. In The Past [Part II : Sweet Brother]

6.8K 546 83
                                    

Author's Note : Semua FanArt yang ada di Fanfiksi ini bukan milik saya.

HAPPY READING

"Kenapa kau bisa cantik?"

Semua orang tertawa mendengar ucapan Sasuke setelah melihat Sakura yang dibalut dress selutut berwarna merah maroon. Baru tiba di rumah Uchiha saja, keluarga Haruno sudah disambut begitu ramah oleh Fugaku dan Mikoto.

Pada dasarnya, Sasuke itu adalah anak yang pemalu. Tidak sampai Sakura membuatnya penasaran dan akhirnya mau berbicara langsung padanya.

Sasuke menekan-nekan pipi Sakura dengan telunjuknya. "Sasuke juga mau cantik supaya bisa di sayang Ayah dan Ibu."

"Mana bisa," sangkal Sakura seraya merosot mundur dari duduknya, "kau itu anak laki-laki. Mana bisa jadi cantik."

"Hei, hei! Sasuke! Jangan ganggu Sakura, ayo ke sini dekat Ayah."

"Biar saja, Fugaku. Namanya juga anak-anak," kata Kizashi ramah.

Saat ini Sasuke, Itachi dan Sakura duduk bersama di ruang tamu dengan para ayah mereka. Sementara para ibu menyiapkan makanan di dapur.  Sejak kedatangan keluarga Haruno di rumahnya, Sasuke selalu memerhatikan Sakura. Ada yang menarik di matanya terdapat pada diri gadis kecil itu.

"Rambut gula-gula, ya, Kak?" tanya Sasuke agak berbisik pada Itachi.

Kakaknya tercenung, menarik kedua sudut bibirnya ke atas dan langsung melirik ke mana arah pandang Sasuke saat ini. Ia tahu apa yang dimaksud oleh adiknya.

Itachi berbisik di telinga Sasuke. "Tapi cantik, 'kan?"

Sasuke mengangguk.

"Makanya, kau jangan nakal. Nanti Sakura-nya tidak suka padamu," sambung Itachi, membuat Sasuke sedikit terkejut.

"Sasuke tidak suka gulali, terlalu manis. Sakura juga terlalu manis."

"Kau ini." Itachi mencubit hidung adiknya, gemas. "Memangnya Sakura itu gulali?"

"Hm, Kakak? Lihat saja rambutnya," tunjuk Sasuke dengan dagu, "warnanya pink, seperti gulali. Sasuke tidak suka. Kecuali dia mau main monster-monsteran. Sasuke jadi hero-nya, dia jadi monster. Terus Sasuke kejar dia, Sasuke tusuk-tusuk. Ah, tidak. Dia kan cewek, paling Sasuke cium saja."

"Heh!" sela Itachi gusar. Bisa celaka jika ayahnya dan ayah Sakura mendengar ucapan adiknya. "Jangan bicara sembarangan seperti itu."

"Kan cuma ide, Kak."

Ketika Sasuke memasang wajah cemberutnya, para ayah sedang berbincang-bincang. Membicarakan hal-hal lumrah yang biasa dibahas oleh para orang dewasa. Seperti pekerjaan, berita terhangat, rencana masa depan dan sebagainya.

"Sebenarnya akhir bulan ini, kami akan kembali ke Jepang." Kizashi bicara setelah menyesap kopi hitamnya yang hangat. Dan ternyata berhasil membuat Fugaku agak terkejut karena ucapan Kizashi tersebut.

"Secepat itu?" tanya Fugaku.

Kizashi menambahkan, "Yah, mau bagaimana lagi? Aku dan usahaku di sini sepertinya bukan suatu keburuntungan yang baik. Justru usaha resto di Jepang tampaknya lebih menguntungkan. Aku akan kembali pada pekerjaan lamaku di sana."

"Memangnya di LA peminat masakan Jepang tidak begitu banyak, ya?"

"Yah, kau tahu sendiri. Sepertinya masakan Jepang masih kalah di pasaran kuliner Amerika. Jadi mau bagaimana lagi? Dan kau sendiri, bagaimana? Kudengar kau mengincar kedudukan kepala kepolisian LA, benar?"

Moon In The PurgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang