A/N : Jadi, ceritanya ini chapter ending. Saya dapat inspirasi suasana rumah sakit jiwa ala psycho dari music vidio Avenged Sevenfold di atas, silahkan diputar buat memperluas imajinasi kalian tentang RSJ ini dan kegilaan di sana, huhu.
Saya ingatkan! Ending ini mungkin ga bakal sama dengan yang kalian harapkan, mengingat komentar kalian di chapter2 sebelumnya. Ada yang request sad end, ada yang happy end. Padahal dari awal saya udah buat ending nanti bakalan gantung. Bikin kalian berimajinasi sendiri. Mau gimana SasuSaku selanjutnya 😂 (author pemalas) 😂🔫🔪
Tapi saya sangat berterima kasih kalian masih mau ngikutin cerita 'gila' ini :") Tanpa kalian, saya ga akan semangat nulis. :")
Dan juga, buat readers yang bisa menebak ending ini (jawaban paling pas menurut saya) bakal saya posting di bab selanjutnya. Dan tetap dapat hadiah pulsa 5k sesuai janji saya tahun lalu :v (lama, ya? / ditikam readers) 😂
Mau saya sih, bikin sequelnya Moon In The Purge. Yang ceritanya fokus ke romance, daripada thriller. Doain saya supaya dapet insprirasi, ya wkwk 😂
Cus, aja bacanya! Maklum, saya emamg suka lebay kalo udah di part ending hihihi 😘
Kuy!
.
.
.
.
.HAPPY READING
Ending Chapter 25 : See Ya!
***
Lorong panjang dengan dinding putih menjulang ke depan. Di langit-langitnya yang tinggi terdapat deretan beberapa bohlam lampu dengan jarak satu meter terpasang lurus, tidak menyala di saat siang hari. Derap kaki pun terdengar menggema tiap kali melangkah. Sekitar tiga pasang kaki yang sedang berjalan menyusuri lorong itu.
Seorang pemuda dengan raut kosong dibimbing oleh dua pria dan satu wanita berpakaian serba putih. Tubuh sang pemuda dibungkus oleh pakaian khusus, biasa disebut dengan strict jacket. Seperti sebuah pakaian yang berfungsi untuk mengikat tangan kita, sehingga kita tidak akan bisa menggerakkan tangan dengan bebas. Yang memakainya pun pasien khusus pula. Yaitu, para pasien yang memiliki potensi atau merusak atau melukai pasien lainnya.
Tertunduk kepala yang terbiasa angkuh itu. Kilatan mata hitamnya yang selalu terlihat menakutkan kini hanyalah sebuah kekosongan. Uchiha Sasuke tersenyum miris memandang setiap langkah kakinya menuju rumah lama.
"Ke sini lagi, ya?" ia mengoceh sendiri. Tidak peduli bagaimana tanggapan ke tiga orang perawat yang sedang membawanya.
Lorong itu akhirnya membawa Sasuke untuk berbelok ke kanan. Di sana ia tidak lagi menemui dinding-dinding putih yang kosong, tapi masih memiliki lorong yang panjang. Sasuke tidak lagi menunduk, ia mengamati. Matanya dengan jeli menangkap kondisi di sekitarnya. Berserta suara-suara beraneka ragam membawanya pada kenangan lama.
Ketika dirinya masih berstatus sebagai pasien Rumah Sakit Jiwa.
"Ayo jalan!" pinta seorang perawat pria, sedikit memberi dorongan di punggung Sasuke karena langkahnya sempat terhenti.
Sasuke menurut. Selama berjalan, ia memperhatikan sisi kiri dan kanan dari posisinya. Pertama, ia mendapati kamar-kamar yang sebenarnya lebih terlihat seperti sel tahanan atau kandang, biasa orang menyebutnya. Setiap kamar dibatasi oleh pintu sel terbuat dari stainless. Sehingga orang lain bisa melihat apa yang sedang dilakukan pasien gangguan mental itu dari luar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon In The Purge
Fiksi PenggemarSakura tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan terjebak di malam 'purge' yang penuh darah. Niatnya pergi ke Amerika adalah untuk berlibur menjenguk pamannya, Kakashi. Namun, ia pergi di waktu yang tidak tepat. Yakni, ketika malam 'purge' dilaksana...