Chapter 4 : Peter Pan, Tinkerbell and Wendy

147 28 1
                                    

My heart rode the clouds and flew
You were prettier than Wendy or Cinderella
The one person who made my heart pound
As soon as I felt you , my eyes shone

[EXO - Peter Pan]





Itu adalah musim dingin di tahun berikutnya. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, salju kali ini turun tidak terlalu lebat meskipun dinginnya sama saja.

Tapi bagi Kei--Jiyeon, sedingin apapun musim salju, itu tidak masalah. Karena selama semuanya masih sama--baik-baik saja.

Jika dia ditanya siapa orang yang paling bahagia di dunia ini, dia pasti akan menjawab bahwa dirinyalah yang paling bahagia.

Hidup serba berkecukupan. Ayah-ibunya yang sangat menyayanginya. Kakaknya juga. Dan ditambah lagi Joshua yang selalu bersamanya.

Sungguh, tidak ada hal yang membuat Jiyeon mengeluh dan bersedih--ya kecuali tentang fakta Jiae, gadis kecil yang selalu mengganggunya dengan Joshua. Tapi itu bukan apa-apa.

Jadi, tahun ini, tepatnya bulan Februari nanti, dia dan Joshua akan lulus TK. Sebagai perayaan, Tuan Kim Seung Ho--ayahnya Jiyeon mengajak keluarga kecilnya beserta Joshua untuk berlibur ke Daegu, kampung halamannya.

"D.O-ya! Berhenti melempari Joshie dengan salju!"

"Itu salahnya kenapa mengganti-ganti namaku! Kau juga! Kenapa kau memanggil namaku dengan D.O?! Namaku Do Kyungsoo! Bukan D.O!"

Jiyeon mendengus kesal. Sepupunya bernama Do Kyungsoo--yang dia panggil D.O memang sentimental. Pantas saja temannya tidak banyak--itu yang dipikirkan Jiyeon. Ya mungkin memang salahnya dan juga Joshua yang memberi julukan pada Kyungsoo seenaknya. Tapi--ayolah, itu hanya julukan. Apa salahnya?

Lagipula mereka--Jiyeon-Joshua melakukan itu supaya lebih akrab dengan Kyungsoo. Tapi kenyataan memang selalu menghianati ekspetasi.

"Berhenti melempar atau akan ku adukan pada Ayah!" ancam Jiyeon sambil membersihkan mantel Joshua yang banyak salju menempel.

"Aku tidak takut!"

"Oh, begitu, ya? Joshie, ayo kita serang D.O Kyungsso!"

Lalu terjadilah perang salju antar mereka--bukan perang sungguhan. Mereka masih anak-anak yang tentu saja itu hanya candaan. Buktinya mereka tertawa lepas, tanpa beban.

Woobin--kakak laki-lakinya Jiyeon melihat mereka bertiga dari teras rumah sambil meminum susu cokelatnya. Dia bisa saja bergabung, tapi entahlah, malas mungkin.

Dia melihat adiknya tertawa lepas seperti tanpa beban. Tawa itu sangat menyenangkan selama dua tahun terakhir ini--tepatnya setelah kedatangan Joshua ke kehidupan Jiyeon. Bahkan Jiyeon tidak pernah seperti itu jika bersamanya.

Tapi itu tidak apa-apa. Selama adik kecilnya itu senang, dia akan melakukan apa saja. Adiknya itu pintar tapi polos, dan dia sangat menyayanginya.

"Woobinie tidak ikut main?" tanya sang Ayah yang tiba-tiba di dekatnya.

"Tidak. Woobinie tidak suka dingin" jawab Woobin kecil.

Ayah hanya tersenyum dan mengusap surai hitam Woobin.

"Ayah.."

"Ya, jagoan?"

"Aku suka melihat Jiyeon tertawa seperti itu"

"Seperti itu bagaimana?".

"Entahlah, dia seperti sangat senang sampai melupakanku dan terus bermain dengan Joshua. Semenjak ada Joshua, dia sangat bahagia, bahkan dia sering menyapa orang lain saat di jalan. Aku senang, karena dia tidak lagi takut dengan orang asing" jelas Woobin

[0.5] My Fate : Peter PanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang