🎵 Tetanium feat. Sia 🎵
.
.
.HAPPY READING
"Sasuke, kau tahu apa yang kuinginkan di dunia ini?"
"Apa, Kak?"
"Menjadi seorang polisi yang dihormati, ya... kepala kepolisian juga boleh!"
"Kalau begitu, jadilah!" Sasuke duduk di samping tempat tidur rumah sakit. Di atasnya berbaring tubuh Itachi yang kian melemah setiap harinya.
Itachi tersenyum kecil mendapati adik laki-lakinya tersenyum lembut kepadanya. Sasuke adalah satu-satunya yang tidak menyerah untuk kesembuhan Itachi. Di saat keluarganya yang lain mulai putus asa.
Penyakit yang diderita Itachi semakin parah. Tidak banyak sisa hidup yang dimiliki sulung Uchiha itu seperti apa yang dikatakan dokter.
Kematiannya semakin dekat.
"Sasuke...," tangan Itachi yang disertai selang infus bergerak-gerak agar adiknya mendekat.
"Ada apa, Kak?"
"Dengarkan aku... mungkin aku tak akan bisa meraih mimpiku untuk menjadi seorang polisi di masa depan. Sepertinya aku tak mampu."
"Apa maksudmu?" Kening Sasuke berkerut. Sama sekali tidak paham mengapa Itachi menyerah pada impiannya seperti itu.
"Maksudku, jika aku tidak bisa menjadi polisi, mungkin jika itu kau?"
"Sungguh aku tidak mengerti! Kau bicara apa?"
Itachi terbatuk-batuk. "Kau tahu? Aku ingin menjadi polisi awalnya adalah karena Ayah. Namun, seiring berjalannya waktu... kupikir aku akan menjadi lebih kuat sebagai seorang polisi agar selalu bisa melindungimu. Bahkan, dari Ayah sekalipun."
"Kakak?"
Itachi meraih bahu Sasuke, meremasnya. "Setidaknya jika aku tidak bisa menjadi kepala kepolisian di masa depan, kuharap, Ayah bisa mewujudkan mimpinya. Dan kau juga akan bekerja bersamanya."
"Maksudmu, kau ingin aku jadi polisi juga?"
"Ya, Sasuke. Dengan begitu, kau akan diakui oleh Ayah dan Ibu. Kau harus membuat prestasi dan membuktikannya pada semua orang kalau tanggapan mereka padamu selama ini, salah!"
Wajah Sasuke berubah murung setelah mendengar perkataan Itachi. Ia sangat ingat bagaimana dirinya begitu tertutup pada dunia sosial. Dan orang-orang mulai menjauhinya, kecuali Naruto. Sebab, ia berbeda. Sasuke menakutkan dengan sorot ngerinya seperti siap menerkam siapa saja yang ingin ia hancurkan.
"Tapi, Kak!" Sasuke tersenyum miris. "Kata mereka, aku ini gila."
"Kau tidak gila!" Itachi berkata tegas meskipun begitu lemah. "Tanam kalimat itu dalam kepalamu, Sasuke. Kau itu tidak gila seperti apa yang mereka katakan. Percayalah!"
"Kalau kau berkata seperti itu, aku percaya."
"Ya. Kau bukanlah orang gila, Sasuke. Kau adalah adikku yang pintar. Dan kau harus bisa membuktikan itu." Itachi ingat bagaimana orang-orang mencibir adiknya ketika masih kecil karena Sasuke tidak bersekolah. Bagaimana Sasuke ingin memukul siapa saja yang menatapnya dengan sinis. Tingkah kasarnya dan hobi membunuh hewan-hewan dengan cara yang mengerikan. Akan tetapi, Itachi tidak sedikit pun membenci adiknya. Ia tetap mencintai Sasuke dari kecil hingga sekarang.
"Kau harus membaur bersama masyarakat dan menjadi manusia yang lebih baik, Sasuke. Maka, tak akan ada lagi yang bisa meremehkan dan menghujatmu," sambung Itachi bersama air matanya yang mulai jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon In The Purge
Fiksi PenggemarSakura tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan terjebak di malam 'purge' yang penuh darah. Niatnya pergi ke Amerika adalah untuk berlibur menjenguk pamannya, Kakashi. Namun, ia pergi di waktu yang tidak tepat. Yakni, ketika malam 'purge' dilaksana...