10. Loen galak keu kah !

2.6K 292 13
                                    

"Kita sebenarnya gimana sih, Dik ?"

   Kinal bertanya dengan nada dan tatapan lirih pada Dika. Seolah ia sudah lelah dengan semua nya ketidak jelasan mereka. Padahal selama ini ia tidak pernah mempermasalah kan itu.
Karena ia sendiri sudah sangat nyaman dengan kehadiran cowok itu.

"Aku udah bilang sama kamu,kan ? Tujuan aku ngedeketin kamu apa? " ujar Dika tanpa melepas kontak mata keduanya. Pria yang masih mengenakan kemeja kerja itu melangkah maju. Berdiri tepat menghadap Kinal.

  Ia meraih kedua pundak Kinal, membuat gadis cantik dalam balutan blouse putih dengan rok span itu sedikit mendongak untuk menatap Dika, karena tinggi nya yang hanya sedagu Dika.

"Ada apa ? Hm ?" Tanya Dika dengan nada yang begitu lembut dan juga sabar. "Ada sesuatu yang mengganggu fikiran kamu? Hm ?" Lanjut Dika, menatap Kinal dengan lembut.

   Kinal diam, untuk sejenak ia larut dalam tatapan Dika. Hingga ia rasa lelah sendiri. Kinal menunduk mengalihkan tatapan nya. Membuat Dika sedikit cemas.

"Aku tidak tau apa pantas aku bertanya ini sama kamu, tapi buat ku ini cukup menggangu ku " ujar Kinal pelan. Dika diam, masih menunggu kelanjutan dari Kinal.

  Kembali Kinal menatap pria di depan nya. "Ada hubungan apa kamu sama Pevita Atmaja ?" Tanya Kinal dengan sedikit ragu dan juga malu.

  Mendengar pertanyaan itu, membuat Dika mengeryitkan dahi nya. Ia tidak tau kenapa tiba - tiba Kinal bertanya tentang hal yang sama sekali tidak di mengerti oleh nya. "Aku melihat mu bersama nya tadi, di restoran  ".

   Mendengar kelanjutan ucapan Kinal yang begitu pelan membuat Dika tersenyum manis. "Kamu cemburu ?"

"Hah ?" Ceplos Kinal, namun sejenak kemudian ia menjadi sedikit gelagapan karena ketahuan kalau ia memang sedang cemburu.

Eh..
Apa aku cemburu ? Tidak.
Aku belum sampai ke tahap itu.
Tapi, kenapa rasanya tidak suka melihat nya bersama Pevita.?

Apa aku mulai menyukai Dika ?

Batin nya sendiri. Dika masih saja tersenyum melihat Kinal yang seolah sedang memikirkan sebuah alasan untuk menyangkal.

"Ti.. tidak. Aku.. aku hanya tidak suka kamu berbohong " ujar Kinal melarikan tatapan nya ke arah lain.

"Berbohong ? Aku tidak berbohong pada mu "

"Kamu bilang ingin meeting, tapi kamu malah bertemu dengan Pevita "

  Mendengar itu, kini Dika bukan hanya tersenyum tapi menjadi sebuah tawa ringan dan begitu menyebalkan untuk Kinal.

"Kamu semakin meyakin kan ku, kalau saat ini kamu memang sedang cemburu " ujar Dika semakin suka menggoda Kinal.

"Ish. Apaan sih. Enggak ya. Aku gaj cemburu. Cuma kesel aja "

"Ya ya ya.. galak galak kah " gumam Dika yang jelas tidak di mengerti oleh Kinal.

  Tapi Kinal hanya tersenyum tipis, ia memang sudah terbiasa dengan gumaman Dika yang entah sadar atau tidak. Cowok itu selalu menggunakan bahasa daerah nya sendiri jika sedang bergumam. Kadang pernah marah dalam bahasa daerah nya. Membuat Kinal tertawa. Karena merasa lucu ketika laki - laki itu berbicara dalam bahasa Aceh.

"Udah malam banget, ayo aku antar kamu " ujar Dika melirik pada jam tangan nya. Kinal mengangguk.  Ia membalas genggaman tangan Dika yang membawa nya keluar dari apartemen laki - laki itu.

***

  Dika menghentikan mobil nya tepat di depan gedung kosan Kinal. Malam sudah sedikit larut, ia sempat mampir untuk makan. Karena ia belum makan malam tadi. Karena mood Kinal yang mendadak jelek, maka mengurungkan niat untuk makan saat pulang tadi.

"Makasih, kamu hati - hati nyetir nya. Kabarin aku kalau udah nyampek " ujar Kinal, Dika mengangguk dengan senyuman nya. Kinal melepaskan seatbelt nya.

"Kinal " panggil Dika, saat Kinal akan membuka pintu mobil.

"Ya ?" Saut Kinal menoleh padanya.

"Soal tadi, aku beneran gak bohong sama kamu. Pevita Atmaja itu cuma client aku aja. Kebetulan ia ingin merenovasi apartemen baru nya. Dan memakai jasa kami. "Jelas Dika, ia tidak mau Kinal salah paham. Walau ia sangat senang saat tadi melihat Kinal cemburu.

"Iya, aku percaya kok. " jawab Kinal malu - malu. "Maaf tadi aku sempet bad mood sama kamu " ujarnya bersalah.

Dika menggeleng, ia meraih telapak tangan kiri Kinal ke dalam genggaman nya. "Seperti yang pernah aku bilang sama kamu. Aku gak pernah main - main sama kamu. Aku ngedeketin kamu bukan hanya karena ingin berteman. Aku mau serius sama kamu, Nal "

"Kenapa ?"

"Hah ?"

"Kenapa kamu mau serius sama aku ?"

"Emm.. " Dika tanpak berfikir sejenak. Lalu tersenyum begitu menawan pada Kinal. Membawa wanita cantik yang berdarah sunda itu terpesona. "Semua karena loen galak keu gata "

  Kinal mengernyitkan dahi nya begitu dalam. Lalu mendadak cemberut kesal bukan main. Lagi - lagi Dika mengatakan hal yang tidak di mengerti nya.

"Arti nya apa ?" Rajuk Kinal, membuat tawa Dika pecah.
Bertambah lagi hal yang paling dia suka dari seorang Kinal. Yaitu, sifat manja Kinal. Ia sangat menyukai jika Kinal sudah merajuk dan merengek manja padanya. Karena, Kinal terlihat begitu menggemaskan.

"Ihh.. Dikaaa.. malah ketawa sih ? Kamu tuh kalau ngomong sama aku jangan pake bahasa planet kenapa ? Aku gak ngerti " rajuk Kinal memukul lengan Dika cukup jeras sanking kesal nya.

"Haha.. aduh.. hahaha.. kamu lucu sih " jawab Dika berusaha meredakan tawan nya.

"Ish.. Dika, kamu mah.. " ucap Kinal lagi, mendelik kini pada laki - laki yang masih terkekeh geli sendiri. "Bodo, aku kesel sama kamu. Gih pulang sana " usir Kinal kesal. Ia membuka pintu mobil dan keluar. Lalu menutup nya dengan kasar. Membuat Dika tertawa lagi.

"Kinal !" Panggil Dika dari balik kemudi.

"Apa ?" Ketus Kinal. Membuat Dika terkekeh sendiri.

"Ketus amat mbak?"

"Bodo!.  Gih sana pulang.!" Usir Kinal, dan langsung masuk. Tidak lagi memperdulikan Dika yang masih terkekeh sendiri.
Laki - laki itu melajukan mobil nya, sambil menggeleng kepalanya mengingat sikap Kinal yang merajuk karena ulah nya.

***

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang