16. Persiapan

2.6K 272 4
                                    

Semua terjadi sesuai dengan yang di rencana kan. Acara pertemuan dua keluarga sekaligus lamaran juga berjalan dengan baik. Setelah mereka pulang dari liburan, seminggu kemudian Dika memboyong keluarga nya ke Bandung untuk bertemu dengan keluarga Kinal.

Dika sempat menanyakan pada Kinal, gadis itu ingin seserahan nya apa aja. Dan Dika mempersiapkan semua nya, serta beberapa ia tambahkan sendiri atau ibu nya yang menambahkan nya.

Semua sudah di tentukan, tanggal, tempat dan lain hal.
Kini, kedua nya sedang di sibukkan oleh persiapan pernikahan mereka yang akan di langsung dua bulan lagi.

Keluarga Dika menyaran kan agar bisa di langsung kan secepat nya. Dan di sambut dengam baik oleh pihak Kinal. Dan, Vivi sang Mami sangat senang mendengar nya. Ia bahkan dengan semangat turun tangan sendiri mengurus semuanya.

"Gue masih gak percaya, kalau loe bakal nikah nya sama Kinal " ujar Radit, di sela ia menyantap martabak telur di meja bar yang ada di apartemen Dika.

Kedua nya memang baru pulang dari kantor, Radit memutuskan untuk menginap malam ini. Karena, ia terlalu malas pulang. Dengan alasan malas sendirian di apartemen nya. "Gue fikir loe bakal nikah nya sama Kandil "

Dika yang sedang menuangkan minum kedalam gelas, hanya melirik sahabat nya dengan senyum nya. "Gue sendiri juga gak nyangka, walau sebenar nya feeling gue gak terlalu yakin kalau hubungan gue sama Kandil akan berhasil " jawab Dika, kemudian ia meneguk air putih nya.

"Gue kenal Kinal gak lama, dan gue heran gue langsung nyaman sama dia. Kinal dalam sekejab bisa ngebalik dunia gue. " ucapnya dengan semangat.

Ia duduk di hadapan Radit, meletakkan minum untuk sahabat yang sudah seperti saudara itu.

"Loe tau gue gak suka cewek brisik, bawel, tapi gue suka sama kebrisikkan Kinal, kebawelan nya dia. Manja nya dia, apapun yang gak gue suka dulu sekarang kalau sama Kinal gue gak masalah apa - apa. Justru gue makin suka. " ujar Dika.

"Loe jatuh cinta sama Kinal, sejak kapan ?"

"Gak tau sih, kalau gue bilang sejak pertama ketemu kayak nya enggak deh. Gak ada yang instan. Semua butuh proses dan selama proses yang gue jalani sama Kinal gue semakin menyukai gadis itu. Kinal beda sama cewek - cewek yang pernah deketin gue atau yang pernah deket sama gue. " jawab Dika, dengan senyuman lebar.

Membuat Radit mendelik malas melihat Dika yang sama sekali tidak bisa menyembunyikan kebahagian nya.

Klik

Cklek

Pintu apartemen di buka dari luar, membuat keduanya menoleh. Khalif masuk setelah memberi salam. Ia menghampiri keduanya dengan muka lesu. Setelah menyalami keduanya ia langsung pamit ke kamar.

"Kayak nya beberapa hari ini, muka tuh anak kayak orang lagi banyak beban. " celetuk Radit, setelah melihat Khalif menghilang di anak tangga. Menuju lantai dua.

"Gue juga perhatiin, tapi Khalif belum cerita apa - apa sama gue "

"Ya loe tanya dong, Dik. Loe jadi abang gimana sih " kejam Radit. Dika diam saja, walau ia juga kepikiran dengan adik nya yang semakin aneh.

"Ada masalah sama pacar nya kali " ucap Dika.

"Khalif punya pacar? Sejak kapan ?"

Dika mengindikkan bahu nya." Sejak kapan nya sih gue gak tau, cuma dia ngajakan pacar nya, Shania namanya. Ikut liburan pulang kampung sebulan yang lalu " jelas Dika. Ia mengeluarkan ponsel nya karena sebuah chat masuk.

"Emm. Dit, gue jemput Kinal dulu ya. Dia lagi belanja di mall sebelah " ujar Dika berdiri dari duduk nya.

Radit mengangguk, Dika pun pamit meninggalkan Radit yang berjalan menaiki anak tangga. Ia berniat untuk bicara dengan Khalif.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang