6. Menjalani apa yang ada

2.6K 281 5
                                    

  Aku sudah memutuskan semuanya, dan keputusan ku juga sudah bulat. Meyakini apa yang sudah menjadi pilihan ku.

Dan pilihan ku jatuh pada gadis cantik dan manis bergigi gingsul yang semakin menambah pesona nya.

  Kinal.

  Sosok perempuan yang selama sebulan ini berada di sisi dan juga kepala ku.
Aku tidak mengerti apa yang sudah di perbuat olehnya pada ku.

Kinal itu unik.

  Sampai sekarang bahkan aku sudah melakukan sejauh ini.

Dan keputusan ku sudah bulat. Kinal yang akan menjadi pilihan ku. Dan berharap akan terus seperti itu.

   Aku menghentikan mobil ku di depan sebuah rumah berlantai dua. Sebuah rumah minimalis yang ada di sebuah perumahan mewah di kawasan yang sangat aman. Mengingat ini adalah sebuah perumahan khusus kepolisian.

  Suasana di siang hari ini lumayan sepi, mungkin masih melakukan pekerjaan mereka masing - masing.

  Aku menarik napas dalam - dalam. Dan membuang nya dengan kasar. Berdoa dalam hati sebelum aku turun dan bertamu ke rumah yang ada di tempat aku parkirkan mobil ku.

  Semoga semuanya lancar. Amin.

   Aku membuka pintu mobil ku, lalu melangkah turun. Ku tatapa sesekiling yang sepi. Lalu melangkah mendekati gerbang hitam yang setinggi tubuh dagu ku itu.

"Assalammualaikum " ucap ku memberi salam pada seorang wanita paruh baya yang sedang menyiram tanaman di depan halaman rumah nya yang tampak asri dan juga terawat.

  Wanita itu menoleh ke arah ku, lalu bergegas menghampiri tempat ku.

"Walaikumsalam  " jawab beliau dengan ramah. Aku tersenyum sopan. "Punten, nak. Nyari' saha , atuh ?"

  Aku tersenyum, menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal.

  "Apa benar ini rumah nya, pak Rudi Malik ?" Tanya ku dengan sopan.

Wanita itu mengangguk, kemudian ia membuka pintu pagar di depan ku. Mungkin ia baru sadar kalau kami berbicara terhalan pagar.

"Benar. Saya istri nya. "

"Ah.. maaf Tante. Kenal kan saya Dika. Emm.. saya teman Kinal di jakarta. " ujar ku dengan sopan sembari menyalami beliau.

  Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik walau hanya mengenakan daster rumahan itu mengangguk dengan senyum merekah.

"Wahh.. hayu atuh masuk dulu, " ujarnya mempersilahkan aku masuk.

Aku mengangguk, lalu berjalan mengikuti nya menuju rumah.

   Wanita yang aku tau ibu nya Kinal mempersilahkan aku duduk di ruang tamu. Sedangkan ia pamit sebentar untuk mengambil kan aku minum.

   Aku hanya mengangguk, menaruh buah tangan yang aku bawa di atas meja.

Sambil menunggu aku memilih mengamati hiasan dinding yang di dominan oleh bingkai foto. Dari ukuran besar hingga ukuran kecil.

  Aku tersenyum melihat sebuah bingkai berukuran sedang yang ada di atas sebuah lemari hias yang setinggi pinggang ku. Di mana terdapat selembar foto di dalam nya. Yaitu potret Kinal yang mengenakan seragam wisuda nya.

Ia tersenyum amat lebar, khas seorang Kinal yang aku kenal.

"Itu foto waktu Kinal wisuda kuliah nya, tiga tahun yang lalu.

Aku menoleh ke sumber suara. Ibu nya Kinal ternyata sudah kembali. Dan meletakkan segelas minum di atas meja. Aku kembali duduk di hadapan nya dengan sopan.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang