Chapter 15 : Who

103 20 4
                                    

Joshua merapatkan jaketnya. Meskipun saat ini sudah musim semi, entah kenapa hari ini terasa seperti musim dingin baginya. Mungkin karena musim semi datang terlambat tahun ini. Atau mungkin karena dia belum berani Tinkerbell lalu hatinya membeku.

Mungkin saja

Kabar baiknya, seminggu lagi dia akan benar-benar pindah sekolah dan hari ini dia akan membeli seragam sekolah baru bersama Ayah dan kakaknya. Dia benar-benar sangat bahagia hari ini. Bahkan saat Jonghyun--kakaknya mengajaknya bicara dia suruh diam. Dia tidak ingin ditanya aneh-aneh tentang Kei nantinya. Dia hanya menurunkan kaca mobil dan melihat jalanan kota Seoul dan mengabaikan dinginnya hari itu. Lalu pikirannya melayang.

Kembali sekolah di Korea

Sekolah yang sama dengan gadis itu

Satu kelas dengan gadis itu

Memperkenalkan diri

Dan bertemu dengan gadis itu.

Ugh, membayangkannya saja membuat Joshua berdebar.

Tak sampai setengah jam, mobil mereka berhenti di sebuah toko. Joshua menaikan kaca mobilnya lagi. Tapi penglihatannya menangkap objek yang tak asing.


Objek yang membuatnya galau semalaman


Tinkerbellnya bersama laki-laki lain


Laki-laki yang sama saat dia melihat Jiyeon di depan sekolah


"Joshua ppalliwa!"

Teriakan Jonghyun menyadarkan Joshua. Laki-laki itu segera turun dari mobil dan membuntuti Ayah dan kakaknya yang masuk ke toko.

Dia terus saja menekuk wajahnya. Bahkan saat Ayahnya menggodanya untuk memotong uang jajannya karena harga seragamnya sangat mahal, dia hanya berkata; "Terserah Ayah saja".

Pikiran Joshua masih tertuju pada Jiyeon dan laki-laki tadi. Dia ingin menghampiri mereka. Tapi dia takut. Takut karena Jiyeon tidak mengenalinya mungkin.

Alasan yang tidak masuk akal sebenarnya, mengingat betapa Jiyeon menyukainya dan menangisinya saat pindah dulu.

Dia menghela napas, lalu kembali membuntuti Ayah dan kakaknya yang sedang memilih dasi. Lama-lama dia jengah. Lalu memutuskan untuk pergi setelah memberitahu kakaknya.

"Aku keluar dulu"

"Jangan lama-lama"

Joshua pergi dengan langkah lebar. Dia benar-benar ingin menemui Jiyeon. Dia sangat merindukan gadis itu.

Tapi dia tak menemukan gadis itu dimanapun.

Tapi dia tahu, mobil yang biasa Jiyeon tumpangi masih terparkir di depan kedai ice cream. Itu artinya Jiyeon tidak jauh dari sini.

Maka tujuan pertamanya adalah taman dekat kedai itu. Jiyeon sangat menyukai bunga. Dia yakin gadis itu di sana.


Joshua menghentikan langkahnya. Mendadak dia menyesal telah mencari gadis itu.



Kim Jiyeon, gadis itu sedang memakan ice cream. Tidak sendirian, tapi bersama laki-laki itu.

Bahkan laki-laki itu dengan lancangnya mencium bibir Jiyeon.


Apa mereka sedang berkencan?


Saat itu juga, Joshua merasakan nyeri di ulu hatinya. Rasanya begitu sakit sampai sebuah bulir mata mengalir di mata kirinya diikuti di mata kanannya.


"Kenapa kau melakukan semua ini padaku, Kei?"

Sungguh Joshua merasa dunia akan runtuh saat itu. Dia ingin berlari sejauh mungkin. Tapi dia masih merindukan gadis itu.

[0.5] My Fate : Peter PanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang