Pagi telah hadie, mengganti hari daei kemarin menjadi sekarang. Seakan mempertegas bahwa hari ini adalah hari operasi gue, yang gue rasain cuma nervous biar kata gue lagi sebel sama Nart tapi beneran nervousrasanya. Ditambah enggak ada support keluarga sendiri.
"Jihyo ayo berangkat," ajak si dokter.
Ruangan hidup dan mati, kebanyakan sih mati tapi sebagian juga hidup. Ruangan operasi sebenernya enggak terlalu menyeramkan. Cuma yang bikin takut itu alat-alat yang ada di sini.
Kecemasan gue enggak berarti apa-apa, suster masuk membawa meja dorong berisi obat-obatan salah satunya obat bius beserta soulmate-nya ---alat suntik---.
Suster senyum sambil bilang "jangan tegang ya?"
Sedikit meresahkan ini suster. Masa iya orang mau operasi hatinya riang gembira. Ya pasti teganglah.
Suster menyuntikan obat bius ke infus, lalu pergi.Sekitar lima belas menit mata gue perlahan makin berat, semakin berat sampai akhirnya gue enggak inget apapun.
***
Tiga jam berlalu
Operasi telah berjalan lancar, pengangkatan sel kanker sudah dilaksanakan. Walau belum tentu sembuh 100% setidaknya Jihyo bisa bernafas lega. Hanya saja ia belum sadarkan diri.Seorang pria duduk di samping ranjang Jihyo sebari memegang tangan kanan Jihyo.
Kesabaran membuahkan hasil. Jari-jari Jihyo bergerak menandakan ia telah kembali ke dunia nyata.
"Jihyo? honey?" Nart terlihat bahagia.
Jihyo melenguh, perlahan ia membuka matanya. Diperlukan beberapa detik sebelum Jihyo bisa membuka matanya secara sempurna. Tenggorokannya terasa kering ia tak bisa mengatakan apapun.
Nart orang yang peka, ia segera mengambil air minum dan memberikan pada Jihyo melalui sendok. Sampai Jihyo akhirnya bisa mengeluarkan suara.
"Selamat atas operasimu honey." Nart memberikan ucapan selamat.
"Thanks."
Nart mengelus tangan Jihyo lalu tersenyum licik. "Tinggal kau memenuhi janjimu"
Dahi Jihyo berkerut mendengar kata janji dari mulut Nart. "Janji? Janji apa?"
Nart mendekatkan wajahnya ke telinga Jihyo. "Janji bahwa kau akan melakukan itu denganku," bisik Nart dengan nada yang sensual.
"What! Aku tak pernah berjanji seperti itu! Kau sudah gila ya Nart?!" Jihyo terkejut, sampai mengeluarkan suara melebihi kondisinya.
"No no. Jangan banyak gerak honey tunggu nanti malam, kau akan kehabisan tenaga karna banyak bergerak."
OPPAAAA! TOLONG JIHYO!
Salah satu sikap Nart yang membuat appa membatalkan pertunangan karna Nart selalu mencari kesempatan ketika orang lain sedang dalam situasi terburuk. Jihyo berharap ada keajaiban dari Tuhan.
Tidak terasa malam telah mengusir siang. Jihyo merasa ketakutan labtaran ucapan Nart. Nart bukanlah orang yang suka bercanda.
Kreeek..
Pintu perlahan terbuka,bersamaan deru detak jantung Jihyo yang semakin kencang.
Nart berjalan ke sebuah kamar dan membuka pintu, ia melihat dengan nafsu sesosok gadis cantik memakai piyama warna merah, ia berjalan mendekati wanita itu, namun wanita itu terus bergerak mundur dan mundur.
Nart memojokkan wanita itu disalah satu sudut ruangan.
Punggung wanita tersebut berbentur dengan dinding, seketika wanita itu memegang bahu Nart dan meremasnya. Ia terlihat kesakitan.
"Ada apa Jihyo?"
"Aa! Na-Nart punggung gue sa-sakit banget."
Nart menepuk jidatnya sendiri, ia melupakan Jihyo baru saja selesai menjalankan operasi. Nart beranjak menuju meja lalu memberi obat kepada Jihyo. Obat tersebut adalah obat pereda nyeri. Jihyo menerima obat tersebut dan meminumnya.
Nart mendekatkan wajahnya ke telinga Jihyo. Membuat tubuh Jihyo mendadak kaku.
"Kali ini kau lolos honey ... lain kali tidak akan."
Kata-kata yang menusuk dada Jihyo hingga ulu hatinya.
"Oppa ... tolong Jihyo"
Jihyo menangis malam itu. ia merutuki dirinya sebab tak ada yang dapat ia lakukan.
Jihyo terdiam teringat akan sesuatu, lalu ia mengeluarkan kalung liotinnya, Jihyo buru-buru melepas kalung dari leher.
"Semoga masih bisa"
***
Revisi The Bad 12 sudah hampir selesai.
Terima kasih sudah membaca cerita singkat sedikit aneh ini.
감사합니다 🙇
ほんとうに、ありがとうございます。🙇🏻
Thank You Verymuch🙆🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad 12✔
Fanfiction"Iya appa aku tau." Setidaknya, itulah yang bisa kukatakan pada appa yang terus memintaku pulang dan bertemu dengan eomma tiriku serta ke 12 ekornya. Mohon doanya biar gue bisa hadapi ini semua, kalau ngga budir gue, ga becanda serius mulu.