BAB 4 : CERITA DI PAGI HARI

2.2K 140 8
                                    

"Kunci hatimu,  belah rasamu pada pagi pertama di tempat yang baru." By. Morning Day.

👻👻👻👻

Sambut pagi ini dengan dinginnya embun pagi yang masih menutupi dedaunan,  bau semerbak airnya menyeruap menjadi udara. Dinginnya pagi ini terasa sangat menyanyat kulit siapa saja. Walau di arah timur matahari mulai nampak sedikit demi sedikit memakan detik,  namun lama-kelamaan cahaya kuning hangatnya menyerap embun hingga menjadi kering,  inilah simbol pagi yang selalu menjadi icon. Di saat embun pagi sudah hilang di resap oleh matahari,  kini saatnya para burung camar mulai keluar dari sangkarnya dan mulai berterbangan di angkasa pura langit kuning merekah. Cerahnya pagi ini membuat cahanya masuk menusuk di celah jendela kamar Mytha, Mytha merasa cahayanya sangat menganggu matanya hingga akhirnya ia terbangun dan melihat hari sudah pagi.

Di sela sedang merasa terkantuk-kantuk,  sesosok wanita masuk ke kamar Mytha dan mulai membuka gorden dan berkata lirih.

"sudah pagi,  Non. Bangunlah. Saat untuk mandi dan Bibi akan lanjutkan cerita kemarin. " Ucap Bibi Minah,  sambil tangannya membuka gorden jendela,  lalu mulai berberes-beres kamar Mytha.

Mytha mendengar akan kembali diceritakan itu,  lekas ia bangun tidur dan lekas beranjak mandi.

Beberapa puluh menit berlalu,  Mytha lekas berpakaian rapi dan duduk rapi di hadapan tempat bersolek depan kaca. Mulailah Bibi Minah datang menghampirinya dengan tangan kanan membawa sisir kuno. Setelah Bibi Minah mendekati Mytha, dia lekas menyapa Mytha.

"selamat pagi. Saatnya untuk menyisir rambut. " Bibi Minah lekas menyisir rambut Mytha dengan begitu lihainya. Saat itulah dia mulai bercerita lagi melanjutkan cerita tentang "Kisah Cinta Allena dan Sultan".

Mytha mulai mendengarkan dengan seksama.

Bibi Minah mulai bercerita?

"Allena,  dia kini duduk di depan kaca bersoleknya,  menatap dirinya sendiri yang sedang kepikiran wajah pria "Sultan"  pribumi. Hatinya sungguh tak karuan di buai asmara oleh pria pribumi yang amat sangat menawan,  gagah dan membuat hatinya berkedup-kedup. Allena kala itu sudah beberapa hari tidak keluar rumah,  dia merasakan begitu bosannya dan rasanya ingin kepasar lagi. Meminta izin pada kedua orangtuanya pasti tidak boleh dan tidak di ijinkan,  apa yang harus di lakukan Allena saat itu,  dalam pikiran Allena kala itu adalah sedikit mencoba menjadi anak yang pembangkang. Dalam hati Allena berkata "Maafkan aku Mom and Dady,  aku terpaksa menjadi anak nakal dan pembangkang. Aku harus pergi menemui seseorang yang membuatku amat terasa jatuh cinta.".

Allena beranjak berdiri dari duduknya,  dia lekas melangkah lirih ke arah jendela kamarnya,  lalu membuka perlahan dan mengendap keluar tanpa siapapun yang tahu. Ketika sudah berhasil keluar dan sudah berada di halaman samping rumah,  dia lekas melangkah cepat sambil berlari kecil menuju ke arah jalan untuk menuju ke pasar.

Allena terus berjalan cepat dengan memakai topi belanda nya yang khas berwarna putih,  dia terus berjalan di tengah matahari pagi yang begitu hangat,  ia terus berjalan cepat melewati jalanan yang panjang,  hingga pada akhirnya sampai di pasar dimana antara Allena dan Sultan bertemu pertama kali. Sesampainya di tengah kerumunan orang pribumi bercampur bule,  Allena mencoba menatap di berbagai sudut pasar namun matanya tak mendapat pria idamannya berada di pasar pagi ini. Hingga akhirnya Allena yang berdiri di tengah jalan yang banyak kerumunan orang, disitulah dia mendengar suara cengkringan sepeda,  suaranya menandakan bahwa seseorang yang mengontel sepeda akan lewat dan saat itulah Allena melihat kedatangan Sultan ke arahnya.

Sultan kala itu kaget saat matanya menatap ke arah Allena yang berada tepat di jalan hadapannya. Sultan takut jika tak berhenti dari ontelannya,  maka dirinya akan menabrak Allena. Sultan terhenti dengan seledanya dengan mata menatap ke arah Allena.

