Chapter 9 : Highlight

140 29 1
                                    

Sujeong tidak tahu pasti kenapa Kei alias Kim Jiyeon, gadis kecil dengan emosi yang meledak-ledak itu tiba-tiba menjadi gadis pendiam dan suka melamun.

Yang dia tahu, Jiyeon sangat sedih karena pohon cherry favoritnya tumbang bersama rumah pohonnya dengan teman Amerikanya. Tapi dia tidak tahu kalau Jiyeon jadi berubah seratus delapan puluh derajat setelahnya.

Jiyeon yang dulunya sering marah karena hal sepele sekarang jadi pendiam. Yang dulunya suka menulis cerita tidak jelas di bukunya sekarang lebih suka melihat keluar jendela--melamun. Bahkan gadis itu jadi menurut pada Sujeong. Sampai-sampai Jiyeon pernah memberikan lembar jawaban ulangan hariannya untuk disalin Sujeong. Untung saja pengawas ujian saat itu tidak galak.

Hari itu adalah hari tenang setelah ujian kenaikan kelas. Semua siswa bebas melakukan apapun--yang wajar tentu saja--asalkan tetap di sekolah. Sujeong yang tidak tahu harus bermain dengan siapa lagi selain Jiyeon, menghampiri gadis kecil yang dia klaim sebagai sahabatnya itu di perpustakaan.

Jika kalian pikir Jiyeon membaca atau semacamnya, kalian salah.

Gadis itu sedang menelungkupkan kepalanya ke meja baca dengan tidak semangatnya. Dia tidak tidur tapi menatap kosong kaktus mungil dalam pot putih yang ada di meja penjaga perpustakaan.

Sujeong yang melihatnya menghela napas. Sahabatnya itu benar-benar jadi membosankan. Dia jadi merindukan Jiyeon yang berlidah pedas dan seenaknya.

"Mwoanya?" tanya Sujeong setelah duduk dan menelungkupkan kepalanya di samping Jiyeon. (Sedang apa?)

"Eobseo" jawab Jiyeon singkat lalu memejamkan matanya. (Tidak ada)

"Neo wae geurae?" tanya Sujeong setelah hening beberapa lama. (Kau kenapa?)

"Joshua bogoshipda" guman Jiyeon pelan tapi masih bisa didengar Sujeong. (Aku merindukan Joshua)

"Arasseo. Tapi kau tidak boleh seperti ini terus. Harusnya kau belajar yang rajin supaya saat kau bertemu dengannya kau tidak jadi orang bodoh" tutur Sujeong

"Apa maksudmu?" sewot Jiyeon

Sujeong tersenyum kecil. "Kau tahu? Rata-rata orang barat itu suka menyepelekkan orang Asia seperti kita. Mereka bilang orang Asia itu bodoh. Karena itu, kau harus pintar. Kau tidak boleh dicap bodoh oleh anak itu"

Jiyeon mengangkat kepalanya, otomatis Sujeong juga ikutan. Jiyeon menatap kesal Sujeong. "Joshie tidak seperti itu tahu?! Dia itu sangat baik dan keren. Dia juga tidak pernah mengatakan hal negatif padaku!" semprot Jiyeon

Sujeong hanya terkekeh melihat reaksi berlebihan Jiyeon.

"Lagipula tahu darimana kau tentang orang Barat? Kau ke Amerika saja tidak pernah" tambah Jiyeon

"Aku menontonnya di film" jawab Sujeong

Jiyeon mencibir pelan.

"Sudahlah, lupakan. Liburan nanti, ayo ke Hongdae. Disana akan ada festival musik. Kita ajak Woobin Oppa sekalian" ajak Sujeong

"Sirheo!" tolak Jiyeon mentah-mentah

"Waeeeee???" rengek Sujeong. (kenapa?)

"Kami akan ke Daegu. Temannya Ayah ada yang menikah"

"Lalu aku bagaimana? Aku kan ingin main denganmu" rengek Sujeong lagi.

Jiyeon menghela napas. Sebenarnya dia juga ingin main dengan Sujeong. Dia bisa saja main dengan Woobin, kakak tertampannya itu. Tapi yang ada Woobin mencuekkannya dan memilih pacaran dengan pacarnya lewat telepon.

[0.5] My Fate : Peter PanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang