Putra sulung keluarga Kim berjalan menaiki tangga dengan wajah lega setelah melewati ketegangan yang terjadi. Ia merasa kurang bertanggung jawab karna membiarkan adik bungsunya pergi tanpa sepengetahuan siapapun. Jika terjadi sesuatu padanya ia tidak akan bisa memaafkan diri sendiri.
Xiumin menyayangi gadis itu layaknya adik kandung, karna ia ingin sangat menginginkan seorang adik perempuan sejak kelahiran Baekhyun. Ia selalu berandai-andai jika ia memiliki adik perempuan, membayangkan betapa menggemaskannya ketika masih bayi, berlindung dibelakang tubuhnya ketika ia dikejar adiknya yang lain, atau meminta uang untuk belanja dengan puppy eyesnya.
Membayangkan saja sudah bisa membuat Xiumin tersenyum. Bisa dibilang Xiumin adalah putra yang paling senang ketika eommanya akan menikah lagi dan ia memiliki adik perempuan.
"Nanti setelah pernikahan eomma, kalian akan mendapat adik baru," ucap eomma membuat ke dua belas bersaudara itu menoleh kearah eommanya.
"Adik? Cowo cewe eomma?" Tanya Chen.
Eomma melihat kearah putra tertuanya lalu tersenyum.
"Perempuan."
Xiumin menggelengkan kepalanya tertawa geli saat mengenang dirinya sendiri yang sangat senang karena keinginannya terkabul. Jihyo adalah adik yang spesial baginya, meskipun appa belum pulang dan Jihyo pulang terlambat ia tidak akan memarahinya. Ia hanya akan berkata dengan lembut layaknya seorang kakak laki-laki yang baik.
Berjalan seraya mengingat masa lalu, langkahnya terhenti, matanya menangkap sosok gadis sumber kebahagiaannya akhir-akhir ini. Posisinya tidak terlalu jauh hingga ia bisa melihat mata Jihyo yang basah.
Jihyo nangis? Kenapa?
Xiumin mengikuti kemana Jihyo pergi hingga saat memasuki sebuah ruangan yang sebelumnya ia tau namun tidak bisa dimasuki, ia memberhentikan langkahnya. Pintu itu tidak tertutup sempurna, masih ada sedikit celah yang bisa membuatnya melihat apa yang dilakukan gadis itu.
Mata Xiumin terfokus pada Jihyo yang menatap keluar jendela, terdiam lalu bersandar didinding. Xiumin mengurungkan niatnya untuk masuk, ia masih melihat apa yang akan dilakukannya. Ia terus memastikan gadis itu baik-baik saja, tapi ia salah.
Terbukti dengan apa yang dilihatnya saat ini, putri tunggal keluarga Kim itu duduk didepan piano menekan tuts tuts piano dengan jarinya. Awalnya memang biasa saja, Jihyo memainkan piano tersebut hingga menyelesaikan satu lagu, tapi apa ini? Jari Jihyo kembali bergerak menekan kembali tuts tersebut namun kali ini jarinya bergerak tanpa kendali seakan Jihyo sengaja mempercepat jarinya menekan tuts piano.
Semakin cepat, semakin keras. Xiumin membuka pintu dan melihat kearah Jihyo.
"Jihyo?" Panggilnya dengan lembut hingga Jihyo berhenti menekan tuts dan melihat kesumber suara.
Xiumin melihat jelas ada sebuah kepedihan dimata adiknya itu. Namun ia tetap tersenyum memberikan kehangatan pada gadis yang tengah menatapnya.
"Xi-xiumin oppa? Sedang apa disini?" Ucap Jihyo, ia berdiri dan mendekati Xiumin.
"Aku melihatmu berjalan kesini dan pintunya tidak terkunci jadi aku masuk."
Jihyo mengangguk paham, salahnya sendiri karna tidak mengunci pintu. Jihyo mempersilahkan Xiumin untuk duduk, dengan wajah tegang penuh harapan, berdoa semoga Xiumin tidak melihat kegilaannya.
Xiumin mengulurkan tangannya dan mengusap rambut Jihyo dengan lembut, ia tersenyum melihat adik bungsunya yang kini sedang tegang disampingnya.
"Kamu tau Hyo? Oppa daridulu pengen banget punya adek cewek." Ucapnya.
Ia melihat wajah Jihyo yang mulai berubah, menunjukkan ekspresi bahwa Jihyo mulai tertarik dengan ucapannya.
"Kamu tau kenapa?" Jihyo menggelengkan kepalanya.
Xiumin tersenyum melihat Jihyo yang mulai menunjukkan secara terang-terangan responnya.
"Karena oppa ingin melihat sifat yang lucu dan menggemaskan, dan juga melindunginya sampai takdir memisahkan." Jelasnya.
Jihyo mengangkat pandangannya dan melihat keadah Xiumin.
"Tapi!" Ucapannya terhenti karena sadar suaranya yang terlalu antusias. "Tapi Jihyo engga lucu oppa, Jihyo pembangkang itu kata appa," ucapnya lirih.
Xiumin tersenyum lalu mendekatkan diri pada Jihyo dan merangkul bahu Jihyo. Entah mengapa rangkulan itu membuat Jihyo refleks menyandarkan kepalanya ke bahu Xiumin.
Nyaman
"Tidak, kamu bukan pembangkang kamu hanya lelah berpura-pura menjadi tegar. Begitu bukan kenyataannya?" Xiumin menyanggah ucapan Jihyo seraya melihat wajah sendu gadis dalam rangkulannya.
Jihyo mengangguk, hatinya dan tubuhnya tidak bisa berbohong. Ia terlalu lelah dengan segalanya, dari ingatan, harinya, orang-orang ia terlalu lelah. Mungkin ia bisa beristirahat sejenak disini, dalam rangkulan kakak tertuanya. Jihyo merasakan hangat dan kenyamanan yang telah lama ia rindukan. Kehangatan seorang kakak, kini ia merasakan lagi.
Tiba-tiba Jihyo mendongakkan kepalanya menatap Xiumin yang kini juga menatapnya dengan senyuman hangat.
"Oppa bilang melindungi sampai akhir? Tapikan oppa punya adek juga, sebelas malah." Xiumin tertawa mendengar apa yang dikatakan Jihyo.
"Mereka semua laki-laki, ketika mereka sudah berjanjak dewasa maka mereka bisa melindungi diri mereka sendiri."
Xiumin memegang kedua bahu Jihyo dan sedikit menariknya, merubah posisi Jihyo agar menghadap dirinya. Ia melihat lekat wajah Jihyo, mata bulat, pipi chubby, dan bibir manis sumber senyuman hangat. Ia tersenyum membuat Jihyo bingung, lalu xiumin kembali menatap kedua manik Jihyo.
"Kalau ada apa-apa cerita aja ke oppa ya? Jangan dipendam sendiri, dulu kamu boleh memendamnya karna kamu sendiri tapi sekarang udah gak. Sekarang kamu punya oppa," ucapnya sejawab dengan anggukan Jihyo.
Xiumin melihat jam ditangannya, tak terasa sudah larut malam. Ia berdiri dengan menggenggam tangan Jihyo, sehingga gadis itu ikut berdiri.
"Sudah larut, ayo tidur atau kamu mau oppa buatkan susu? Biar bisa tidur?"
Jihyo menggelengkan kepalanya, ia tertunduk. Kenangan lama kiat tebal mengisi pikirannya. Apa yang diucapkan Xiumin sama hal nya dengan apa yang diucapkan Jungkook dimasa lalu.
Xiumin menatap Jihyo dengan rasa penasaran, genggaman mereka kini mengerat. Jihyo menggenggam tangannya dengan erat. Detik kemudian setetes air jatuh mengenai tangannya, ia terkejut lalu melihat kearah wajah Jihyo. Benar saja, gadis itu menangis. Lantas Xiumin melepas genggaman mereka dan menarik tubuh Jihyo kedalam dekapannya. Ia mengusap punggung Jihyo.
"Ssttt... menangislah." Ucapan Xiumin membuat tangisan Jihyo semakin mengeras.
Gadis itu menangis sesegukan karena kembali merasakan sesak dalam hatinya, sesak akibat rasa rindu yang tidak pernah tersalurkan dan juga rasa sakit, rasa sakit karna memendamnya sekian lama.
🙄🙄🙄
HAI MENG
SELAMAT MEMBACA
JANGAN BOSEN YA
BOSEN NGOPI AJA
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad 12✔
Fanfiction"Iya appa aku tau." Setidaknya, itulah yang bisa kukatakan pada appa yang terus memintaku pulang dan bertemu dengan eomma tiriku serta ke 12 ekornya. Mohon doanya biar gue bisa hadapi ini semua, kalau ngga budir gue, ga becanda serius mulu.