Allena sedikit gugup,  matanya menatap Sultan dengan sayupnya. Lalu Allena berkata dengan bahasa Belanda.

"Jij de man gisteren? (kau pria yang kemarin? ". Ungkap Allena.

" ja. " Jawab Sultan yang bisa berbahasa Belanda.

" Introduceer mijn naam bij Allena. (Perkenalan namaku Allena). "  Allena mencoba berani memperkenalkan dirinya.

" Mijn naam is Sultan. " Jawab Sultan.

Sultan dan Allena saling pandang memandang,  hingga keduanya melupakan segala keramaian dan kebisingan pasar.

Sultan tak mau memberikan suasana aneh,  lekas Sultan mengajak Allena di sebuah tempat? " Allena maukah kita jalan bersama dan pergi ke sebuah tempat yang indah." Ungkap sultan dengan senyuman manis ala pria pribumi yang mengesankan.

Allena terkesiap dan berbinar "Ja, ik wil het. (ya. Aku mau.)." Allena lalu berjalan mengikuti Sultan.

Kini Sultan berjalan mendorong sepeda di samping Allena,  begitu pun allena juga berjalan di samping Sultan. Lalu mereka berdua berjalan bersama dengan obrolan yang mengasyikan.

Saat itulah keduanya mulai berkenalan dan dekat sehati semata. Mereka begitu bahagia walau berbeda rasa,  suku,  agama. Hingga pada akhirnya banyak hari yang di lalui mereka berdua. Mereka tak sadar bahwa mata-mata mulai mengintip kosah cinta mereka,  baik dari pihak keluarga Allena dan Sultan sudah mulai curiga. Benar saja kisah cinta Allena dan Sultan mulai terdengar riuh di kedua negara yang mayoritas menolak cinta beda kasta."

Bibi minah kembali memotong cerita agar menjadi misteri untuk kelanjutannya.

"Kok berhenti,  Bi. " Tanya Mytha pada Bibi Minah.

"Akan Bibi lanjutkan Esok hari."  Jawab Bibi Minah dengan ekspresi wajah dingin. Lalu dia melangkah pergi meninggalkan Mytha dengan seribu rasa penasaran untuk kelanjutan cerita itu.

Desah Mytha,  Mytha merasa ingin di kamar mamanya,  ia lekas beranjak berdiri dari duduknya, lalu ia berjalan menuju ke kamar Mamanya.

👻👻👻👻

Kotak, di atas tempat tidur kamar Dera ada sebuah kotak berisi kenangan indah saat bersama Tristan. Sebagai seorang istri yang setia,  Dera harus tetap menginggatnya dengan memasang foto Tristan di seisi kamarnya. Dera lekas berjalan menuju ke arah kotak sedang itu untuk dibukanya,  setelah di buka dan melihat isinya,  Dera meneteskan air mata kerinduan pada suaminya dan mulai mengambil bingkai foto itu. Dera dengan penuh ketegaran mulai memasang foto di dinding,  di meja tempat dimana ia sering duduk merenung seorang diri.

Sudah lama,  sudah lama sekali hidup tanpa orang yang di sayangi. Saat hati Dera kadang ingin memanggil Tristan,  namun yang datang bukan Tristan melainkan mahluk yang lain. Sungguh rasa ini tak bisa menahan rasa rindu,  bagaimana cara Dera melepas kerinduan yang teramat begitu menyakitkan,  yaitu dengan mengingat semua kebiakan yang ada pada diri Tristan. Walau dalam hatinya iklas,  namun rasa sakit masih ada walau sedikit dan itupun di obati oleh putrinya "Mytha".

Setelah selesai memasang foto,  tibalah suara ketukan pintu dari luar. Dera juga mendengarkan suara Mytha memanggil-manggilnya.

"Ma, Mama. " Ucap Mytha dengan ketukan pintu.

"Masuk, Nak."  Jawab Dera. Dera lekas membersihkan air mata kesedihannya agar tak terlihat di mata anaknya.

Mytha lekas membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam kamar Mamanya. Mytha kala itu kaget dengan kamar itu,  Mytha melihat panjangan foto Ayahnya begitu banyak dan terasa Ayah hidup kembali. Mytha kala itu melihat Mamanya duduk di tepi ranjangnya dengan terdiam penuh. Mytha lekas mendekati Mama dan duduk di sampingnya.

"Aku tahu Mama menyembunyikan kesedihan_
   Mama aku ingin bahagia bersamamu,  jika Mama rindu pada Ayah cukup peluklah aku erat-erat. " Ucap Mytha yang memeluk Mama Dera dengan eratnya.

" Terimakasih,  sayang. " Dera memeluk balik Anak gadisnya dengn penuh cinta.

Keduanya berpelukan dengan rasa rindu terhadap orang yang jauh di alam sana.

-
-
-
-
INTERMEZO

Dera 6 | Final Chapter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang