"Apa kau sudah berangkat sayang?"
"......"
"Appa tunggu kau dirumah, jangan kemana-mana, langsung pulang appa sudah siapkan supir untuk menjemputmu di bandara."
"...."
"Baiklah hati hati."
Sebuah senyuman menghiasi wajah pria paruh baya yang kini puas dengan jawaban orang yang ia hubungi baru saja. Ia melihat ke arah seorang wanita yang masih tampak segar, layaknya seorang wanita berusia kepala 3. Tak hanya itu, ia juga melihat para laki-laki lajang dengan harapan yang terselip dilubuk hatinya
"Dia akan segera sampai." Ucapnya seraya melihat foto seorang gadis cantik dengan senyuman manis.
***
Pesawat Japan Asia Airways sudah take off kurang lebih sejak 3 jam yang lalu. Menembus awan-awan yang bertebaran menghiasi langit.
Jika ditanya bisakah sesuatu yang ada namun tidak bisa bicara menjadi saksi, maka cuacalah jawabannya. Karena benar saja Jihyo tampak duduk dengan tenang seraya menatap langit cerah sesungguhnya sudah sedari tadi ia mengucapkan sumpah serapah. Tapi hanya dalam hati, apa jadinya jika dia mengucapkan sumpah serapah dengan volume tinggi sementara didalam pesawat tidak hanya ada dirinya?. Bisa malu tujuh turunan.
Tangannya sedari tadi membolak-balikkan ponsel yang berada ditangan. Untung saja ponselnya adalah benda mati jika tidak, mungkin ponsel itu sudah protes dan memakinya karna pusing.
Berat bagi Jihyo meninggalkan negara sakura itu, mengingat urusannya belum tuntas. Meski ia melepaskan masa mudanya untuk pergi ke negara orang, ia tetap pergi dan dengan senang hati menjadi pemegang perusahaan yang cukup besar disana. Sebuah perusahaan yang berkecimpung didunia mebel.
Sedikit informasi tentang perusahaan ini. JH Coorporation sudah berdiri cukup lama dibawah naungan tuan Jehandra --kakek Jihyo-- yang akhirnya jatuh ketangan putri tunggalnya dan kini dikepalai oleh cucu bungsu keluarga Jehandra.
Meski bekerja dibawah tekanan yang seharusnya belum ia sandang, Jihyo tetap berusaha menjaga apa yang diberikan oleh kakak laki-lakinya dengan baik. Tentu banyak meremehkannya, tapi siapa sangka Jihyo membawa perusahaan ini tetap maju dan memiliki skala tinggi di negara Jepang.
Jihyo melihat data-data yang masuk sebelum pesawat take off. Sesekali ia menghembuskan nafas berat, lelah dengan semuanya. Tapi ia selalu ingat pesan terakhir sang abang yang membuatnya berjanji agar tidak menyerahkan perusahaan pada appanya.
Memang itu adalah appa mereka, Jihyo maupun abangnya. Tapi abang Jihyo memiliki rasa tidak suka pada appa mereka yang alasannya tidak Jihyo ketahui.
Setelah mengecek data satu persatu, Jihyo melihat jam yang tertanda pernerbangan masih 1 jam lagi. Ia akhirnya memutuskan untuk berselfie ria.
📸
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad 12✔
Fanfiction"Iya appa aku tau." Setidaknya, itulah yang bisa kukatakan pada appa yang terus memintaku pulang dan bertemu dengan eomma tiriku serta ke 12 ekornya. Mohon doanya biar gue bisa hadapi ini semua, kalau ngga budir gue, ga becanda serius mulu.